A. LATAR BELAKANG
Pada awal perkembangan audit, sudah
biasa bagi auditor untuk memeriksa seluruh catatan perusahaan yang diaudit.
Tetapi seiring dengan berkembangnya perusahaan, baik dalam ukuran maupun
kompleksitas, sangat tidak ekonomis untuk memeriksa seluruh catatan akuntansi
dan dokumen pendukungnya. Penting bagi auditor untuk dapat menarik kesimpulan
mengenai kewajaran mengenai laporan keuangan perusahaan berdasarkan pemeriksaan
atas bagian dari catatan-catatan dan transaksi-transaksi.
Akibatnya, auditor memberikan
keyakinan yang memadai, bukan absolut. Seperti disebutkan dalam Standar
Pekerjaan Lapngan Ketiga, dalam auditnya,auditor tidak mengumpulkan semua bukti
untuk merumuskan pendapatnya,melainkan melakukan pengujian terhadap
karakteristik sebagian bukti untuk membuat kesimpulan mengenai
karakteristik seluruh bukti.
Dalam melakukan pengujian terhadap
karakteristik sebagian bukti tersebut auditor dapat menempuh empat cara yaitu :
mengambil sampel 100%, Melaksanakan judgement sampling, Melakukan representativesampling dan, melakukan statistical sampling. Tetapi
Sebelum pengujian dapat dilaksanakan, auditor perlu menentukan ukuran sampel
dan pos yang dipilih dari populasi untuk setiap prosedur audit yang akan
dijalankan.
Ketika auditor memutuskan untuk
memilih kurang dari 100 persen populasi pengujian untuk membuat kesimpulan
mengenai populasi tersebut, hal ini dinamakan pemilihan sampel audit. Evaluasi
sampel audit merupakan hal yang penting dan sering kali merupakan bagian yang
paling menantang dari sebuah pengauditan. Namun apakah sebuah sampel secara
akurat dapat menggambarkan informasi akuntansi klien.
Oleh karena itu disini kita akan
membahas mengenai masalah pemilihan sampel untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi untuk menguji siklus penjualan dan penagihan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
konsep pemilihan sampel representative ?
2.
Bagaimana
membedakan antara pengambilan sampel secara statistic dan non statistic dan
antara pemilihan sampel probabilistic dan non probabilistic ?
3.
Bagaimana
memilih sampel yang representative dan menggambarkan pemilihan sampel audit
untuk tingkat-tingkat pengendalian ?
4.
Bagaimana
menggunakan pemilihan sampel non-statistik dalam pengujian pengendalian dan
pengujian substantive transaksi serta menggambarkan atribut pemilihan sampel
dan distribusi sampel ?
5.
Bagaimana
pemilihan sampel atribut dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi ?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk
mengetahui konsep pemilihan sampel representative.
2.
Untuk
mengetahui membedakan antara pengambilan sampel secara statistic dan non
statistic dan antara pemilihan sampel probabilistic dan non probabilistic.
3.
Untuk
mengetahui memilih sampel yang representative dan menggambarkan pemilihan
sampel audit untuk tingkat-tingkat pengendalian.
4.
Untuk
mengetahui menggunakan pemilihan sampel non-statistik dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantive transaksi serta menggambarkan atribut
pemilihan sampel dan distribusi sampel.
5.
Untuk
mengetahui pemilihan sampel atribut dalam pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SAMPEL YANG REPRESENTATIF
Ketika memilih sebuah sampel dari
populasi,auditor untuk mendapatkan sampel yang refresentatif. Sampel yang
referesentatif merupakan sampel di mana karakteristik sampel tersebut
mendekati karakteristik populasinya.hal
ini berarti bahwa pos-pos yang di pilih sebagai sampel tersebut
harus mirip dengan sampul yang tidak di pilih.asumsikan bahwa pengendalian
internal suatu klien mengharuskan seorang petugas untuk melampirkan dokumen
pengiriman pada setiap salinan faktur
penjualan,namum petugas tersebut gagal untuk mengikuti prosedur ini
setidaknya sebesar 3% pada periode tersebut. jika auditor memilih 100 sampel
salinan faktur penjualan dan menemukan bahwa ada 3 faktur yang tidak memiliki
lampiran dokumen pengiriman,sampel ini merupakan sampel yang sangat
representative. Jika ada dua atau empat
banyak sekali faktur yang tidak dilampiri dokumen pengiriman,maka
sampel ini dikatakan cukup
representative,jika tidak ada atau banyak sekali faktur yang tidak di lampiri
dokumen pengiriman,maka sampel ini tidak representative.
Dalam
praktiknya,auditor tidak mengetahui
apakah sampel yang mereka pilih itu representative atau tidak,bahkan setelah
semua pengujian telah selesai di lakukan. (satu- satunya cara untuk mengetahui
apakah sebuah sampel itu representative
adalah dengan menguji semua keseluruhan populasi). Namum,auditor dapat
meningkatkan kemungkinan sebuah sampel agar menjadi representative dengan
menggunakan kehati-hatian dalam perancangan proses,pemilihan dan evaluasi hasil
dan hasil sampel. Sebuah hasil sampel dapat menjadi tidak repreesentatif di
karenakan kesalahan non sampel dan resiko sampel.kedua resiko tersebut dapat di
kendalikan.
Resiko
non sampel adalah risiko di mana pengujian audit tidak mampu mengunggkap pengecualian-pengecualian yang
ada dalam sampel tersebut.dua penyebab risiko non sampel adalah kegagalan auditor dalam mengenali
pengecualian dan prosedur audit yang tidak tepat atau tidak memadai.
Seorang
auditor mungkin telah gagal mengenali pengecualian karena kelelahan,kebosanan
atau kurangnya pemahaman atas apa yang seharusnya di cari. Dalam contoh
sebelumnya,asumsikan 3 domumen pengiriman tidak di lampirkan pada salinan
faktur penjualan dalam suatu sampel
berjumlah 100 pos. jika auditor menyimpulkan bahwa tidak ada pengecualian yang
muncul,maka ini di sebut kesalahan non sampel.sebuah prosedur audit yang
efektif untuk mendeteksi pengecualian-pengecualian yang dipertanyakan dapat di
lakukan misalnya dengan memeriksa suatu sampel dokumen pengiriman dan
menentukan apakah masing-masing di lampirkan pada salian faktur
penjualannya,alih-alih salian memeriksa sebuah sampel faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen
pengirimannya sudah terlampir . dalam kasus ini,auditor telah melakukan pengujian dengan arah yang
salah dengan memulai dari dokumen pengiriman , alih-alih salinan faktur
penjualan.prosedur audit sangat hati=hati,instruksi yang tepat ,supervise, dan
pengkajian ulang merupakan cara-cara untuk mengendalikan kesalahan non sampel.
Risiko
sampel merupakan risiko di mana
seorang aduditor mencapai sebuah kesimpulan yang tidak benar karena sampelya
tidak representative terhadap populasi.resiko sampel merupakan bagian melekat
pad pemilihan sampel dari pengujian yang kurang terhadap keseluruhan
populasi.sebagai contoh, asumsikan aditor memutuskan bahwa pengendalian tidak efektif jika ada tingkat pengecualian populasi sebanyak 6
persen.asumsikan auditor menerima
pengendalian tersebut sebagai pengendalian yang efektif berdasarkan pada
pengujian pengendalian dengan pos sampel sebanyak 100 dan memiliki dua
pengecualian 8 persen,auditor telah salah menerima populasi,karena sampelnya
tidak memadai sebagai sampel yang representative terhadap populasi
Auditor
dapat melakukan dua cara berikut untuk mengendalikan risiko sampel.
1.
Menyesuaikan ukuran sampel
2.
Menggunakan metode yang tepat dalam pemilihan pos sampel dari populasi.
Meningkatkan ukuran sampel akan
mengurangi risiko sampel,dan sebaliknya.di titik yang ekstrim,sebuah sampel dari semua pos populasi memiliki
risiko sampel nol di titik ektrim lainnya,
sebuah sampel yang hanya terdiri dari dua atau tiga pos saja memilik risiko
sampel yang paling tinggi.
Menggunakan metode pemilihan sampel yang tepat akan
meningkatkan sifat sampel yang representative.hal ini tidak menghapus atau
bahkan mengurangi risiko sampel,namum memungkinkan auditor untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan
suatu ukuran sampel jika metode statistic pemilihan dan evaluasi sampel di
gunakan.
B.
PENGAMBILAN SAMPEL SECARA STATISTIK
VERSUS NON-STATISTIK DAN PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK VERSUS
NON-PROBABILISTIK
Sebelum membahas mengenai metode
pemilihan sampel untuk mendapatkan sifat sampel yang representative,akan sangat
berguna untuk membedakan antara pengambilan sampel secara statistic dan non
statistic dan pemilihan sampel probabilitas dan
non probabilistic.
PENGAMBILAN SAMPEL
STATISTIK DAN NON STATISTIK
Metode
pengembalian sampel dapat di bedakan dalam dua kategori besar,yakni pengambilan
sampel secara statitik dan non
statisti.kedua kategori ini identik satu sama lain dalam hal keduanya
melibatkan tiga fase berikut.
1.
Merencanakan sampel
2.
Memilih sampel dam melakukan
pengujian-pengujian
3.
Mengevaluasi hasilnya
Tujuan perencanaan sampel adalah untuk
menyakinkan agar pengujian audit di lakukan dalam cara yang dapat memberikan
risiko sampel yang di inginkan dan meninimalkan kemungkinan kesalahan non sampel. Pemilihan sampel melibatkan keputusan mengenai bagaimana
kesalahan non sampel.pemilihan sampel melibatkan keputusan mengenai
bagaimana suatu sampel dipilih dari populasi.Auditor hanya dapat melakukan
pengujian audit setelah pos-pos sampel dipilih. Pengevaluasian hasilnya
merupakan pengambilan kesimpulan dari hasil pengujian-pengujian audit.
Asumsikan auditor memilih sampel 100
salinan faktur penjualan dari suatu populasi,menguji masing-masing sampel untuk
menentukan apakah dokumen pengiriman barang sudah terlampir,dan menentukan
terdapat tiga pengecualian.
Pengambilan sampel
statistik berbeda dengan
pengambilan sampel non statistik.dengan menerapkan aturan-aturan metematis,auditor
dapat mengukur risiko pengambilan sampel dalam merencanakan sampel serta dalam
mengevaluasi hasil statistik dengan
tingkat keyakinan 95 persen pada mata pelajaran statistik . tingkat keyakinan
95 persen memiliki risiko sampel 5 persen).
Dalam pengambilan sampel
non-statistik, auditor tidak
mengkuaatifikasikan resiko sampel. namum,auditor memilih pos-pos sampel yang di
yakini akan memberikan informasi yang
paling berguna dalam kondisi tersebut dan menarik kesimpulan atas populasi
berdasarkan pertimbangan profesinal.
Untuk alasan itulah,pengguanan sampel non statistik sering kali di namai dengan
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan(judgmental sampling).
Pemilihan sampel
probabilitas dan non-probabilistik
Pemilihan sampel probabilistik maupun
non probabilistik berada di tahap 2.ketika menggunakan pemilihan sampel
probabilistik,auditor memilih pos sampel secara acak sehingga setiap pos
populasi memiliki probabilitas yang pasti di masukkan pada sampel.proses ini
memerlukan kehati-hatian yang tinggi dan menggunakan pertimbangan profesional
daripada metode probabilistik.auditor dapat menggunakan salah satu dari
beberapa metode pemilihan sampel non probabilistik.
Penerapakan pemilihan
sampel statistik dan non-statistik dalam praktik dan metode pemilihan sampel
Standar audit mengizinkan auditor
untuk menggunakan pendekatan statistik ataupun non statistik dalam melakukan
pengambilan sampel. Namum, penting untuk diingat bahwa penerapan dalam
prosesnya harus di ikuti dengan saksama.ketika
pendekatan statistik digunakan sampel tersebut harus bersifat probabilistik dan
metode evaluasi secara statistik harus di gunakan dengan hasil sampelnya untuk membuat perhitungan risiko
pengambilan sampel.auditor dapat membuat evaluasi secara statistik harus
digunakan dengan hasil sampelnya untuk membuat perhitungan risiko pengambilan
sampel. Aauditor dapat mengevaluasi non statistik ketika menggunakan pemilihan
sampel probabilistik,namum tidak boleh
mengevaluasi sampel non probabilistik dengan menggunakan metode statistik.
Tiga jenis metode pemilihan sampel
biasanya dikaitkan dengan pengambilan sampel audit non statistik.ketiga metode
tersebut adalah non probabilistik.empat jenis metode pemilihan sampel biasanya
dikaitkan dengan metode pemilihan sampel biasanya dikaitkan dengan pengambilan
sampel audit statistik.keempat metode tersebut adalah probabilistik
Metode pemilihan sampel
non sampel non probabilistik adalah sebagai berikut:
1.
Pemilihan sampel terarah(directed
sampel selection)
2.
Pemilihan sampel blok(block sampel
selection)
3.
Pemilihan sampel sembarang (haphazard
sampel selection).
Metode pemilihan sampel
probabilistik antara lain adalah:
1.
Pemilhan sampel acak sederhana
2.
Pemilihan sampel sistematik
3.
Pemilihan sampel probabilistik
proporsional terhadap ukuran
4.
Pemilihan sampel berjenjang
C.
METODE PEMILIHAN SAMPELNON-
PROBABILISTIK
Hubungan Antara Metode Seleksi Sampel
Dengan Evaluasi Hasil
Metode
Seleksi Sampel
|
Metode evaluasi hasil
|
|
|
statistik
|
Non statistik
|
Probabilistik
|
direksi
|
Dapat diterima
|
Non
probabilistik
|
Tidak dapat diterima
|
wajib
|
Metode pemilhan sampel non
probabilistik merupakan metode-metode yang tidak memenuhi persyaratan teknis untuk pemilihan
sampel ini tidak berdasarkan pada probabilitas matematis,keterwakilan sampel tersebut mungkin sulit untuk ditentukan.
PEMILIHAN SAMPEL TERARAH (DIRECTED SAMPLE SELECTION)
Dalam
pemilihan sampel terarah auditor secara sengaja memilih setiap pos dalam sampel
berdasarkan pada pertimbangan profesional mereka sendiri daripada menggunakan
pemilihan sampel secara acak.pendekatan yang umumnya digunakan mencakup hal-hal
berikut.
Pos-pos
yang paling mungkin berisi salah saji.
auditor sering kali mampu mengendtifikasi pos populasi mana yang paling
mungkin terjadi salah saji. Contohnya
adalah piutang dagang yang belum dilunasi untuk periode yang
lama,pembelian dari dan penjualan pada karyawan dan perusahaan
terafiliasi,serta transaksi yang sangat besar dan tidak biasa.auditor dapat
secara efisien menyelidiki pos-pos sejenis ini dan hasilnya dapat diterapkan
pada populasi.dalam mengevaluasi sampel sejenis itu,auditor biasanya beralasan
bahwa jika tidak ada pos-pos dari sampel yang dipilih ini yang mengalami salah
saji,kecil kemungkinan bahwa populasinya mengalami salah saji material.
Pos –pos yang berisi
karakteristik populasi yang dipilih. dengan memilih satu atau
lebih pos-pos dengan karakteristik populasi yang berbeda,auditor dapat
merancang sampel agar menjadi representatif. Sebagai contoh,auditor dapat
memilih sebuah sampel penerimaan kas yang berisi beberapa sampel dari setiap bulannya,dari
setiap akun bank atau lokasi,dan jenis utama akuisisi.
Cakupan nilai rupiah yang
besar.auditor terkadang dapat memilih sebuah sampel yang
mencakup suatu porsi terbesar dari total rupiah populasi,sehingga dapat
mengurangi risiko pengambilan kesimpulan yang tidak tepat dengan tidak
memeriksa pos-pos yang nilai rupiahnya kecil,di mana hanya sedikit pos yang
membentuk proporsi besar dari total niali populasi.beberapa metode pengambilan
sampel statistik juga di rancang untuk mencapai pengaruh sama.
Pemilihan sampel blok
(blok sampel selection)
Dalam
pemilihan sampel blok auditor
memilih pos,di dalam suatu blok terlebih dahulu, kemudian blok sisanya dipilih
secara berurutan,sebagai contoh,anggaplah sampel blok adalah 100 transaksi penjualan
yang berurutan dari jurnal penjualan di minggu ke tiga bulan maret.Auditor
dapat memilih total sampel sebesar 100 dengan mengambil 5 blok yang berisi 20
pos,10 blok yang berisi 10 pos,50 blok yang berisi 2 pos atau 1 blok berisi 100
pos.
Biasanya merupakan
praktik yang dapat diterima untuk menggunakan sampel blok hanya jika suatu
jumlah blok yang masuk
digunakan,probabilitas mendapatkan sebuah sampel yang representatif
akuntansi,sifat musiman dari banyak bisnis .sebagai contoh,dalam contoh
sebelumnya,pengambilan sampel 10 blok yang berisi 10 pos dari menggu ketiga
bulan maret sangat kurang tepat di bandingkan dengan memilih 10 blok yang
berisi 10 pos dari 10 bulan yang berbeda.
Pengambilan
sampel blok juga dapat digunakan untuk menambah sampel lainnya ketika terdapat
kemungkinan salah saji yang besar untuk suatu periode tertentu.sebagai
contoh,auditor dapat memilih 100 penerimaan kas dari minggu ketiga bulan mei
jika pada saat itu petugas pembukuan sedang berlibur dan pegawai pengganti yang
tidak berpengalaman memproses transaksi peneriamaan kas.
Pengambialan sampel
sembarang (Haphazard sampel selection)
Pemilihan sampel sembarang adalah
pemilihan pos sampel tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Pada beberapa
kasus,auditor memilih pos populasi tanpa mempertimbangkan ukuran,sumber,atau
karekteristik khusus lainnya.
Kekurangan
yang paling utama dari oengambilan sampel sembarang adalah kesulitan dalam
menentukan sisa yang pasti tidak bias dalam pemilihan sampel.beberapa pos
populasi lebihh mungkin lebih mungkin di masukkan ke dalam sampel di bandingkan
dengan pos lainnya karena kterampilan auditor dan bias yang tidak disengaja.
Meskipun
pemilihan sampel acak dan blok nampaknya kurang logis di bandingkan dengan
pemilihan sampel terarah,keduanya sering kali digunakan ketika biaya pemilihan
sampel yang lebih rumit daripada mamfaat
yang didapatkan dari penggunaan kedua pendekatan ini.sebagai contoh,anggaplah
auditor ingin menelusuri sisi kredit pada arsip utama piutang dagang kejurnal
penerimaan kas dan bukti-bukti sah
lainnya sebagai pengujian penghapusan utang fiktif pada arsif utama. Dalam
situasi itu,banyak auditor yang mnggunakan pendekatan sembarang atau dalam
situasi itu banyak auditor yang menggunakan pendekatan sembarang atau
blok,karena lebih mudah dan lebih murah di bandingkan dengan metodepemilihan
lainnya.namum demikian ,untuk banyak penerapan metode pengambilan sampel
statistik yang melibatkan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi,auditor lebih cenderung
menggunakan metode pemilihan sampel probabilistik untuk meningkatkan
kemungkinan pemilihan sampel yang representatif.
D.
METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK
Pengambilan
sampel statistic mengharuskan sampel probabilistik untuk mengukur risiko sampe.
Untuk sampel probabilistic, auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai pos
apa yang harus dipilih, kecuali dalam memilih yang emas dari empat metode yang
akan digunakan.
Pemilihan Sampel Acak Sederhana
Dalam
pemilihan sampel acak sederhana,
setiap kombinas yang mugkin dari pos populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan pengambilan acak sederhana
untuk sampel populaso ketika tidak terdapat kebutuhan untuk menekankan satu
atau lebih jenis pos-pos populasi.
Tabel Nomor Acak
nomor-nomor acak merupakan serangkaian digit nomor yang memiliki probabilitas
yang sama untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola yang bisa
diidentifikasi. Tabel nomor acak memilki digit angka acak dalam tabel yang
memilki kolom dan baris yang sudah diberi nomor. Auditor memilih sampel acak
dengan menentukan hubungan antara nomor dokumen klien yang akan dipilih dan
digit nomor dalam tabel nomor acak terlebih dahulu, kemudian mencari nomor acak
pertama yang jatuh dalam urutan nomor dokumen yang akan diuji. Proses ini
berlangsung terus sampai sampel terakhir dipilih.
Nomor Acak Yang Dihasilkan Oleh Komputer. Sebagian besar sampel acak yang digunakan auditor dihasilkan oleh
komputer dengan menggunakan salah satu dari tiga jenis program yaitu kertas
kerja elektronik, penghasil nomor acak, dan peranti lunak audit umum.
Program
komputer menawarkan beberapa keunggulan. Keunggulan itu antara lain adalah
hemat waktu, mengurangi kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh auditor dalam
memilih nomor dan dokumentasi yang otomatis. Karena sebagian besar auditor
memilki akses terhadap komputer dan kertas kerja elektronik atau program
penghasil nomor acak, biasanya auditor cenderung menggunakan nomor acak yang
dihasilkan oleh komputer dibandingkan dengan metode pemilihan sampel
probabilistik lainnya.
Nomor
acak dapat diperoleh dengan atau tanpa penggantian. Dengan penggantian berarti
sebuah elemen dalam populasi dapat dimasukkan ke dalam sampel lebih dari
sekali. Dalam pemilihan sampel tanpa penggantian, sebuah pos dapat dimasukkan
dalam sampel hanya sekali. Meskipun kedua pendekatan pemilihan sampel ini
konsisten dengan teori statistic, auditor jarang menggunakan pengambilan sampel
dengan penggantian.
Pemilihan Sampel Statistik
Dalam
pemilihan sampel statistik (disebut
juga dengan pengambilan samoek sistematik), auditor menghitung suatu interval
dan kemudian memilih pos-pos untuk sampel tersebut berdasarkan ukuran interval.
Intervalnya ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang
diinginkan. Dalam suatu populassi faktur penjualan yang rentangnya dari 652 ke
3151, dengan ukuran sampel yang diinginkan sebanyak 125, maka intervalnya
adalah 20 ([3151-651]/125). Auditor memilih sebuah nomor acak antara 0 dan 19 (
ukuran interval) lebih dulu untuk menentukan titik awal sampel. Jika nomor yang
dipilih secara acak adalah 9, pos pertama dalam sampel adalah faktur penjualan
dengan nomor 661 (652 + 9). Seratus dua puluh empat sisanya adalah 681
(661+20), 701 (681 + 20), dan seterusnya sampai dengan pos ke 3141.
Keunggulan
pemilihan sampel sistematik adalah kemudahan dalam penggunaannya. Pada sebagian
besar populasi, sampel sistematik dapat diambil dengan cepat dan pendekatan ini
akan secara otomatis memasukkan nomor secara berurutan, sehingga mudah untuk
mengembangkan dokumentasi yang tepat.
Masalah
yang harus diperhatikan dalam pemilihan sampel sistematik adalah kemungkinan
terjadinya bias. Karena cara dilakukannya pengambilan sampel sistematik adalah
jika pos pertama dalam sampel sudah dipilih, semua pos lainnya dipilih secara
otomatis. Hal ini tidak menimbulkan masalah jika karekteristik yang penting,
misalnya kemungkinan adanya deviasi pengendalian, didistribusikan secara merata
pada seluruh populasi, yang biasanya tidak selalu terjadi.
Probabilitas proporsional terhadap pemilihan ukuran dan stratifikasi
sampel
Pada
banyak situasi audit akan sangat bermanfaat untuk memilih sampel yang menekankan
pos-pos populasi dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Berikut, dua cara
untuk mendapatkan sampel semacam itu.
1.
Ambillah
suatu sampel dimana probabilitas untuk memilih setiap pos populasi proporsional
terhadap jumlah tercatatnya. Metode ini dinamakan pengambilan sampel
proporsional dengan ukurannya (probability proportional to size- PPS),
dan pendekatan ini di evaluasi dengan menggunakan pendekatan pengambilan sampel
non-statistik atau pengambilan sampel statistic pos moneter.
2.
Bagilah
populasi ke dalam sub-sub populasi, biasanya dengan menggunakan ukuran nilai
rupiahnya dan ambillah sampel yang lebih besar dari sub-sub populasi yang
berukuran lebih besar. Pendekatan ini dinamakan dengan pengambilan sampel
berjenjang, dan dievaluasi dengan menggunakan pendekatan non-statistik atau
pendekatan statistic variabel.
E.
PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK TINGKAT
PENGECUALIAN
Auditor
menggunakan pengambilan sampel pengujian pengendalian dan pengujian substantive
transaksi untuk memperkirakan persentase pos-pos dalam populasi yang memuat
karekteristik atau atribut yang
penting. Persentase ini dinamakan dengan tingkat
keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate). Auditor memperhatikan dengan beberapa jenis
pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi.
1.
Deviasi
dari pengendalian yang diterapkan klien
2.
Salah
saji moneter dalam populasi data transaksi
3.
Salah
saji moneter dalam populasi perincian saldo akun
Mengetahui
tingkat pengecualian sangat berguna, khususnya untuk dua jenis pengecualian
pertama, yang melibatkan transaksi-transaksi. Oleh karena itu, auditor
melakukan pengambilan sampel audit yang ekstensif sehingga mampu mengukur
tingkat pengecualian dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian
substantive transaksi. Auditor biasanya menggunakan tingkat pengecualian
tersebut karena auditor harus menentukan apakah salah sajinya material atau tidak.
Ketika auditor ingin mengetahui total jumlah salah saji, auditor menggunakan
metode yang mengukur nilai rupiahnya, bukan tingkat pengecualiannya.
Tingkat
pengecualian dalam sebuah sampel digunakan untuk memperkirakan tingkat
pengecualian pada seluruh populasi. Hal ini berarti merupakan “estimasi
terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian harus
dipahami merujuk pada baik deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun
jumlah moneter yang tidak benar, apakah disebabkan oleh kesalahan akuntansi
yang tidak disengaja atau pun penyebab lainnya. Istilah deviasi khususnya
merujuk pada penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan.
Anggaplah,
misalnya, auditor menginginkan untuk menentukan persentasi salinan faktur
penjualan yang tidak memilki lampiran dokumen pengiriman. Auditor mendapatkan
sampel dari salinan faktur penjualan dan menentukan persentase faktur penjualan
yang tidak lengkapi dengan dokumen pengiriman. Auditor kemudian menyimpulkan
bahwa tingkat pengecualian sampel merupakan estimasi terbaik atas tingkat
pengecualian populasi.
Karena
tingkat pengecualian berdasarkan pada suatu sampel, terdapat kemungkinan yang
signifikan bahwa tingkat pengecualian sampel berbeda dengan tingkat
pengecualian actual populasinya. Perbedaan ini dinamakan kesalahan pengambilan sampel (sampling error). Auditor harus
memperhatikan estimasi kesalahan sampel dan keandalan estimasinya, yang
diistilahkan dengan risiko pengambilan
sampel (sampling risk).
Dalam
menggunakan pengambilan sampel audit untuk tingkat pengecualian, auditor ingin
mengetahui apakah sebagian besar tingkat pengecualiannya sudah tepat
dibandingkan dengan kedalaman interval keyakinannya. Sehingga, auditor
memfokuskan pada batas atas estimasi interval yang disebut juga dengan batas
atas tingkat pengecualian yang dihitung atau diestimasi (computed upper exception rate- CUER) pada pengujian pengendalian
dan pengujian substantfif transaksi. Dengan menggunakan angka-angka pada contoh
sebelumnya, auditor dapat menyimpulkan bahwa CUER untuk faktur penjualan yang
tidak dilampiri dokumen pengiriman adalah 4 persen dengan tingkat risiko
pengambilan sampel sebesar 5 persen.
F.
PENERAPAN PENGAMBILAN AUDIT NON-
STATISTIK
Auditor
menggunakan 14 langkah berikut dalam menerapkan pengambilan sampel audit untuk
pengujian pengendalian dan pengujuan substansif transaksi.langkah-langkah di
bagi dalam tiga fase sebagaimana telah disajika
sebelumnya.auditor harus mengikuti langka-langkah ini dengan seksama
untuk meyakinkan agar dilakukan penerapan pengauditan maupun ketentuan
pengambilan sampel yang tepat.Kita menggunakan contoh audit pada PT Perkakas
prima untuk menggambarkan langkah-langkah ini kedalam pembahasan berikut.
Merencanakan Sampel
1.
Menerapkan tujuan darp pengujian
audit.
2.
Menentukan apakah pengambilan sampel
audit akan ditetapkan.
3.
Mendevenisikan atribut dan kondisi
pengecualian.
4.
Mendevenisikan populasi.
5.
Mendevenisikan pos sampel.
6.
Menentukan tingkat pengecualian yang
dapat diterima.
7.
Menentukan resiko yang dapat diteriam
akibat risiko pengendalian yang di nilai terlalu rendah.
8.
Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi.
9.
Menentukan ukuran sampel awal.
Memilih Sampel
dan Menjalankan prosedur audit
10. Memilih sampel.
11. Menjalankan
prosedur audit.
Evaluasi Hasil
12.Menggenerelisasikan
sampel ke populasi.
13.Menganalisis
pengeculian-pengeculalian.
14.Menentukan
askpeptabulitas populasi
APLIKASI PENGAMBILAN
SAMPEL AUDIT NON-STATISTIK
1.
Menetapkan
Tujuan Pengujian Audit.
Tujuan dari pengujian harus ditetapkan
dalam pengertian siklus transaksi apa yang akan diuji.Biasanya auditor
pengedentifikasi tujuan dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif
transaksi untuk.
·
Menguji efektivitas pelaksanaan
pengendalian internal.
·
Menentukan apakah terdapat salah saji
moneter dan transaki-transaksi.
Tujuan dari pengujian tersebut dalam
siklus penjualan dan penagihan biasanya untuk menguji efektivitas pengendalian
internal terhadap penjualan dan penerimaan kas dan untuk menentukan apakah
transaksi pemjualan dan penerimaan kas berisi salah saji moneter.Auditor
biasanya mengedentifikasi tujuan-tujuan ini sebagai bagian dari perancangan
program audit, seperti yang di bahas untuk siklus dan penagihan pada Bab 12.
2.
Menentukan
Apakah Pengambilan Sampel Auditor Akan Diterapkan.
Pengambilan sampel audit
diterapkan bila mana auditor merencanaka untuk menarik kesimpulan mengenai
suatu populasi berdasarkan pada suatu sampel.Auditor harus memeriksa program
audit dan memilih prosedur-prosedur audit dimana pengambilan sampel audit
diterapkan.untuk mengambarkannya,asumsikan sebagai program audit sebagai
berikut:
1.
Me-review transaksi penjualan yang
memilki jumlah besar dan tidak biasa (prosedur analitis).
2.
Mengamati apakah tugas yang dijalankan
oleh petugas piutang dagang terpisah dari tugas dari penerimaan kas (pengujian pengendalian).
3.
Memeriksa suatu sampel salian faktur
penjualan berikut.
a.
Persetujuan kredit oleh manajer kredit
(pengujian penghendalian)
b.
Keberradaan lampiran dokumen
pengirimannya (pengujian pengendalian).
c.
Dimasukkan nomor bagan akun (pengujian
pengendalian)
4.
Memilih suatu sampel dokumen
pengiriman barang dan telusuri masing-masing salian faktur penjualan yang
terkait (pengujian pengendalian).
5.
Membandingkan kuantitas pada setiap
salinan faktur penujalan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait
(pengujian substansif transaksi).
Pengambilan sampel audit
tidak dapat diterapkan untuk dua prosedur pertama dalam program audit
ini.Prosedur yang pertama menggunakan prosedur analitis sehingga pengambilan
sampel tidak dapat diterapkan.yang kedua dalah prosedur pengamatan dimana
muncul dokumentasi untuk melaksanakan pengambilan sampel auidit.pengambilan
sampel audit dapat digunakan untuk tiga prosedur sisanya.
3.
Mendefinisikan
Atribut dan Kondisi pengecualian
Ketika pengambilan sampel
audit digunakan, auditor harus sangat berhati-hati dalam mendevenisikan
karakteristiik (atribut) yang akan diuji dan kondisi pengecualiannya.kecuali
auditor mendevenisikan masing-masing atribut dengan berhati-hati sebelumnya,
personel staf melakukan prosedur audit tidak akan memilki panduan untuk
mengidentivikasi pengecualian-pengecualian.
Atribut
yang penting dan kondisi-kondisi pengecualian untuk pengambilan sampel audit
diambil secara lansung dari prosedur audit auditor.
Sampel
faktur penjualan akan di gunakan untuk memverfikasi
atribut tersebut.baik dokumen yang hilang maupun salah saji yang tidak lengkap
akan menmgakibatkan adanya pengedualian.
4.
Mendevenisikan
Populasi
Populasi
adalah pos-pos yang ingin digeneralisasi oleh auditor.Auditor dapat
mendevenisikan populasi untuk memasukkan setiap pos yang mereka inginkan, namum
ketika mereka memilih sampel, harus di pilih dari keseluruhan populasi
sebagaimana telah telah didevenisaikan sebelumnya.auditor harus menguji
populasi untuk kelengkapan dan keterikatan perincian sebelum sampel dipilih
untuk meyakinkan bahwa semua pos populasi dapat digunakan dalam meilih sampel.
Auditor dapat mengeneralisasi populasi yang telah diambil
sampelnya.sebagai contoh, ketika melakukan
pengujian pengendalian dan pengujian substansif transaksi, auditor
umumnya mendefinisikan populasi sebagai semua faktur penjualan yang sudah di
catat pada tahun berjalan.Jika auditor hanya mengambil sampel dari salah satu
bulan transaksi saja, maka tidak sah untuk menarik kesimpulan, mengenai faktur
penjualan untuk seluruh tahun berjalan.
Tujuan
auditor harus berhati-hati dalam mendefenisikan populasi awal, serta konsisten
denga tujuan dalam pengujian-pengujian audit.Dalam beberapa kasus, dirasa
penting untuk mendevenisikan populasi yang berbeda untuk prosedur audit yang
berbeda.Sebagai contoh, dalam mengaudit siklus penjualan dan penagihan untuk PT
Perkakas Prima, arah pengujian dalam prosedur audit 12 sampai 14 di mulai dari
faktur penjualan dari jurnal penjualan ke dokumen-dokumen sumbernya. Dengan
demikian, auditor mendefenisikan dua populasi yang berbeda-sebuah populasi
faktur penujualan pada jurnal penjualan
dan sebuah populasi pada dokumen pengiriman.
5.
Mendefinisikan
Unit Sampel
Unit
sampel didefenisikan aleh auditor berdasarkan pada devenisi populasi dan tujuan
pengujian audit.unit sampel merupakan unit fisik yang berkaitan dengan
nomor-nomor acak yang dihasilkan auditor.Sering kali berguna untuk memikirkan
unit sampel sebagai titik awal untuk melakukan pengujian audit.untuk siklus
penuaqlan dan penagihan, unit sampel biasanya merupakan sebuah faktur penjualan
atau nomor dokumen pengiriman.Sebagai contoh auditor menginginkan untuk menguji
keterjadian penjualan, unit sampel yang tepat adalah faktur penjualan yang di
catat pada jurnal penjualan.
6.
Menentukan Tingkat Pengecualian yang Dapat Diterima
Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat diterima (tolerable excetion rate-TER)
untuk setipa atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor, TER
merupakan tingkat pengeculaian yang paling tinggi yang di izinkan oleh auditor
dalam mengandalkan hal yang sedang diuji dan masih bersedia untuk menyimpulkan
bahwa pengendalian berjalan dengan efektif (dan/atau tingkat salah saji moneter
dalam transaksi yang dapat diterima.
TER yang
cocok yang merupakan pertanyaan atas meterialitas sehingga di pengaruhi oleh
devisi dan pentingnya atribut dalam perencaan audit .Jika hanya pengendalian
internal yang digunakan untuk mendukung penilian risiko pengendalian yang
rendah untuk suatu tujuan, TER akan lebih rendah untuk atribut tersebut di
bandingkan jika banyak pengendalian yang digunakan untuk mendukung penilain
risiko pengendalian yang rendah untuk tunjuan yang sama.
7.
Menentukan
Risiko yang Dapat Diterima Akibat Penilaian Risiko Pengendalian yang Terlalu
Rendah.
Untuk pengambilan
sampel audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substansif transaksi,
risiko itu dinamakan risiko yang dapat diterima akibat penilaian
risiko penegendalian yang rendah.(Acceptable
risk of assessing control risk too low-ARACR).ARACR mengukur risiko yang
tersedia diterima auditor karena menerima pengendalian tersebut sebagai
pengendalian yang efektif (atau tingkat salah saji yang dapat diterima) ketika
tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih beser dari TER.
Dalam
menentukan ARACR yang tepat untuk setiap atribut, auditor harus menggunakan
pertimbangan terbaiknya.pertimbangan utamanya adalah keluasan yang direncanakan
auditor untuk mengurangi risiko pengendalian yang di nilai sebagai dasar
keluasan penguji terperinci saldo.
Untuk pendekatan
pengambilan sampel non-statistik merupakan hal yang umum bagi auditor untuk
menyatakan ARACR pada tingkat yang tinggi, sedang atau rendah di bandingkan
dengan menyatakan dalam bentuk presentase.untuk pengembuilan sampekl statistik
merupakan hal yang umum bagi auditor untuk menyatakan dalam presentase, seperti
misalnya 5% atau 10%.ARACR yang rendah menandakan pengujian pengendalian sangat
penting sehinggan risiko pengendalian dinilai rendah dan pengujian substansif perincian saldo dikurangi.
Auditor
dapat menetukan tingkat TER dan ARACR yang berbeda untik atribut yang berbeda
dalam suatu pengujian audit, bergantung pada signifikansi dari atribut dan
pengendalian yang terkait.sebagai contoh auditor biasanya menggunakan TER dan
ARACR yang lebuh tinggi untuk menguji persetujuan kredit dari pada untuk
menguji keteradian salinan faktur penjualan dan slip penagihan.
8.
Mengestimasikan
Tingkat Pengecualian Populasi
Auditor haru membnuat
estimasi terlebih dahulu atas tingkat pengecualian populasi untuk merencanakan
ukuran sampel yang tepat.Jika estimasi tingkat pengecualian populasi (estimated
population exeption rate-EPER) rendah, ukuran smnpel yang relatif rendah akan
memenuhi tingkat pengecualian yang dapat di terima auditor, karena hanya di
butuhkan estimasi yang tidak begitu akurat.
Auditor
sering kali menggunakan hasil audit tahun sebelumnya untuk mengestimasikan
EPER.Jika hasil tahun sebelumnya tidak tersedia, atau dianggap tidak dapat
diandalkan, auditor dapat mengambil ukuran sampel yang kecil dari populasi
tahun berjalan untuk tujuan ini.bukan merupakan hal penting memastikan agar
estimasi harus signifikan, karena tingkat pengecualian tahun berjalan akan
digunakan untuk mengistemasikan karekteristik populasi.
9.
Menentukan
Ukuran Sampel Awal.
Empat faktor dalam menentukan ukuran
sampel awal untuk pengambilan sampel audit adalah ukuran populasi, TER, ARACR,
dan EFER.Ukuran populasi bukan merupakan faktor yang signifikan dan biasanya
diabaikan, khususnya untuk populasi yang besar.Auditor yang menggunakan pengambilan
sampel non-statistik menentukan ukuran sampel berdasarkan pertimbangan
profeional dari pada menggunakan formula statistik.Setelah tiga faktor utama
yang memengaruhi ukuran sampeltelah ditentukan, auditor dapat memutuskan sampel
awal.
Sensitivitas
Ukuran Sampel Terhadap Peruorbahan Faktor-Faktor Penentu Untuk memahami
konsep yang mendasari pengambilan sampel audit, anda perlu memahami pengaruh
dari peningkatan atau penurunan salah satu dari dari empat faktor yang
menentukan ukuran sampel, sedangkan faktor-faktor lainnya tetap konstan.
Sebuah
kombinasi dua faktor yang memiliki pengaruh terbesar dalam ukuran sampel adalah
TER dikurangi EPER, selisih antara kedua faktor tersebut merupakan ketetapan estimasi sampai awal.Ketetapan
yang lebih kecil, yang memerlukan estimasi yang lebih tepat, memerlukan sampel
yang lebih besar.pada satu titik ekstrim, anggaplah TER 4% dan FER 3%.Dalam
kasus ini, ketepatanya adalah 1%, sehingga akan melibatkan ukuran sampel yang
besar.
10. Memilih Sampel
Auditor dapat memilih
sampel dengan menggunakan metode probabilistik atau non-propabilistik seperti
yang sudah kita bahas sebelumnya pada bab ini.Untuk menentukan kemungkinan
klien mengubah pos-pos sampel auditor tidak boleh memberitahu klien terlalu
jauh mengenai pos-pos sampel mana yang akan dipilih.Auditor juga harus
mengendalikan sampel setelah klien memberikan dokumen-dokumen yang
diminta.beberapa pos sampel tambahan dapa dipili sebagai tambahan untuk
mengganti setiap pos yang di batalkan pada sampel awal.
11. Melaksanakan Prosedur Audit
Auditor memerlukan
prosedur audit dengan memeriksa setiap pos dalam sampel konsisten dengan devenisi atribut dan dengan membuat
catatan atas semua pengecualian yang ditemukan.Ketika prosedur audit telah
diselesaikan untuk suatu penerapan pengambilan sampel, auditor akan memilki
ukuran sampel dan jumlah pengecualian untuk setiap atribut.
12. Generalisasi dari Sampel ke Populasi
Tingkat
pengeculaian sampel (sample exception
rate-SER) dapat dengan mudah dihitung dari hasil
sampel aktual. SER sama dengan banyaknya pengecualian aktual dibagi dengan
dengan ukuran sampel aktual.
Merupakan
hal yang paling tepat bagi auditor untuk menyimpulkan bahwa tingkat
pengecualian populasi sama dengan tingkat pengecualian sampel, karena hanya
kecil kemungkinan keduanya identik satu sam lain.Untuk mentode non-statistik
auditor menggunakan dua cara dalam mengeneralisasi dari sampel kepulasi.
a) Tambahkan estimasi
kesalahan pengambilan sampel pada SEitor R
agar mendapatkan batas-batas tingkat pengecualian yang dihitung (CUER)
yang sebuah ARACR akan sulit bagi auditor untuk memebuat estimasi kesalahan
pengambilan.
b) Kurangkan tingakat
pengecualian dari tingkat pengecualian yang dapat diterima untuk mendapatkan
perhitungan kesalahan pengambilan sampel (TER-SER), dan Evaluasi apakah ini
sudah cukup besar untuk menyimpilkan bahwa tingkat pengecualian populasi yang
sebenarnya dapat diterima.dalam pendekatan ini auditor tidak membuat estimasi
batas-batas tingkat pengecualian di hitung.
13. Menganalisis Pengecualian
Pengecualian dapat disebabkan oleh
banyak faktor, seperti kecorobohan karyawan, kesalah pahaman instruksi yang
diberikan, atau kesalahan yang di sengaja dalam melakukan prosedur yang di
haruskan sifat pengecualian dan penyebabnya memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap terhadap evaluasi kualitatif sistem.sebagai contoh, jika senua
pengecualian dalam pengjujian verifikasi internal atas faktur penjualan terjadi
ketika personel yang biasanya bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi
internal sedang berlibur, hal ini akan
memengaruhi evaluasi auditor atas pengendalian internal dan infestigasi
selanjutnya.akan berbeda dibandingkan dengan pengecualian disebabkan karena
persinel yang tidak berkompoten.
14. Menentukan Akseptabilitas Populasi
Ketika melakukan generalisasi dari
sampel kepopulasi, sebagian besar auditor menggunakan pendekata statistik
dengan megurangkan SER dari TER dan mengevaluasi apakah selisihnya (kesalahan
pengambilan sampel cukup besar.
Ketika auditor menyimpulkan bahwa
TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa populasi dapat diterima, atau
ketika SER telah besar dari TER, auditor harus mengikut satu dari empat
tindakan berikut.
Merivisi TER
dan ARACK Alternatif ini hanya harus di ikuti jika auditor telah
menyimpulkan bahwa spesifikasi awal terlalu konservatif, Merevisi TER dan ARACR
mungkin sulit untuk di benarkan jika auditor pernah di telah oleh pengadilan
atau suatu komisi.Auditor hanya boleh mengubah ketentuan ini jika telah
melakukan pertimbangan dengan sangat hati-hati.`
Memerlukan
Ukuran Sampel suatu peningkatan dalam ukuran sampel
dapat berdampak pada penurunan kesalahan pengambilan sampel jika ytingkat
pengecualian aktual tidak meningkat.Meningkatkan ukuran sampel, tepat dilakukan
bila auditor yakin bahwa sampel awal tidak representatif atau jika dirasa penting untuk mendapatkan
bukti bahwa pengendalian internal telah berjalan efektif.
Merevisi
Penilaian Risiko Pengendalian Jika hasil pengujian
pengendalian dan pengujian substansif transaksi tidak mendukung penilaian awal
risiko penegendalian, auditor harus merevisi penilaian risiko pengendalian
keatas.
Auditor harus menentukan apakah akan
meningkatkan ukuran sampel atau merevisi penilaian risiko pengendalian
berdasarkan pertimbangan biaya manfaat.jika sampel tidak diperluas, auditor
harus merevisi penilaian risiko pengendalian keatas sehingga harus
melakuka pengujian sunstansif tambahan.
Komunikasi
dengan Komite Audit Atau Manajemen komunikasi merupakan hal
yang sangat diperlukan, digabungkan dengan salah satu dari tiga tindakan yang
baru saja yang dijelaskan sebelumnya, tanpa melibatkan sifat pengecualian
tersebut.Ketika auditor menentukan bahwa pengendalian internal tidak berjalan
efektif, manajemen harus di beritahukan secara tepat waktu.Jika pengujian ini
di lakukan sebelum akhir tahun, hal ini memugkunkan manajemen untuk memperbaiki
kekurangan sebelum akhir tahun.
Dokumentasi
yang Memadai
Auditor perlu menyimpan catatan yang
memadai atas prosedur yang telah dijalankan, metode yang digunakan untuk
memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil dari pengujian yang di lakukan
serta kesimpulan yanmg dicapai.
Penilaian awal risiko pengendalian
untuk PT Perkakas Prima .
·
Risiko pengendalian tinggi karena
tujuan akurasi untuk penjualan karena hasil yang tidak memuaskan atas atribut 4
(prosedur 13b).
·
Risiko pengendalian tinggin karena
tujuan nilai realisasi untuk penjualan berdasarkan hasil pengujian atribut 8
(prosedur 13c).
·
Tujuan keterjadian (kelengkapan)
karena penerimaan kas terkait dengan tujuan kelengkapan (keterjadian) untuk
akun piutang dagang.
Semua hasil pengujian
substansif transaksi memuaskan kecuali untuk tujuan akurasi dan pisah batas untuk
transaksi penjualan.
Hasil pengujian sbstansif transaksi
untuk tujuan akurasi hanya cukup baik karena ditemukan pengecualian pada
atribut 2 (prosedur 13a).
Hasil pengujian untuk tujuan pisah
batas tidak dapa diterima
akarena hasil yang tidak memuaskan pada atribut 5 (prosedur 13c).
G.
PENGAMBILAN SAMPEL AUDIT SECARA
STATISTIK
Metode pengambilan sampel statistik
yang paling banyak digunakan dalam pengujian pengendalian dan pengujian
subtantif transaksi adalah pengambilan
sampel atribut (attributes sampling)(.Ketika
istilah pengambilan sampel atribut digunakan pada buku teks ini, hal ini
mengacu pada pengambilan sampel atribut
statistik. Pengambilan sampel non-statistik juga memiliki atribut yang
merupakan karakteristik yang akan diuji dari suatu populasi, namun pengambilan
sampel atribut merupakan suatu metode dengan pendekatan statistik)
Penerapan pengambilan sampel atribut untuk menguji
pengendalian dan pengujian subtantif transaksi memiliki banyak kemiripan dengan
pengambilan sampel non-statistik dibandingkan dengan perbedaanya.14 langkah
yang sama digunakan untuk kedua pendekatan tersebut, dan istilah-istilah yang
digunakan juga pada dasarnya sama saja . Perbedaan utama adalah dalam
perhitungan ukuran sampel awal dengan menggunakan table yang dikembangkan dari
distribusi probabilitas statistatistik dan perhitungan estimasi batas atas
tingkat pengecualian dengan menggunakan table yang mirip dengan table yang
digunakan untuk menghitung ukuran sampel.
DISTRIBUSI
PEMILIHAN SAMPEL
Auditor mendasasri kesimpulan
statistiknya pada distribusi sampel merupakan distribusi prekuensi hasil yang
mungkin dari semua sampel dengan ukuran tertentu yang didapatkan dari suatu
populasi yang memiliki beberapa krakteristik khusus.Distribusi smpel
memungkinkan or audit untuk membuat pertanyaan probabilitas mengenai
kemungkinan sifat representative dari setiap sampel yang didistribusikan.
Pengambilan sampel atribut berdasarkan pada distribusi binomial,yang mana
setiap sampelyang mungkin dalam populasi memiliki kemungkinan satu atau dua
nilai, seperti misalnya ya/ tidak, hitam/putih
atau ada deviasi pengendalian atau tidak ada deviasi pengendalian.
Asumsikan bahwa dalam suatu populasi
faktur penjualan, 5 persennya tidak dilengkapi dengan dokumen pengiriman barang
sebagaimana diharuskan dalam pengendalian internal klien. Jika auditor
mengambil sampel 50 faktur penjualan ,berapa banyak yang akan ditemukan tidak
dilengkapi dengan dokumen pengiriman? Perkalian yang sederhana akan
mengestimasikan 2,5 pengecualian (5% dari 50), namun angka tersebut tidak
mungkin karena tidak ada pengecualian 2,5. Dalam kenyataannya pengecualian.
Distribusi sampel binomial menyatakan pada kita bahwa probabilitas dari setiap
nomor pengecualian yang mungkin terjadi.
Setiap tingkat pengecualian populasi
dan ukuran sampel memiliki distribusi populasi dan ukuran sampel memiliki
distribusi sampel yang unik . Distribusi untuk suatu sampel yang berukuran 100
dari suatu populasi yang memiliki tingkat pengecualian 50% berbedah dengan
contoh sebelumnya. Demikian pula dengan distribusi untuk suatu sampel yang
berukuran 50 dari suatu populasi yang memiliki tingkat pengecualian 3%.
Tentu saja, auditor tidak mengambil
sampel berulang-ulang dari suatu populasi yang diketahui. Mereka mengambil satu
sampel dari populasi yang tidak diketahui dan atas distribusi memungkinkan
auditor untuk membuat pertanyaan statistic yang valid atas populasi tersebut.
Jika auditor mengambil suatu sampel yang berisi 50 faktur penjualan untuk diuji
, apakah sudah dilampiri oleh dokumen pengiriman barang dan tidak menemukan
suatu pun pengecualian, auditor dapat memeriksa table probabilitas .
H.
PENERAPAN PENGAMBILAN SAMPEL ATRIBUT
PENERAPAN PENGAMBILAN
ATRIBUT
Sementara 14 langkah yang dibahas
untuk pengambilan sampel non-statistik dapat diterapkan pada pengambilan sampel
atribut, pada bagian ini,kita akan berfokus pada perbedaan antara keduanya.
Merencanakan Sampel
1.
Menerapkan tujuan pengujian audit.sama untuk pengenbilan sampel
atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
2.
Menentukan apakah pengambilan sampel
audit akan diterapkan. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan
sampel non-statistik
3.
Mendefinisikan atribut dankondisi
pengecualiannya.sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel
non-statistik
4.
Mendefinisikan populasi. Sama untuk
pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
5.
Mendefinisikan unit sampel. Sama untuk
pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
6.
Menentukan tingkat pengecualian yang
dapat diterima.sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel
non-statistik
7.
Menentukan risiko yang dapat diterima
akibat risiko pengendalian yang dinilai terlalu rendah. Konsep penentuan risiko
ini sama baik untuk pengambilan sampel statistic maupun non-statistik ,
Sebagian besar audit menggunakan risiko yang rendah, sedang atau
tinggi,sementara auditor lainnya yang menggunakan pengambilan sampel atribut
menggunakan jumlah tertentu, Misalnya risiko 10% atau 5% metodenya berbeda
karena auditor perlu mengevaluasi hasilnya secara statistic
8.
Mengestimasikan tingkat pengecualian
populasi. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel
non-statistik
9.
Menentukan ukuran sampel awal.Empat
faktor yang menentukan ukuran sampel awal baik untuk pendekatan statistik
maupun non-statistik adalah ukuran populasi , TER,ARACR,dan EPER. Dalam
pengambilan sampel atribut,auditor menentukan ukuran sampel dengan menggiunakan
program computer atau table yang dikembangkan dari rumus-rumus tatistik
Menggunakan
table ketika auditor menggunakan table untuk menentukan ukuran
sampel awal, mereka mengikuti empat langkah berikut:
·
Memilih table untuk suatu tingkat
ARACR tertentu.
·
Menenmpatkan TER pada bagian atas
table
·
Menempatkan EPER pada bagian kolom
yang paling kiri
·
Membaca kebawa kolom TER dengan tepat
hingga beririsan dengan baris EPER yang tepat. Angka pada irisan baris dan
kolom ini merupakan ukuran sampel awalnya
Dampak Ukuran
Populasi Pada pembahasan sebelumnya auditor mengabaikan ukuran
populasi dalam menentukan ukuran sampel awal. Teori statistic menunjukkan bahwa
dalam populasi dimana pengambilan sampel atribut diterapkan ukuran
populasi.tidak terlalu dipertimbangkan dalam menentukan ukuran sampel. Karena
sebagian besar auditor menggunakan pengambilan sampel atribut untuk satu
populasi yang yang cukup besar, pengurangan ukuran sampel untuk populasi yang
lebih kecil diabaikan disini.
Pilih Sampel
dan Jalankan Prosedur-prosedur audit
10. Pilihlah
sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel untuk pengambilan sampel
statistic dan non-statistik adalah persyaratan bahwa metode probabilitas harus
digunakan untuk pengambilan sampel statistic. Baik acak sederhana atau
pengambilan sampel sistimatis , digunakan untuk pengambilan sampel atribut.
11. Menjalankan
prosedur-prosedur audit. Sama untuk pengambilan sampel atribut dan
non-statistik.
Mengevaluasi
hasil
12. Menggeneralisasikan
dari sampel kepopulasi. Untuk pengambilan sampel atribut, auditor menghitung
batas presisi atas (CUER) dan sebuah ARACR spesifik, dan kembali mengunakan
program computer atau table yang dikembangkan dari rumus-rumus statistik.
Penggunaan
Tabel penggunaan table untuk menghitung CUER melibatkan empet
langkah.
·
Pilihlah table yang paling terkait
dari ARACR auditor . ARACR ini seharusnya sama dengan ARACR yang digunakan
untuk menentukan ukuran sampel awal
·
Temukan nomor sesungguhnya dari pengecualian yang ditemukan dalam pengujian
audit pada bagian atas table
·
Temukan ukuran sampel actual dibagian
kiri jauh kolom
·
Bacalah kolom jumlah pengecualian
actual yang sesuai sehingga beririsan dengan baris ukuran sampel yang sesuai .
Nomor yang beririsan adalah CUER.
Untuk
menggunakan table evaluasi untuk PT perkakas prima , asumsikan sebuah ukuran
sampel 70 dan satu pengecualian dalam atribut 6. Menggunakn ARACR 5perse, CUER
setara 6,6 persen. Dengan kata lian, CUER untuk atribut 6 adalah 6,6 persen
pada ARACR 5 persen. Apakah ini artinya jika 100 persen populasi diuji maka
tingkat pengecualian sesungguhnya tetap tidak diketahui apa yang dimaksud Dari
hasil ini adalah jika auditor menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian
sesungguhnya tidak melebihi 6.6 persen , maka ada 95 persen kemungkinan bahwa
kesimpulan itu sudah benar dan 9 persen kemungkinan hal itu salah.
Hal
ini mungkin saja untuk memiliki sebuah
ukuran sampel yang tidak sebanding dengan apa yang disediakan dalam tabel
evaluasi pengambilan sampel atribut. Ketika ini terjadi adalah umum bagi audtor
menginterpolasi untuk pemikiran poin-poin data yang jauh diatara yang sudah
disebut dalam table.
Analisi
pengecualian. Sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-statistik.
13. Memutuskan
tingkat penerimaan populasi. Metodologi untuk memutuskan tingkat poenerimaan
populasi adalah esensinya sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-
14. TER untuk
setiap atribut . sebelum populasi dianggap bisa diterima, CUER ditentukan pada
basis hasi sampel actual harus kuarang dari atau sama dengan TER ketika
keduanya didasrkan pada ARACR yang sama. Dalam contoh kita , ketika auditor
sudah menyebutkan TER 7 persen dan 5 persen ARACR dan CUER 6.6 persen ,
persyratan terhadap sampel sudah dipenuhi. Dalam kasus ini pengendalian yang
diuji bisa digunakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian sebagaimana
direncanakan, menyediakan analisis yang hati-hati terhadap penyebab
pengecualian tidak mengindikasikan kemungkinan sebuah masalah signifikan
diadalam sebuah aspek pengendalian yang sebelumnya tidak diperhatiakn.
Ketika
CEUR lebih besar dari TER ,adalah perlu untuk mengambil tindakan khusus
pengambilan sampel non-statistik adalah bisa diterapkan serta untuk pengambilan
sampel atribut.
Kebutuhan Pertimbangan Profesional
Sebuah kritik terhadap pengambilan
sampel statistic terkadang itu mengurangi penggunaan pertimbangan profesional
dari auditor. Perbandingan 14 langkah yang dibahas pada bab ini untuk
pengambilan sampel non-statistik dan atribut menynjukkan bahwa kritikan ini
tidak penting. Untuk aplikasi yang benar, pengambilan sampel atribut menuntut
auditor memakai penilaian profesional dalam banyak tahapan. Untuk memilih
ukuran sampel awal, auditor bergantung terutama pada TER dan ARACR, membutuhkan
taksiran yang hati-hati.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sampel yang
representatif merupakan salah satu karakteristik dalam pemilihan sampel audit
yang memiliki kesamaan dengan populasi.
Pengambilan sampel
statistik berbeda dengan
pengambilan sampel non statistik.dengan menerapkan aturan-aturan
metematis,auditor dapat mengukur risiko pengambilan sampel dalam merencanakan
sampel serta dalam mengevaluasi hasil
statistik dengan tingkat keyakinan 95 persen pada mata pelajaran
statistik . tingkat keyakinan 95 persen memiliki risiko sampel 5 persen).
Dalam pengambilan sampel
non-statistik, auditor tidak
mengkuaatifikasikan resiko sampel. namum,auditor memilih pos-pos sampel yang di
yakini akan memberikan informasi yang paling
berguna dalam kondisi tersebut dan menarik kesimpulan atas populasi
berdasarkan pertimbangan profesinal.
Untuk alasan itulah,pengguanan sampel non statistik sering kali di namai dengan
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan(judgmental sampling).
ketika menggunakan pemilihan sampel
probabilistik,auditor memilih pos sampel secara acak sehingga setiap pos
populasi memiliki probabilitas yang pasti di masukkan pada sampel.proses ini
memerlukan kehati-hatian yang tinggi dan menggunakan pertimbangan profesional
daripada metode probabilistik.auditor dapat menggunakan salah satu dari
beberapa metode pemilihan sampel non probabilistik.
Metode pemilihan sampel
non sampel non probabilistik adalah sebagai berikut:
4.
Pemilihan sampel terarah(directed
sampel selection)
5.
Pemilihan sampel blok(block sampel
selection)
6.
Pemilihan sampel sembarang (haphazard
sampel selection).
Metode pemilihan sampel
probabilistik antara lain adalah:
5.
Pemilhan sampel acak sederhana
6.
Pemilihan sampel sistematik
7.
Pemilihan sampel probabilistik
proporsional terhadap ukuran
8.
Pemilihan sampel berjenjang
Auditor
menggunakan pengambilan sampel pengujian pengendalian dan pengujian substantive
transaksi untuk memperkirakan persentase pos-pos dalam populasi yang memuat
karekteristik atau atribut yang
penting. Persentase ini dinamakan dengan tingkat
keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate). Auditor memperhatikan dengan beberapa jenis
pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi.
1.
Deviasi
dari pengendalian yang diterapkan klien
2.
Salah
saji moneter dalam populasi data transaksi
3.
Salah
saji moneter dalam populasi perincian saldo akun
Langkah-langkah pengambilan sampel
non-statistik dapat diterapkan pada pengambilan sampel atribut, pada bagian
ini,kita akan berfokus pada perbedaan antara keduanya.
Merencanakan Sampel
1.
Menerapkan tujuan pengujian audit.sama untuk pengenbilan sampel
atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
2.
Menentukan apakah pengambilan sampel
audit akan diterapkan. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan
sampel non-statistik
3.
Mendefinisikan atribut dankondisi
pengecualiannya.sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel
non-statistik
4.
Mendefinisikan populasi. Sama untuk
pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
5.
Mendefinisikan unit sampel. Sama untuk
pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
6.
Menentukan tingkat pengecualian yang
dapat diterima.sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel
non-statistik
7.
Menentukan risiko yang dapat diterima
akibat risiko pengendalian yang dinilai terlalu rendah. Konsep penentuan risiko
ini sama baik untuk pengambilan sampel statistic maupun non-statistik ,
Sebagian besar audit menggunakan risiko yang rendah, sedang atau
tinggi,sementara auditor lainnya yang menggunakan pengambilan sampel atribut
menggunakan jumlah tertentu, Misalnya risiko 10% atau 5% metodenya berbeda
karena auditor perlu mengevaluasi hasilnya secara statistic
8.
Mengestimasikan tingkat pengecualian
populasi. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel
non-statistik
9.
Menentukan ukuran sampel awal.Empat
faktor yang menentukan ukuran sampel awal baik untuk pendekatan statistik
maupun non-statistik adalah ukuran populasi , TER,ARACR,dan EPER. Dalam
pengambilan sampel atribut,auditor menentukan ukuran sampel dengan menggiunakan
program computer atau table yang dikembangkan dari rumus-rumus tatistik
Pilih Sampel
dan Jalankan Prosedur-prosedur audit
10. Pilihlah
sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel untuk pengambilan sampel
statistic dan non-statistik adalah persyaratan bahwa metode probabilitas harus
digunakan untuk pengambilan sampel statistic. Baik acak sederhana atau
pengambilan sampel sistimatis , digunakan untuk pengambilan sampel atribut.
11. Menjalankan
prosedur-prosedur audit. Sama untuk pengambilan sampel atribut dan
non-statistik.
Mengevaluasi
hasil
12. Menggeneralisasikan
dari sampel kepopulasi. Untuk pengambilan sampel atribut, auditor menghitung
batas presisi atas (CUER) dan sebuah ARACR spesifik, dan kembali mengunakan
program computer atau table yang dikembangkan dari rumus-rumus statistik.
13. Analisi
pengecualian. Sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-statistik.
14. Memutuskan
tingkat penerimaan populasi. Metodologi untuk memutuskan tingkat poenerimaan
populasi adalah esensinya sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-
15. TER untuk
setiap atribut . sebelum populasi dianggap bisa diterima, CUER ditentukan pada
basis hasi sampel actual harus kuarang dari atau sama dengan TER ketika
keduanya didasrkan pada ARACR yang sama. Dalam contoh kita , ketika auditor
sudah menyebutkan TER 7 persen dan 5 persen ARACR dan CUER 6.6 persen ,
persyratan terhadap sampel sudah dipenuhi. Dalam kasus ini pengendalian yang
diuji bisa digunakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian sebagaimana
direncanakan, menyediakan analisis yang hati-hati terhadap penyebab
pengecualian tidak mengindikasikan kemungkinan sebuah masalah signifikan
diadalam sebuah aspek pengendalian yang sebelumnya tidak diperhatiakn.
B.
SARAN
Dengan membaca makalah ini, pembaca
disarankan agar dapat menambah pengetahuan berkaitan dengan pemilihan
sampel audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Tak lupa, kami meminta saran dan
kritik atas tulisan kami demi melengkapi dan menjadi bahan pertimbangan pada
penulisan-penulisan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Elder.landar J, Beasly. Mark S, Arens. Alfin A, Jusuf. Amir
abadi. 2011. Jasa audit dan assurance.Jakarta:
Salemba Empat