Sunday, August 4, 2013

Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyah

Share On:

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Beralihnya tampuk kekuasaan dari dinasti Fathimiyyah ke tangan dinasti Ayyubiyyah mengakhiri berkembang luasnya paham syi’ah di Mesir. Shalahuddin membawa pembaharuan bagi mesir dan merupakan angin segar bagi para penganut Ahli Sunnah wal Jama’ah. 

Perkembangan Dinasti Ayyubiyyah tidak terlepas dari peran besar Shalahudin sendiri. Shalahudin mempunyai dua tugas utama sebagai khalifah Ayyubiyyah. Pertama, sebagai seorang negarawan yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah. Kedua, sebagai panglima perang salib yang telah berhasil mengalahkan tentara salib.

Untuk tugas pertama, beliau telah banyak mengadakan pembangunan, membangun administrasi negara, ekonomi, perdagangan, memajukan ilmu pengetahuan, membangun madrasah dan sekolah, mengembangkan dalam bidang kegamaan mazhab Ahli Sunnah wal Jama’ah. Dan untuk tugas kedua beliau telah membangun persatuan bangsa Arab di bawah naungan Abbasiyah di Baghdad untuk menghadapi agresi tentara salib, membangun benteng pertahanan militer yang terkenal dengan benteng Solahudin.



B.       Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah sejarah berdirinya dinasti Al-Ayyubiyah?

2.      Apa saja perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-Ayyubiyah?

3.      Siapa saja tokoh ilmuwan muslim dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al Ayyubiyah?

4.      Apakah ibrah perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-Ayyubiyah untuk masa kini dan yang akan datang?

5.      Seperti apakah caranya meneladani sikap keperwiraan Shalahuddin al-Ayyubi?





BAB II

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL AYYUBIYAH

A.  Sejarah Berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah

Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) adalah Shalahudin Yusuf al-Ayyubi putra dari Najamuddin bin Ayyub lahir di Takriet 532 H/1137 M meninggal 589 H/ 1193 M dimasyurkan oleh bangsa Eropa dengan nama Saladin pahlawan perang salib dari keluarga Ayyubiyah suku kurdi. Dinasti ini berdiri di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin mengembalikannya ke faham sunni-Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Pada masa Nuruddin Zanki (gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Shalahuddin diangkat sebagai panglim tentara di Balbek, kehidupannya penuh dengan perjuangan dan peperangan karena ditugaskan untuk menghadapi tentara salib dalam merebut kembali Baitul Maqdis (kota Yerussalem) yang sudah dikuasai selama 92 tahun (perhitungan tahun hijriyah) atau selama 88 tahun (perhitungan tahun masehi) oleh tentara salib.

Di saat Mesir mengalami krisis di segala bidang maka orang-orang Nasrani memproklamirkan perang Salib melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah satu Negara Islam yang diintai oleh Tentara Salib. Shalahudin al-Ayyubi seorang panglima tentara Islam tidak menghendaki Mesir jatuh ke tangan tentara Salib, maka dengan sigapnya Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari serangan Tentara Salib. Menyadari kelemahannya Dinasti Fatimiyah tidak banyak memberikan perlawanan, mereka lebih rela kekuasaannya diserahkan kepada Shalahudin dari pada diperbudak tentara salib yang kafir. Maka sejak saat itu selesailah kekuasaan Dinasti Fatimiyah di Mesir, berpindah tangan ke Shalahudin al-Ayyubi. Shalahuddin al Ayyubi yang telah menguasai Halb dan Maushil, menjadikan pasukan salib terkepung di Baitul Maqdis oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi. Di utara oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi di Suriah, dari selatan oleh pasukan di  Mesir, dan dari timur pasukan di Yordania. Jadi berdirilah negara Ayyubiyah dengan kepala pemerintahan Shalahuddin al Ayyubi yang wilayahnya mencakup Mesir, Suriah, sebagian wilayah Irak dan Yaman.

.

B.  Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah

Shalahudin panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerusalem pada Perang Salib itu tak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya begitu mempesona. Ia adalah pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan. Di era keemasannya, dinasti ini menguasai wilayah Mesir, Damaskus, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman. Masa dinasti ini pula perkembangan wakaf sangat menggembirakan, wakaf tidak hanya terbatas pada benda tidak bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf tunai. Tahun 1178 M/572 H, dalam rangka menyejahterakan ulama dan kepentingan misi mazhab Sunni, Salahuddin Al-Ayyubi menetapkan kebijakan bahwa orang Kristen yang datang dari Iskandar untuk berdagang wajib membayar bea cukai. Tidak ada penjelasan, orang Kristen yang datang dari Iskandar itu membayar bea cukai dalam bentuk barang atau uang, namun lazimnya bea cukai dibayar dengan menggunakan uang. Uang hasil pembayaran bea cukai itu dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fuqaha’ dan para keturunannya.

Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai bidang, diantaranya adalah :

1.    Bidang Arsitektur dan Pendidikan

Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja. Shalahuddin juga membangun benteng setelah menyadari bahwa ancaman pasukan salib akan terus menghantui, maka tugas utama dia adalah mengamankan Kairo dan sekitarnya (Fustat). Penasihat militernya saat itu mengatakan bahwa Kairo dan Fustat masing-masing membutuhkan benteng pertahanan, tapi Shalahuddin memiliki ide brilian, bahwa dia akan membangun benteng strategis yang melindungi secara total kotanya. Selanjutnya, dia memerintahkan untuk membangun benteng kokoh dan besar diatas bukit Muqattam yang melindungi dua kota sekaligus Kairo dan Fustat.

Proyek besar Citadel dimulai pada 1176 M dibawah Amir Bahauddin Qaraqush. Shalahuddin juga membangun dinding yang memagari Kairo sebagai kota residen bani Fatimiyyah, sekaligus juga memagari benteng kebesarannya serta Qata’i-al Fustat yang saat itu merupakan pusat ekonomi Kairo terbesar. Selain itu, juga berdiri masjid agung di Sulaiman yang dimulai pembangunannya sejak dinasti Umayyah pada 717 M, masjid agung Aleppo hingga kini masih menjadi salah satu karya besar arsitektur di dunia muslim. Di masjid agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakaria dan di Damaskus terdapat makam Nabi Yahya. Bentuk dan konstruksi masjid agung Damaskus dari dulu hingga kini masih terjaga, sementara masjid Aleppo sudah banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya karena sempat diguncang gempa bumi dan dihancurkan oleh serangan Bizantium dan tentara Mongol. Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan bani umayyah, namun masjid agung Aleppo sangat dikenal sebagai masterpiece dalam dunia islam, karena mewarisi sentuhan beragam dinasti islam yang pernah Berjaya.

2.    Bidang Filsafat dan Keilmuan

Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.

3.    Bidang Industri

Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.

4.      Bidang Perdagangan

Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negara–negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu Dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, bank, termasuk Letter of Credit (LC), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.

5.      Bidang Militer

Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, ia juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu, adanya perang Salib telah membawa dampak positif, keuntungan di bidang industri, perdagangan, dan intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.



C.  Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya dalam Kemajuan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al Ayyubiyah

Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi beserta keluarga dan pendiri-pendiri dinasti sangat memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang sangat berpengaruh pada perkembangan kebudayaan atau peradaban Islam, mereka di antaranya adalah:

1.      Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmu mantiq dan bayan (bahasa)

2.      Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih

3.      Syamsudin Khalikan, ahli sejarah

4.       Abu Abdullah al Quda’i, ahli Fiqih, Hadits dan Sejarah

5.      Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu

6.      Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih dan Tafsir

7.      Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan, tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.

8.      Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini masih terkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam “ Management Of The Drug Store”

9.      Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwan termuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan Thayib al Mutanabbi.



D.  Ibrah Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah untuk Masa Kini dan Yang Akan Datang

Shalahuddin al Ayyubi sangat berusaha keras dalam menghadapi perang salib, dan dalam membentengi umat Islam dari kristenisasi. Misalnya memberi sumber untuk pembangunan masjid, pembuatan sekolah gratis kepada siswa muslim yang tidak mampu, dan pemberian sandang pangan bekas namun masih layak pakai. Sikap seorang negarawan yang tegas dan berani sepertinya patut dicontoh apalagi pada saat sekarang ini yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Seperti sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi, dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok. Rasa yang sangat mengutamakan pendidikan dan pengetahuan juga penting untuk dilanjutkan pada setiap generasi. Karena ilmu dan pendidikan merupakan modal utama untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaan atau peradaban Islam. Ilmu juga mendapat tempat yang sama pentingnya dengan agama, yaitu untuk mengetahui ajaran-ajaran agama dan hukum-hukum Islam.

Melihat perjuangan yang sangat heroik dari Shalahuddin al Ayyubi, hendaklah kita berusaha dengan tekad dan kuat dalam mensyiarkan agama Islam agar upaya kristenisasi tidak akan berkembang lagi, dan Islam juga tetap konsisten di zaman yang sudah modern sekarang. Sebaliknya, kehidupan umat manusia saat ini justru hawa nafsu lebih mendonasi ketimbang moral dan akal. Peran dalam bentuk non fisik inilah apalagi di tengah perkembangan globalisasi saat ini, yang terkadang memperlemah semangat keimanan umat Islam. Maka dari itu, sebagai langkah awal yang sederhana peringatan maulid Nabi Muhammad SAW menjadi sangat penting.



E.  Meneladani Sikap Keperwiraan Shalahuddin al-Ayyubi

Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen dengannya. Ia tahu hak tanah airnya kemudian mempertahankannya. Ia tahu hak-hak saudaranya kaum Muslimin kemudian menunaikan hak-hak tersebut dengan sebaik-baiknya. Shalahudin al Ayyubi juga merupakan panglima perang Muslim yang dihormati kawan dan dikagumi lawan karena akhlaknya dan tindakannya yang tangguh tetapi tetap mengakui hak asasi manusia dalam setiap peperangan yang dilakukannya. Sikap keperwiraan Shalahudin al Ayyubi lainnya yang baik dicontoh adalah:

1.      Membela agama dan rakyat

2.      Memadamkan pemberontakan

3.      Menghadapi tentara salib

4.      Mempertahankan agama dan negara

Beliau juga sosok yang memiliki toleransi tinggi terhadap umat beragama, seperti contohnya:

1.      Ketika beliau menguasai Iskandariyah, ia tetap mengunjungi orang-orang kristen

2.      Ketika perdamaian dengan tentara salib tercapai, beliau masih mengizinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul Maqdis.











BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

1.      Shalahudin Yusuf al-Ayyubi adalah Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) yang berdiri di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin mengembalikannya ke faham sunni Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari serangan Tentara Salib.

2.      Dinasti Ayyubiyah mencapai kemajuan yang gemilang mencakup di berbagai bidang, yaitu: bidang arsitektur dan pendidikan, bidang filsafat dan keilmuan, bidang industri, perdagangan, dan militer.

3.      Shalahudin al-Ayyubi sangat memperhatikan pendidikan dan pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu Fiqih, kedokteran, filsafat, bahasa, sejarah, dan lain-lain.

4.      Sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi, dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.

5.      Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen dengannya, tahu hak-hak saudaranya kaum Muslimin kemudian menunaikannya, dan  hak tanah airnya kemudian mempertahankannya.



B.  Saran

Demikianlah makalah yang telah saya susun tentunya dalam hal ini masih banyak kekurangan, saya harap makalah ini dapat menambah wawasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.









DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Kuraisy.

Sayyid, Al-Wakil. 1998. Wajah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
http://zudi-pranata.blogspot.com/2013/03/perkembangan-islam-pada-masa-dinasti-al.html

Newer Post Home
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment