Monday, December 30, 2013

Makalah Akuntansi - Pemilihan Sampel Audit

Share On:




A.    LATAR BELAKANG
Pada awal perkembangan audit, sudah biasa bagi auditor untuk memeriksa seluruh catatan perusahaan yang diaudit. Tetapi seiring dengan berkembangnya perusahaan, baik dalam ukuran maupun kompleksitas, sangat tidak ekonomis untuk memeriksa seluruh catatan akuntansi dan dokumen pendukungnya. Penting bagi auditor untuk dapat menarik kesimpulan mengenai kewajaran mengenai laporan keuangan perusahaan berdasarkan pemeriksaan atas bagian dari catatan-catatan dan transaksi-transaksi.
Akibatnya, auditor memberikan keyakinan yang memadai, bukan absolut. Seperti disebutkan dalam Standar Pekerjaan Lapngan Ketiga, dalam auditnya,auditor tidak mengumpulkan semua bukti untuk merumuskan pendapatnya,melainkan melakukan pengujian terhadap karakteristik sebagian bukti untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik seluruh bukti.
Dalam melakukan pengujian terhadap karakteristik sebagian bukti tersebut auditor dapat menempuh empat cara yaitu : mengambil sampel 100%, Melaksanakan judgement sampling, Melakukan representativesampling dan, melakukan statistical sampling. Tetapi Sebelum pengujian dapat dilaksanakan, auditor perlu menentukan ukuran sampel dan pos yang dipilih dari populasi untuk setiap prosedur audit yang akan dijalankan.
Ketika auditor memutuskan untuk memilih kurang dari 100 persen populasi pengujian untuk membuat kesimpulan mengenai populasi tersebut, hal ini dinamakan pemilihan sampel audit. Evaluasi sampel audit merupakan hal yang penting dan sering kali merupakan bagian yang paling menantang dari sebuah pengauditan. Namun apakah sebuah sampel secara akurat dapat menggambarkan informasi akuntansi klien.
Oleh karena itu disini kita akan membahas mengenai masalah pemilihan sampel untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk menguji siklus penjualan dan penagihan.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana konsep pemilihan sampel representative ?
2.      Bagaimana membedakan antara pengambilan sampel secara statistic dan non statistic dan antara pemilihan sampel probabilistic dan non probabilistic ?
3.      Bagaimana memilih sampel yang representative dan menggambarkan pemilihan sampel audit untuk tingkat-tingkat pengendalian ?
4.      Bagaimana menggunakan pemilihan sampel non-statistik dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi serta menggambarkan atribut pemilihan sampel dan distribusi sampel ?
5.      Bagaimana pemilihan sampel atribut dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi ?


C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui konsep pemilihan sampel representative.
2.      Untuk mengetahui membedakan antara pengambilan sampel secara statistic dan non statistic dan antara pemilihan sampel probabilistic dan non probabilistic.
3.      Untuk mengetahui memilih sampel yang representative dan menggambarkan pemilihan sampel audit untuk tingkat-tingkat pengendalian.
4.      Untuk mengetahui menggunakan pemilihan sampel non-statistik dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi serta menggambarkan atribut pemilihan sampel dan distribusi sampel.
5.      Untuk mengetahui pemilihan sampel atribut dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      SAMPEL YANG REPRESENTATIF
Ketika memilih sebuah sampel dari populasi,auditor untuk mendapatkan sampel yang refresentatif. Sampel yang referesentatif merupakan sampel di mana karakteristik sampel tersebut mendekati  karakteristik populasinya.hal ini berarti  bahwa  pos-pos yang di pilih sebagai sampel tersebut harus mirip dengan sampul yang tidak di pilih.asumsikan bahwa pengendalian internal suatu klien mengharuskan seorang petugas untuk melampirkan dokumen pengiriman pada setiap salinan faktur  penjualan,namum petugas tersebut gagal untuk mengikuti prosedur ini setidaknya sebesar 3% pada periode tersebut. jika auditor memilih 100 sampel salinan faktur penjualan dan menemukan bahwa ada 3 faktur yang tidak memiliki lampiran dokumen pengiriman,sampel ini merupakan sampel yang sangat representative. Jika ada dua atau empat  banyak sekali faktur yang tidak dilampiri dokumen pengiriman,maka sampel  ini dikatakan cukup representative,jika tidak ada atau banyak sekali faktur yang tidak di lampiri dokumen  pengiriman,maka sampel  ini tidak representative.
            Dalam praktiknya,auditor  tidak mengetahui apakah sampel yang mereka pilih itu representative atau tidak,bahkan setelah semua pengujian telah selesai di lakukan. (satu- satunya cara untuk mengetahui apakah  sebuah sampel itu representative adalah dengan menguji semua keseluruhan populasi). Namum,auditor dapat meningkatkan kemungkinan sebuah sampel agar menjadi representative dengan menggunakan kehati-hatian dalam perancangan proses,pemilihan dan evaluasi hasil dan hasil sampel. Sebuah hasil sampel dapat menjadi tidak repreesentatif di karenakan kesalahan non sampel dan resiko sampel.kedua resiko tersebut dapat di kendalikan.
            Resiko non sampel adalah risiko di mana pengujian audit tidak mampu  mengunggkap pengecualian-pengecualian yang ada dalam sampel tersebut.dua penyebab risiko non sampel  adalah kegagalan auditor dalam mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak tepat atau tidak memadai.
            Seorang auditor mungkin telah gagal mengenali pengecualian karena kelelahan,kebosanan atau kurangnya pemahaman atas apa yang seharusnya di cari. Dalam contoh sebelumnya,asumsikan 3 domumen pengiriman tidak di lampirkan pada salinan faktur  penjualan dalam suatu sampel berjumlah 100 pos. jika auditor menyimpulkan bahwa tidak ada pengecualian yang muncul,maka ini di sebut kesalahan non sampel.sebuah prosedur audit yang efektif untuk mendeteksi pengecualian-pengecualian yang dipertanyakan dapat di lakukan misalnya dengan memeriksa suatu sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing-masing di lampirkan pada salian faktur penjualannya,alih-alih salian memeriksa sebuah sampel faktur  penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengirimannya sudah terlampir . dalam kasus ini,auditor  telah melakukan pengujian dengan arah yang salah dengan memulai dari dokumen pengiriman , alih-alih salinan faktur penjualan.prosedur audit sangat hati=hati,instruksi yang tepat ,supervise, dan pengkajian ulang merupakan cara-cara untuk mengendalikan kesalahan non sampel.
            Risiko sampel merupakan  risiko di mana seorang aduditor mencapai sebuah kesimpulan yang tidak benar karena sampelya tidak representative terhadap populasi.resiko sampel merupakan bagian melekat pad pemilihan sampel dari pengujian yang kurang terhadap keseluruhan populasi.sebagai contoh, asumsikan aditor memutuskan  bahwa pengendalian tidak efektif jika  ada tingkat pengecualian populasi sebanyak 6 persen.asumsikan auditor  menerima pengendalian tersebut sebagai pengendalian yang efektif berdasarkan pada pengujian pengendalian dengan pos sampel sebanyak 100 dan memiliki dua pengecualian 8 persen,auditor telah salah menerima populasi,karena sampelnya tidak memadai sebagai sampel yang representative terhadap populasi
            Auditor dapat melakukan dua cara berikut untuk mengendalikan risiko sampel.
1.      Menyesuaikan ukuran sampel
2.      Menggunakan metode  yang tepat dalam pemilihan  pos sampel dari populasi.
Meningkatkan ukuran sampel akan mengurangi risiko sampel,dan sebaliknya.di titik yang ekstrim,sebuah  sampel dari semua pos populasi memiliki risiko sampel  nol di titik ektrim lainnya, sebuah sampel yang hanya terdiri dari dua atau tiga pos saja memilik risiko sampel  yang paling tinggi.
            Menggunakan  metode pemilihan sampel yang tepat akan meningkatkan sifat sampel yang representative.hal ini tidak menghapus atau bahkan mengurangi risiko sampel,namum memungkinkan auditor  untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan suatu ukuran sampel jika metode statistic pemilihan dan evaluasi sampel di gunakan.

B.       PENGAMBILAN SAMPEL SECARA STATISTIK VERSUS NON-STATISTIK DAN PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK VERSUS NON-PROBABILISTIK
Sebelum membahas mengenai metode pemilihan sampel untuk mendapatkan sifat sampel yang representative,akan sangat berguna untuk membedakan antara pengambilan sampel secara statistic dan non statistic dan pemilihan sampel probabilitas dan  non probabilistic.
PENGAMBILAN SAMPEL STATISTIK DAN NON STATISTIK
            Metode pengembalian sampel dapat di bedakan dalam dua kategori besar,yakni pengambilan sampel secara statitik  dan non statisti.kedua kategori ini identik satu sama lain dalam hal keduanya melibatkan tiga fase  berikut.
1.      Merencanakan sampel
2.      Memilih sampel dam melakukan pengujian-pengujian
3.      Mengevaluasi hasilnya
Tujuan perencanaan sampel adalah untuk menyakinkan agar pengujian audit di lakukan dalam cara yang dapat memberikan risiko sampel yang di inginkan dan meninimalkan kemungkinan kesalahan  non sampel. Pemilihan  sampel melibatkan keputusan mengenai  bagaimana  kesalahan non sampel.pemilihan sampel melibatkan keputusan mengenai bagaimana suatu sampel dipilih dari populasi.Auditor hanya dapat melakukan pengujian audit setelah pos-pos sampel dipilih. Pengevaluasian hasilnya merupakan pengambilan kesimpulan dari hasil pengujian-pengujian audit.
Asumsikan auditor memilih sampel 100 salinan faktur penjualan dari suatu populasi,menguji masing-masing sampel untuk menentukan apakah dokumen pengiriman barang sudah terlampir,dan menentukan terdapat tiga pengecualian.
Pengambilan sampel statistik  berbeda dengan pengambilan sampel non statistik.dengan menerapkan aturan-aturan metematis,auditor dapat mengukur risiko pengambilan sampel dalam merencanakan sampel serta dalam mengevaluasi hasil  statistik dengan tingkat keyakinan 95 persen pada mata pelajaran statistik . tingkat keyakinan 95 persen memiliki risiko sampel 5 persen).
Dalam pengambilan sampel non-statistik, auditor  tidak mengkuaatifikasikan resiko sampel. namum,auditor memilih pos-pos sampel yang di yakini akan memberikan  informasi yang paling berguna dalam kondisi tersebut dan menarik kesimpulan atas populasi berdasarkan  pertimbangan profesinal. Untuk alasan itulah,pengguanan sampel non statistik sering kali di namai dengan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan(judgmental sampling).
Pemilihan sampel probabilitas dan non-probabilistik
Pemilihan sampel probabilistik maupun non probabilistik berada di tahap 2.ketika menggunakan pemilihan sampel probabilistik,auditor memilih pos sampel secara acak sehingga setiap pos populasi memiliki probabilitas yang pasti di masukkan pada sampel.proses ini memerlukan kehati-hatian yang tinggi dan menggunakan pertimbangan profesional daripada metode probabilistik.auditor dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode pemilihan sampel non probabilistik.
Penerapakan pemilihan sampel statistik dan non-statistik dalam praktik  dan metode pemilihan sampel
Standar audit mengizinkan auditor untuk menggunakan pendekatan statistik ataupun non statistik dalam melakukan pengambilan sampel. Namum, penting untuk diingat bahwa penerapan dalam prosesnya harus  di ikuti dengan saksama.ketika pendekatan statistik digunakan sampel tersebut harus bersifat probabilistik dan metode evaluasi secara statistik harus di gunakan dengan hasil  sampelnya untuk membuat perhitungan risiko pengambilan sampel.auditor dapat membuat evaluasi secara statistik harus digunakan dengan hasil sampelnya untuk membuat perhitungan risiko pengambilan sampel. Aauditor dapat mengevaluasi non statistik ketika menggunakan pemilihan sampel probabilistik,namum tidak boleh  mengevaluasi sampel non probabilistik dengan menggunakan metode statistik.
Tiga jenis metode pemilihan sampel biasanya dikaitkan dengan pengambilan sampel audit non statistik.ketiga metode tersebut adalah non probabilistik.empat jenis metode pemilihan sampel biasanya dikaitkan dengan metode pemilihan sampel biasanya dikaitkan dengan pengambilan sampel audit statistik.keempat metode tersebut adalah probabilistik
Metode pemilihan sampel non sampel non probabilistik adalah sebagai berikut:
1.      Pemilihan sampel terarah(directed sampel selection)
2.      Pemilihan sampel blok(block sampel selection)
3.      Pemilihan sampel sembarang (haphazard sampel selection).

Metode pemilihan sampel probabilistik antara lain adalah:
1.      Pemilhan sampel acak sederhana
2.      Pemilihan sampel sistematik
3.      Pemilihan sampel probabilistik proporsional terhadap ukuran
4.      Pemilihan sampel berjenjang

C.      METODE PEMILIHAN SAMPELNON- PROBABILISTIK
Hubungan Antara Metode Seleksi Sampel Dengan Evaluasi Hasil
Metode Seleksi Sampel
Metode evaluasi hasil

statistik
Non statistik
Probabilistik
direksi
Dapat diterima
Non probabilistik
Tidak dapat diterima
wajib

Metode pemilhan sampel non probabilistik merupakan metode-metode yang tidak  memenuhi persyaratan teknis untuk pemilihan sampel ini tidak berdasarkan pada probabilitas    matematis,keterwakilan  sampel tersebut mungkin sulit untuk ditentukan.
PEMILIHAN  SAMPEL TERARAH (DIRECTED SAMPLE SELECTION)
            Dalam pemilihan sampel terarah auditor secara sengaja memilih setiap pos dalam sampel berdasarkan pada pertimbangan profesional mereka sendiri daripada menggunakan pemilihan sampel secara acak.pendekatan yang umumnya digunakan mencakup hal-hal berikut.
            Pos-pos yang paling mungkin berisi salah saji.  auditor sering kali mampu mengendtifikasi pos populasi mana yang paling mungkin terjadi salah saji. Contohnya  adalah piutang dagang yang belum dilunasi untuk periode yang lama,pembelian dari dan penjualan pada karyawan dan perusahaan terafiliasi,serta transaksi yang sangat besar dan tidak biasa.auditor dapat secara efisien menyelidiki pos-pos sejenis ini dan hasilnya dapat diterapkan pada populasi.dalam mengevaluasi sampel sejenis itu,auditor biasanya beralasan bahwa jika tidak ada pos-pos dari sampel yang dipilih ini yang mengalami salah saji,kecil kemungkinan bahwa populasinya mengalami salah saji material.
Pos –pos yang berisi karakteristik populasi yang dipilih. dengan memilih satu atau lebih pos-pos dengan karakteristik populasi yang berbeda,auditor dapat merancang sampel agar menjadi representatif. Sebagai contoh,auditor dapat memilih sebuah sampel penerimaan kas yang berisi  beberapa sampel dari setiap bulannya,dari setiap akun bank atau lokasi,dan jenis utama akuisisi.
Cakupan nilai rupiah yang besar.auditor terkadang dapat memilih sebuah sampel yang mencakup suatu porsi terbesar dari total rupiah populasi,sehingga dapat mengurangi risiko pengambilan kesimpulan yang tidak tepat dengan tidak memeriksa pos-pos yang nilai rupiahnya kecil,di mana hanya sedikit pos yang membentuk proporsi besar dari total niali populasi.beberapa metode pengambilan sampel statistik juga di rancang untuk mencapai pengaruh sama.
Pemilihan sampel blok (blok sampel selection)
Dalam  pemilihan  sampel blok auditor memilih pos,di dalam suatu blok terlebih dahulu, kemudian blok sisanya dipilih secara berurutan,sebagai contoh,anggaplah sampel blok adalah 100 transaksi penjualan yang berurutan dari jurnal penjualan di minggu ke tiga bulan maret.Auditor dapat memilih total sampel sebesar 100 dengan mengambil 5 blok yang berisi 20 pos,10 blok yang berisi 10 pos,50 blok yang berisi 2 pos atau 1 blok berisi 100 pos.
            Biasanya merupakan praktik yang dapat diterima untuk menggunakan sampel blok hanya jika suatu jumlah blok yang  masuk digunakan,probabilitas mendapatkan sebuah sampel yang representatif akuntansi,sifat musiman dari banyak bisnis .sebagai contoh,dalam contoh sebelumnya,pengambilan sampel 10 blok yang berisi 10 pos dari menggu ketiga bulan maret sangat kurang tepat di bandingkan dengan memilih 10 blok yang berisi 10 pos dari 10 bulan yang berbeda.
            Pengambilan sampel blok juga dapat digunakan untuk menambah sampel lainnya ketika terdapat kemungkinan salah saji yang besar untuk suatu periode tertentu.sebagai contoh,auditor dapat memilih 100 penerimaan kas dari minggu ketiga bulan mei jika pada saat itu petugas pembukuan sedang berlibur dan pegawai pengganti yang tidak berpengalaman memproses transaksi peneriamaan kas.
Pengambialan sampel sembarang (Haphazard sampel selection)
Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan pos sampel tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Pada beberapa kasus,auditor memilih pos populasi tanpa mempertimbangkan ukuran,sumber,atau karekteristik khusus lainnya.
            Kekurangan yang paling utama dari oengambilan sampel sembarang adalah kesulitan dalam menentukan sisa yang pasti tidak bias dalam pemilihan sampel.beberapa pos populasi lebihh mungkin lebih mungkin di masukkan ke dalam sampel di bandingkan dengan pos lainnya karena kterampilan auditor dan bias yang tidak disengaja.
            Meskipun pemilihan sampel acak dan blok nampaknya kurang logis di bandingkan dengan pemilihan sampel terarah,keduanya sering kali digunakan ketika biaya pemilihan sampel yang lebih rumit  daripada mamfaat yang didapatkan dari penggunaan kedua pendekatan ini.sebagai contoh,anggaplah auditor ingin menelusuri sisi kredit pada arsip utama piutang dagang kejurnal penerimaan  kas dan bukti-bukti sah lainnya sebagai pengujian penghapusan utang fiktif pada arsif utama. Dalam situasi itu,banyak auditor yang mnggunakan pendekatan sembarang atau dalam situasi itu banyak auditor yang menggunakan pendekatan sembarang atau blok,karena lebih mudah dan lebih murah di bandingkan dengan metodepemilihan lainnya.namum demikian ,untuk banyak penerapan metode pengambilan sampel statistik yang melibatkan pengujian pengendalian dan pengujian  substantif transaksi,auditor lebih cenderung menggunakan metode pemilihan sampel probabilistik untuk meningkatkan kemungkinan pemilihan sampel yang representatif.

D.      METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK
Pengambilan sampel statistic mengharuskan sampel probabilistik untuk mengukur risiko sampe. Untuk sampel probabilistic, auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai pos apa yang harus dipilih, kecuali dalam memilih yang emas dari empat metode yang akan digunakan.
Pemilihan Sampel Acak Sederhana
Dalam pemilihan sampel acak sederhana, setiap kombinas yang mugkin dari pos populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan pengambilan acak sederhana untuk sampel populaso ketika tidak terdapat kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih jenis pos-pos populasi.
Tabel Nomor Acak nomor-nomor acak merupakan serangkaian digit nomor yang memiliki probabilitas yang sama untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola yang bisa diidentifikasi. Tabel nomor acak memilki digit angka acak dalam tabel yang memilki kolom dan baris yang sudah diberi nomor. Auditor memilih sampel acak dengan menentukan hubungan antara nomor dokumen klien yang akan dipilih dan digit nomor dalam tabel nomor acak terlebih dahulu, kemudian mencari nomor acak pertama yang jatuh dalam urutan nomor dokumen yang akan diuji. Proses ini berlangsung terus sampai sampel terakhir dipilih.
Nomor Acak Yang Dihasilkan Oleh Komputer. Sebagian besar sampel acak yang digunakan auditor dihasilkan oleh komputer dengan menggunakan salah satu dari tiga jenis program yaitu kertas kerja elektronik, penghasil nomor acak, dan peranti lunak audit umum.
Program komputer menawarkan beberapa keunggulan. Keunggulan itu antara lain adalah hemat waktu, mengurangi kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh auditor dalam memilih nomor dan dokumentasi yang otomatis. Karena sebagian besar auditor memilki akses terhadap komputer dan kertas kerja elektronik atau program penghasil nomor acak, biasanya auditor cenderung menggunakan nomor acak yang dihasilkan oleh komputer dibandingkan dengan metode pemilihan sampel probabilistik lainnya.
Nomor acak dapat diperoleh dengan atau tanpa penggantian. Dengan penggantian berarti sebuah elemen dalam populasi dapat dimasukkan ke dalam sampel lebih dari sekali. Dalam pemilihan sampel tanpa penggantian, sebuah pos dapat dimasukkan dalam sampel hanya sekali. Meskipun kedua pendekatan pemilihan sampel ini konsisten dengan teori statistic, auditor jarang menggunakan pengambilan sampel dengan penggantian.
Pemilihan Sampel Statistik
Dalam pemilihan sampel statistik (disebut juga dengan pengambilan samoek sistematik), auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih pos-pos untuk sampel tersebut berdasarkan ukuran interval. Intervalnya ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Dalam suatu populassi faktur penjualan yang rentangnya dari 652 ke 3151, dengan ukuran sampel yang diinginkan sebanyak 125, maka intervalnya adalah 20 ([3151-651]/125). Auditor memilih sebuah nomor acak antara 0 dan 19 ( ukuran interval) lebih dulu untuk menentukan titik awal sampel. Jika nomor yang dipilih secara acak adalah 9, pos pertama dalam sampel adalah faktur penjualan dengan nomor 661 (652 + 9). Seratus dua puluh empat sisanya adalah 681 (661+20), 701 (681 + 20), dan seterusnya sampai dengan pos ke 3141.
Keunggulan pemilihan sampel sistematik adalah kemudahan dalam penggunaannya. Pada sebagian besar populasi, sampel sistematik dapat diambil dengan cepat dan pendekatan ini akan secara otomatis memasukkan nomor secara berurutan, sehingga mudah untuk mengembangkan dokumentasi yang tepat.
Masalah yang harus diperhatikan dalam pemilihan sampel sistematik adalah kemungkinan terjadinya bias. Karena cara dilakukannya pengambilan sampel sistematik adalah jika pos pertama dalam sampel sudah dipilih, semua pos lainnya dipilih secara otomatis. Hal ini tidak menimbulkan masalah jika karekteristik yang penting, misalnya kemungkinan adanya deviasi pengendalian, didistribusikan secara merata pada seluruh populasi, yang biasanya tidak selalu terjadi.
Probabilitas proporsional terhadap pemilihan ukuran dan stratifikasi sampel
Pada banyak situasi audit akan sangat bermanfaat untuk memilih sampel yang menekankan pos-pos populasi dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Berikut, dua cara untuk mendapatkan sampel semacam itu.
1.      Ambillah suatu sampel dimana probabilitas untuk memilih setiap pos populasi proporsional terhadap jumlah tercatatnya. Metode ini dinamakan pengambilan sampel proporsional dengan ukurannya (probability proportional to size- PPS), dan pendekatan ini di evaluasi dengan menggunakan pendekatan pengambilan sampel non-statistik atau pengambilan sampel statistic pos moneter.
2.      Bagilah populasi ke dalam sub-sub populasi, biasanya dengan menggunakan ukuran nilai rupiahnya dan ambillah sampel yang lebih besar dari sub-sub populasi yang berukuran lebih besar. Pendekatan ini dinamakan dengan pengambilan sampel berjenjang, dan dievaluasi dengan menggunakan pendekatan non-statistik atau pendekatan statistic variabel.


E.       PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENGECUALIAN
Auditor menggunakan pengambilan sampel pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi untuk memperkirakan persentase pos-pos dalam populasi yang memuat karekteristik atau atribut yang penting. Persentase ini dinamakan dengan tingkat keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate).  Auditor memperhatikan dengan beberapa jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi.
1.      Deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien
2.      Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
3.      Salah saji moneter dalam populasi perincian saldo akun
Mengetahui tingkat pengecualian sangat berguna, khususnya untuk dua jenis pengecualian pertama, yang melibatkan transaksi-transaksi. Oleh karena itu, auditor melakukan pengambilan sampel audit yang ekstensif sehingga mampu mengukur tingkat pengecualian dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi. Auditor biasanya menggunakan tingkat pengecualian tersebut karena auditor harus menentukan apakah salah sajinya material atau tidak. Ketika auditor ingin mengetahui total jumlah salah saji, auditor menggunakan metode yang mengukur nilai rupiahnya, bukan tingkat pengecualiannya.
Tingkat pengecualian dalam sebuah sampel digunakan untuk memperkirakan tingkat pengecualian pada seluruh populasi. Hal ini berarti merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian harus dipahami merujuk pada baik deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah moneter yang tidak benar, apakah disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau pun penyebab lainnya. Istilah deviasi khususnya merujuk pada penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan.
Anggaplah, misalnya, auditor menginginkan untuk menentukan persentasi salinan faktur penjualan yang tidak memilki lampiran dokumen pengiriman. Auditor mendapatkan sampel dari salinan faktur penjualan dan menentukan persentase faktur penjualan yang tidak lengkapi dengan dokumen pengiriman. Auditor kemudian menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian sampel merupakan estimasi terbaik atas tingkat pengecualian populasi.
Karena tingkat pengecualian berdasarkan pada suatu sampel, terdapat kemungkinan yang signifikan bahwa tingkat pengecualian sampel berbeda dengan tingkat pengecualian actual populasinya. Perbedaan ini dinamakan kesalahan pengambilan sampel (sampling error). Auditor harus memperhatikan estimasi kesalahan sampel dan keandalan estimasinya, yang diistilahkan dengan risiko pengambilan sampel (sampling risk).
Dalam menggunakan pengambilan sampel audit untuk tingkat pengecualian, auditor ingin mengetahui apakah sebagian besar tingkat pengecualiannya sudah tepat dibandingkan dengan kedalaman interval keyakinannya. Sehingga, auditor memfokuskan pada batas atas estimasi interval yang disebut juga dengan batas atas tingkat pengecualian yang dihitung atau diestimasi (computed upper exception rate- CUER) pada pengujian pengendalian dan pengujian substantfif transaksi. Dengan menggunakan angka-angka pada contoh sebelumnya, auditor dapat menyimpulkan bahwa CUER untuk faktur penjualan yang tidak dilampiri dokumen pengiriman adalah 4 persen dengan tingkat risiko pengambilan sampel sebesar 5 persen.

F.       PENERAPAN PENGAMBILAN AUDIT NON- STATISTIK
            Auditor menggunakan 14 langkah berikut dalam menerapkan pengambilan sampel audit untuk pengujian pengendalian dan pengujuan substansif transaksi.langkah-langkah di bagi dalam tiga fase sebagaimana telah disajika  sebelumnya.auditor harus mengikuti langka-langkah ini dengan seksama untuk meyakinkan agar dilakukan penerapan pengauditan maupun ketentuan pengambilan sampel yang tepat.Kita menggunakan contoh audit pada PT Perkakas prima untuk menggambarkan langkah-langkah ini kedalam pembahasan berikut.
*        Merencanakan Sampel
1.      Menerapkan tujuan darp pengujian audit.
2.      Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan ditetapkan.
3.      Mendevenisikan atribut dan kondisi pengecualian.
4.      Mendevenisikan populasi.
5.      Mendevenisikan pos sampel.
6.      Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima.
7.      Menentukan resiko yang dapat diteriam akibat risiko pengendalian yang di nilai terlalu rendah.
8.       Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi.
9.      Menentukan ukuran sampel awal.


*    Memilih Sampel dan Menjalankan prosedur audit
10.  Memilih sampel.
11.  Menjalankan prosedur audit.
*      Evaluasi Hasil
12.Menggenerelisasikan sampel ke populasi.
13.Menganalisis pengeculian-pengeculalian.
14.Menentukan askpeptabulitas populasi
APLIKASI PENGAMBILAN SAMPEL AUDIT NON-STATISTIK
 








           
 






1.      Menetapkan Tujuan Pengujian Audit.
Tujuan dari pengujian harus ditetapkan dalam pengertian siklus transaksi apa yang akan diuji.Biasanya auditor pengedentifikasi tujuan dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif transaksi untuk.
·         Menguji efektivitas pelaksanaan pengendalian internal.
·         Menentukan apakah terdapat salah saji moneter dan transaki-transaksi.
Tujuan dari pengujian tersebut dalam siklus penjualan dan penagihan biasanya untuk menguji efektivitas pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas dan untuk menentukan apakah transaksi pemjualan dan penerimaan kas berisi salah saji moneter.Auditor biasanya mengedentifikasi tujuan-tujuan ini sebagai bagian dari perancangan program audit, seperti yang di bahas untuk siklus dan penagihan pada Bab 12.
2.      Menentukan Apakah Pengambilan Sampel Auditor Akan Diterapkan.
            Pengambilan sampel audit diterapkan bila mana auditor merencanaka untuk menarik kesimpulan mengenai suatu populasi berdasarkan pada suatu sampel.Auditor harus memeriksa program audit dan memilih prosedur-prosedur audit dimana pengambilan sampel audit diterapkan.untuk mengambarkannya,asumsikan sebagai program audit sebagai berikut:
1.      Me-review transaksi penjualan yang memilki jumlah besar dan tidak biasa (prosedur analitis).
2.      Mengamati apakah tugas yang dijalankan oleh petugas piutang dagang terpisah dari tugas dari penerimaan kas (pengujian pengendalian).
3.      Memeriksa suatu sampel salian faktur penjualan berikut.
a.       Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian penghendalian)
b.      Keberradaan lampiran dokumen pengirimannya (pengujian  pengendalian).
c.       Dimasukkan nomor bagan akun (pengujian pengendalian)
4.      Memilih suatu sampel dokumen pengiriman barang dan telusuri masing-masing salian faktur penjualan yang terkait (pengujian pengendalian).
5.      Membandingkan kuantitas pada setiap salinan faktur penujalan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait (pengujian substansif transaksi).
Pengambilan sampel audit tidak dapat diterapkan untuk dua prosedur pertama dalam program audit ini.Prosedur yang pertama menggunakan prosedur analitis sehingga pengambilan sampel tidak dapat diterapkan.yang kedua dalah prosedur pengamatan dimana muncul dokumentasi untuk melaksanakan pengambilan sampel auidit.pengambilan sampel audit dapat digunakan untuk tiga prosedur sisanya.
3.      Mendefinisikan Atribut dan Kondisi pengecualian
            Ketika pengambilan sampel audit digunakan, auditor harus sangat berhati-hati dalam mendevenisikan karakteristiik (atribut) yang akan diuji dan kondisi pengecualiannya.kecuali auditor mendevenisikan masing-masing atribut dengan berhati-hati sebelumnya, personel staf melakukan prosedur audit tidak akan memilki panduan untuk mengidentivikasi pengecualian-pengecualian.
            Atribut yang penting dan kondisi-kondisi pengecualian untuk pengambilan sampel audit diambil secara lansung dari prosedur audit auditor.
            Sampel faktur penjualan  akan di gunakan untuk memverfikasi atribut tersebut.baik dokumen yang hilang maupun salah saji yang tidak lengkap akan menmgakibatkan adanya pengedualian.
4.      Mendevenisikan Populasi          
            Populasi adalah pos-pos yang ingin digeneralisasi oleh auditor.Auditor dapat mendevenisikan populasi untuk memasukkan setiap pos yang mereka inginkan, namum ketika mereka memilih sampel, harus di pilih dari keseluruhan populasi sebagaimana telah telah didevenisaikan sebelumnya.auditor harus menguji populasi untuk kelengkapan dan keterikatan perincian sebelum sampel dipilih untuk meyakinkan bahwa semua pos populasi dapat digunakan dalam meilih sampel.
Auditor dapat  mengeneralisasi populasi yang telah diambil sampelnya.sebagai contoh, ketika melakukan  pengujian pengendalian dan pengujian substansif transaksi, auditor umumnya mendefinisikan populasi sebagai semua faktur penjualan yang sudah di catat pada tahun berjalan.Jika auditor hanya mengambil sampel dari salah satu bulan transaksi saja, maka tidak sah untuk menarik kesimpulan, mengenai faktur penjualan untuk seluruh tahun berjalan.
            Tujuan auditor harus berhati-hati dalam mendefenisikan populasi awal, serta konsisten denga tujuan dalam pengujian-pengujian audit.Dalam beberapa kasus, dirasa penting untuk mendevenisikan populasi yang berbeda untuk prosedur audit yang berbeda.Sebagai contoh, dalam mengaudit siklus penjualan dan penagihan untuk PT Perkakas Prima, arah pengujian dalam prosedur audit 12 sampai 14 di mulai dari faktur penjualan dari jurnal penjualan ke dokumen-dokumen sumbernya. Dengan demikian, auditor mendefenisikan dua populasi yang berbeda-sebuah populasi faktur  penujualan pada jurnal penjualan dan sebuah populasi pada dokumen pengiriman.
5.      Mendefinisikan Unit Sampel
            Unit sampel didefenisikan aleh auditor berdasarkan pada devenisi populasi dan tujuan pengujian audit.unit sampel merupakan unit fisik yang berkaitan dengan nomor-nomor acak yang dihasilkan auditor.Sering kali berguna untuk memikirkan unit sampel sebagai titik awal untuk melakukan pengujian audit.untuk siklus penuaqlan dan penagihan, unit sampel biasanya merupakan sebuah faktur penjualan atau nomor dokumen pengiriman.Sebagai contoh auditor menginginkan untuk menguji keterjadian penjualan, unit sampel yang tepat adalah faktur penjualan yang di catat pada jurnal penjualan.
6.      Menentukan  Tingkat Pengecualian yang Dapat Diterima
Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat diterima (tolerable excetion rate-TER) untuk setipa atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor, TER merupakan tingkat pengeculaian yang paling tinggi yang di izinkan oleh auditor dalam mengandalkan hal yang sedang diuji dan masih bersedia untuk menyimpulkan bahwa pengendalian berjalan dengan efektif (dan/atau tingkat salah saji moneter dalam transaksi yang dapat diterima.
            TER yang cocok yang merupakan pertanyaan atas meterialitas sehingga di pengaruhi oleh devisi dan pentingnya atribut dalam perencaan audit .Jika hanya pengendalian internal yang digunakan untuk mendukung penilian risiko pengendalian yang rendah untuk suatu tujuan, TER akan lebih rendah untuk atribut tersebut di bandingkan jika banyak pengendalian yang digunakan untuk mendukung penilain risiko pengendalian yang rendah untuk tunjuan yang sama.
7.      Menentukan Risiko yang Dapat Diterima Akibat Penilaian Risiko Pengendalian yang Terlalu Rendah.
            Untuk pengambilan sampel audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substansif transaksi, risiko itu dinamakan  risiko yang dapat diterima akibat penilaian risiko penegendalian yang rendah.(Acceptable risk of assessing control risk too low-ARACR).ARACR mengukur risiko yang tersedia diterima auditor karena menerima pengendalian tersebut sebagai pengendalian yang efektif (atau tingkat salah saji yang dapat diterima) ketika tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih beser dari TER.
            Dalam menentukan ARACR yang tepat untuk setiap atribut, auditor harus menggunakan pertimbangan terbaiknya.pertimbangan utamanya adalah keluasan yang direncanakan auditor untuk mengurangi risiko pengendalian yang di nilai sebagai dasar keluasan penguji terperinci saldo.
            Untuk pendekatan pengambilan sampel non-statistik merupakan hal yang umum bagi auditor untuk menyatakan ARACR pada tingkat yang tinggi, sedang atau rendah di bandingkan dengan menyatakan dalam bentuk presentase.untuk pengembuilan sampekl statistik merupakan hal yang umum bagi auditor untuk menyatakan dalam presentase, seperti misalnya 5% atau 10%.ARACR yang rendah menandakan pengujian pengendalian sangat penting sehinggan risiko pengendalian dinilai rendah dan pengujian substansif  perincian saldo dikurangi.
            Auditor dapat menetukan tingkat TER dan ARACR yang berbeda untik atribut yang berbeda dalam suatu pengujian audit, bergantung pada signifikansi dari atribut dan pengendalian yang terkait.sebagai contoh auditor biasanya menggunakan TER dan ARACR yang lebuh tinggi untuk menguji persetujuan kredit dari pada untuk menguji keteradian salinan faktur penjualan dan slip penagihan.
8.      Mengestimasikan Tingkat Pengecualian Populasi
            Auditor haru membnuat estimasi terlebih dahulu atas tingkat pengecualian populasi untuk merencanakan ukuran sampel yang tepat.Jika estimasi tingkat pengecualian populasi (estimated population exeption rate-EPER) rendah, ukuran smnpel yang relatif rendah akan memenuhi tingkat pengecualian yang dapat di terima auditor, karena hanya di butuhkan estimasi yang tidak begitu akurat.
            Auditor sering kali menggunakan hasil audit tahun sebelumnya untuk mengestimasikan EPER.Jika hasil tahun sebelumnya tidak tersedia, atau dianggap tidak dapat diandalkan, auditor dapat mengambil ukuran sampel yang kecil dari populasi tahun berjalan untuk tujuan ini.bukan merupakan hal penting memastikan agar estimasi harus signifikan, karena tingkat pengecualian tahun berjalan akan digunakan untuk mengistemasikan karekteristik populasi.
9.      Menentukan Ukuran Sampel Awal.
Empat faktor dalam menentukan ukuran sampel awal untuk pengambilan sampel audit adalah ukuran populasi, TER, ARACR, dan EFER.Ukuran populasi bukan merupakan faktor yang signifikan dan biasanya diabaikan, khususnya untuk populasi yang besar.Auditor yang menggunakan pengambilan sampel non-statistik menentukan ukuran sampel berdasarkan pertimbangan profeional dari pada menggunakan formula statistik.Setelah tiga faktor utama yang memengaruhi ukuran sampeltelah ditentukan, auditor dapat memutuskan sampel awal.
Sensitivitas Ukuran Sampel Terhadap Peruorbahan Faktor-Faktor Penentu Untuk memahami konsep yang mendasari pengambilan sampel audit, anda perlu memahami pengaruh dari peningkatan atau penurunan salah satu dari dari empat faktor yang menentukan ukuran sampel, sedangkan faktor-faktor lainnya tetap konstan.
            Sebuah kombinasi dua faktor yang memiliki pengaruh terbesar dalam ukuran sampel adalah TER dikurangi EPER, selisih antara kedua faktor tersebut merupakan ketetapan estimasi sampai awal.Ketetapan yang lebih kecil, yang memerlukan estimasi yang lebih tepat, memerlukan sampel yang lebih besar.pada satu titik ekstrim, anggaplah TER 4% dan FER 3%.Dalam kasus ini, ketepatanya adalah 1%, sehingga akan melibatkan ukuran sampel yang besar.
10.  Memilih Sampel
            Auditor dapat memilih sampel dengan menggunakan metode probabilistik atau non-propabilistik seperti yang sudah kita bahas sebelumnya pada bab ini.Untuk menentukan kemungkinan klien mengubah pos-pos sampel auditor tidak boleh memberitahu klien terlalu jauh mengenai pos-pos sampel mana yang akan dipilih.Auditor juga harus mengendalikan sampel setelah klien memberikan dokumen-dokumen yang diminta.beberapa pos sampel tambahan dapa dipili sebagai tambahan untuk mengganti setiap pos yang di batalkan pada sampel awal.
11.  Melaksanakan Prosedur Audit
            Auditor memerlukan prosedur audit dengan memeriksa setiap pos dalam sampel konsisten  dengan devenisi atribut dan dengan membuat catatan atas semua pengecualian yang ditemukan.Ketika prosedur audit telah diselesaikan untuk suatu penerapan pengambilan sampel, auditor akan memilki ukuran sampel dan jumlah pengecualian untuk setiap atribut.
12.  Generalisasi dari Sampel ke Populasi
Tingkat pengeculaian sampel (sample exception rate-SER) dapat dengan mudah dihitung dari hasil sampel aktual. SER sama dengan banyaknya pengecualian aktual dibagi dengan dengan ukuran sampel aktual.
            Merupakan hal yang paling tepat bagi auditor untuk menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi sama dengan tingkat pengecualian sampel, karena hanya kecil kemungkinan keduanya identik satu sam lain.Untuk mentode non-statistik auditor menggunakan dua cara dalam mengeneralisasi dari sampel kepulasi.
a)      Tambahkan estimasi kesalahan pengambilan sampel pada SEitor R  agar mendapatkan batas-batas tingkat pengecualian yang dihitung (CUER) yang sebuah ARACR akan sulit bagi auditor untuk memebuat estimasi kesalahan pengambilan.
b)     Kurangkan tingakat pengecualian dari tingkat pengecualian yang dapat diterima untuk mendapatkan perhitungan kesalahan pengambilan sampel (TER-SER), dan Evaluasi apakah ini sudah cukup besar untuk menyimpilkan bahwa tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya dapat diterima.dalam pendekatan ini auditor tidak membuat estimasi batas-batas tingkat pengecualian di hitung.

13.  Menganalisis Pengecualian
Pengecualian dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti kecorobohan karyawan, kesalah pahaman instruksi yang diberikan, atau kesalahan yang di sengaja dalam melakukan prosedur yang di haruskan sifat pengecualian dan penyebabnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terhadap evaluasi kualitatif sistem.sebagai contoh, jika senua pengecualian dalam pengjujian verifikasi internal atas faktur penjualan terjadi ketika personel yang biasanya bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi internal  sedang berlibur, hal ini akan memengaruhi evaluasi auditor atas pengendalian internal dan infestigasi selanjutnya.akan berbeda dibandingkan dengan pengecualian disebabkan karena persinel yang tidak berkompoten.
14.  Menentukan Akseptabilitas Populasi
Ketika melakukan generalisasi dari sampel kepopulasi, sebagian besar auditor menggunakan pendekata statistik dengan megurangkan SER dari TER dan mengevaluasi apakah selisihnya (kesalahan pengambilan sampel  cukup besar.
Ketika auditor menyimpulkan bahwa TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa populasi dapat diterima, atau ketika SER telah besar dari TER, auditor harus mengikut satu dari empat tindakan berikut.
Merivisi TER dan ARACK Alternatif ini hanya harus di ikuti jika auditor telah menyimpulkan bahwa spesifikasi awal terlalu konservatif, Merevisi TER dan ARACR mungkin sulit untuk di benarkan jika auditor pernah di telah oleh pengadilan atau suatu komisi.Auditor hanya boleh mengubah ketentuan ini jika telah melakukan pertimbangan dengan sangat hati-hati.`
Memerlukan Ukuran Sampel suatu peningkatan dalam ukuran sampel dapat berdampak pada penurunan kesalahan pengambilan sampel jika ytingkat pengecualian aktual tidak meningkat.Meningkatkan ukuran sampel, tepat dilakukan bila auditor yakin bahwa sampel awal tidak representatif  atau jika dirasa penting untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian internal telah berjalan efektif.
Merevisi Penilaian Risiko Pengendalian Jika hasil pengujian pengendalian dan pengujian substansif transaksi tidak mendukung penilaian awal risiko penegendalian, auditor harus merevisi penilaian risiko pengendalian keatas.
Auditor harus menentukan apakah akan meningkatkan ukuran sampel atau merevisi penilaian risiko pengendalian berdasarkan pertimbangan biaya manfaat.jika sampel tidak diperluas, auditor harus merevisi penilaian risiko pengendalian keatas sehingga harus melakuka  pengujian sunstansif tambahan.
Komunikasi dengan Komite Audit Atau Manajemen komunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan, digabungkan dengan salah satu dari tiga tindakan yang baru saja yang dijelaskan sebelumnya, tanpa melibatkan sifat pengecualian tersebut.Ketika auditor menentukan bahwa pengendalian internal tidak berjalan efektif, manajemen harus di beritahukan secara tepat waktu.Jika pengujian ini di lakukan sebelum akhir tahun, hal ini memugkunkan manajemen untuk memperbaiki kekurangan sebelum akhir tahun.

Dokumentasi yang Memadai
Auditor perlu menyimpan catatan yang memadai atas prosedur yang telah dijalankan, metode yang digunakan untuk memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil dari pengujian yang di lakukan serta kesimpulan yanmg dicapai.
Penilaian awal risiko pengendalian untuk PT Perkakas Prima .
·         Risiko pengendalian tinggi karena tujuan akurasi untuk penjualan karena hasil yang tidak memuaskan atas atribut 4 (prosedur 13b).
·         Risiko pengendalian tinggin karena tujuan nilai realisasi untuk penjualan berdasarkan hasil pengujian atribut 8 (prosedur 13c).
·         Tujuan keterjadian (kelengkapan) karena penerimaan kas terkait dengan tujuan kelengkapan (keterjadian) untuk akun piutang dagang.
Semua hasil pengujian substansif transaksi memuaskan kecuali untuk              tujuan akurasi dan pisah batas untuk transaksi penjualan.
*      Hasil pengujian sbstansif transaksi untuk tujuan akurasi hanya cukup baik karena ditemukan pengecualian pada atribut 2 (prosedur 13a).
*      Hasil pengujian untuk tujuan pisah batas tidak dapa diterima             akarena hasil yang tidak memuaskan pada atribut 5 (prosedur 13c).


G.      PENGAMBILAN SAMPEL AUDIT SECARA STATISTIK
Metode pengambilan sampel statistik yang paling banyak digunakan dalam pengujian pengendalian dan pengujian subtantif transaksi adalah pengambilan sampel atribut (attributes sampling)(.Ketika istilah pengambilan sampel atribut digunakan pada buku teks ini, hal ini mengacu pada pengambilan sampel atribut statistik. Pengambilan sampel non-statistik juga memiliki atribut yang merupakan karakteristik yang akan diuji dari suatu populasi, namun pengambilan sampel atribut merupakan suatu metode dengan pendekatan statistik)
Penerapan pengambilan sampel atribut untuk menguji pengendalian dan pengujian subtantif transaksi memiliki banyak kemiripan dengan pengambilan sampel non-statistik dibandingkan dengan perbedaanya.14 langkah yang sama digunakan untuk kedua pendekatan tersebut, dan istilah-istilah yang digunakan juga pada dasarnya sama saja . Perbedaan utama adalah dalam perhitungan ukuran sampel awal dengan menggunakan table yang dikembangkan dari distribusi probabilitas statistatistik dan perhitungan estimasi batas atas tingkat pengecualian dengan menggunakan table yang mirip dengan table yang digunakan untuk menghitung ukuran sampel.
DISTRIBUSI PEMILIHAN SAMPEL
Auditor mendasasri kesimpulan statistiknya pada distribusi sampel merupakan distribusi prekuensi hasil yang mungkin dari semua sampel dengan ukuran tertentu yang didapatkan dari suatu populasi yang memiliki beberapa krakteristik khusus.Distribusi smpel memungkinkan or audit untuk membuat pertanyaan probabilitas mengenai kemungkinan sifat representative dari setiap sampel yang didistribusikan. Pengambilan sampel atribut berdasarkan pada distribusi binomial,yang mana setiap sampelyang mungkin dalam populasi memiliki kemungkinan satu atau dua nilai, seperti misalnya ya/ tidak, hitam/putih  atau ada deviasi pengendalian atau tidak ada deviasi pengendalian.
Asumsikan bahwa dalam suatu populasi faktur penjualan, 5 persennya tidak dilengkapi dengan dokumen pengiriman barang sebagaimana diharuskan dalam pengendalian internal klien. Jika auditor mengambil sampel 50 faktur penjualan ,berapa banyak yang akan ditemukan tidak dilengkapi dengan dokumen pengiriman? Perkalian yang sederhana akan mengestimasikan 2,5 pengecualian (5% dari 50), namun angka tersebut tidak mungkin karena tidak ada pengecualian 2,5. Dalam kenyataannya pengecualian. Distribusi sampel binomial menyatakan pada kita bahwa probabilitas dari setiap nomor pengecualian yang mungkin terjadi.
Setiap tingkat pengecualian populasi dan ukuran sampel memiliki distribusi populasi dan ukuran sampel memiliki distribusi sampel yang unik . Distribusi untuk suatu sampel yang berukuran 100 dari suatu populasi yang memiliki tingkat pengecualian 50% berbedah dengan contoh sebelumnya. Demikian pula dengan distribusi untuk suatu sampel yang berukuran 50 dari suatu populasi yang memiliki tingkat pengecualian 3%.
Tentu saja, auditor tidak mengambil sampel berulang-ulang dari suatu populasi yang diketahui. Mereka mengambil satu sampel dari populasi yang tidak diketahui dan atas distribusi memungkinkan auditor untuk membuat pertanyaan statistic yang valid atas populasi tersebut. Jika auditor mengambil suatu sampel yang berisi 50 faktur penjualan untuk diuji , apakah sudah dilampiri oleh dokumen pengiriman barang dan tidak menemukan suatu pun pengecualian, auditor dapat memeriksa table probabilitas .















H.      PENERAPAN PENGAMBILAN SAMPEL ATRIBUT
Text Box: MENERAPKAN UKURAN SAMPEL
1.	Tentukan sasaran tes audit
2.	Tentukan apakah sampel audit dapat diterapkan
3.	Tentukan atribut dan kondisi pengecualian 
4.	Tentukan populasi
5.	Tentukan unit sampel
6.	Tetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleris
7.	Tetapkan penilaian risiko pengawasan yang paling rendah yang bisa diterima
8.	Perkiraan tingkat pengecualian populasi
9.	Tentukan ukuran sampel awal
PENERAPAN PENGAMBILAN ATRIBUT












 

















Sementara 14 langkah yang dibahas untuk pengambilan sampel non-statistik dapat diterapkan pada pengambilan sampel atribut, pada bagian ini,kita akan berfokus pada perbedaan antara keduanya.

*      Merencanakan Sampel
1.      Menerapkan tujuan  pengujian audit.sama untuk pengenbilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
2.      Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan diterapkan. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
3.      Mendefinisikan atribut dankondisi pengecualiannya.sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
4.      Mendefinisikan populasi. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
5.      Mendefinisikan unit sampel. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
6.      Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima.sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
7.      Menentukan risiko yang dapat diterima akibat risiko pengendalian yang dinilai terlalu rendah. Konsep penentuan risiko ini sama baik untuk pengambilan sampel statistic maupun non-statistik , Sebagian besar audit menggunakan risiko yang rendah, sedang atau tinggi,sementara auditor lainnya yang menggunakan pengambilan sampel atribut menggunakan jumlah tertentu, Misalnya risiko 10% atau 5% metodenya berbeda karena auditor perlu mengevaluasi hasilnya secara statistic
8.      Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
9.      Menentukan ukuran sampel awal.Empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal baik untuk pendekatan statistik maupun non-statistik adalah ukuran populasi , TER,ARACR,dan EPER. Dalam pengambilan sampel atribut,auditor menentukan ukuran sampel dengan menggiunakan program computer atau table yang dikembangkan dari rumus-rumus tatistik
Menggunakan table ketika auditor menggunakan table untuk menentukan ukuran sampel awal, mereka mengikuti empat langkah berikut:
·         Memilih table untuk suatu tingkat ARACR tertentu.
·         Menenmpatkan TER pada bagian atas table
·         Menempatkan EPER pada bagian kolom yang paling kiri
·         Membaca kebawa kolom TER dengan tepat hingga beririsan dengan baris EPER yang tepat. Angka pada irisan baris dan kolom ini merupakan ukuran sampel awalnya
Dampak Ukuran Populasi Pada pembahasan sebelumnya auditor mengabaikan ukuran populasi dalam menentukan ukuran sampel awal. Teori statistic menunjukkan bahwa dalam populasi dimana pengambilan sampel atribut diterapkan ukuran populasi.tidak terlalu dipertimbangkan dalam menentukan ukuran sampel. Karena sebagian besar auditor menggunakan pengambilan sampel atribut untuk satu populasi yang yang cukup besar, pengurangan ukuran sampel untuk populasi yang lebih kecil diabaikan disini.
*      Pilih Sampel dan Jalankan Prosedur-prosedur audit
10.  Pilihlah sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel untuk pengambilan sampel statistic dan non-statistik adalah persyaratan bahwa metode probabilitas harus digunakan untuk pengambilan sampel statistic. Baik acak sederhana atau pengambilan sampel sistimatis , digunakan untuk pengambilan sampel atribut.
11.  Menjalankan prosedur-prosedur audit. Sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-statistik.

*      Mengevaluasi hasil
12.  Menggeneralisasikan dari sampel kepopulasi. Untuk pengambilan sampel atribut, auditor menghitung batas presisi atas (CUER) dan sebuah ARACR spesifik, dan kembali mengunakan program computer atau table yang dikembangkan dari rumus-rumus statistik.
Penggunaan Tabel penggunaan table untuk menghitung CUER melibatkan empet langkah.
·         Pilihlah table yang paling terkait dari ARACR auditor . ARACR ini seharusnya sama dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal
·         Temukan nomor sesungguhnya dari  pengecualian yang ditemukan dalam pengujian audit pada bagian atas table
·         Temukan ukuran sampel actual dibagian kiri jauh kolom
·         Bacalah kolom jumlah pengecualian actual yang sesuai sehingga beririsan dengan baris ukuran sampel yang sesuai . Nomor yang beririsan adalah CUER.
            Untuk menggunakan table evaluasi untuk PT perkakas prima , asumsikan sebuah ukuran sampel 70 dan satu pengecualian dalam atribut 6. Menggunakn ARACR 5perse, CUER setara 6,6 persen. Dengan kata lian, CUER untuk atribut 6 adalah 6,6 persen pada ARACR 5 persen. Apakah ini artinya jika 100 persen populasi diuji maka tingkat pengecualian sesungguhnya tetap tidak diketahui apa yang dimaksud Dari hasil ini adalah jika auditor menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian sesungguhnya tidak melebihi 6.6 persen , maka ada 95 persen kemungkinan bahwa kesimpulan itu sudah benar dan 9 persen kemungkinan hal itu salah.
            Hal ini mungkin saja untuk memiliki sebuah   ukuran sampel yang tidak sebanding dengan apa yang disediakan dalam tabel evaluasi pengambilan sampel atribut. Ketika ini terjadi adalah umum bagi audtor menginterpolasi untuk pemikiran poin-poin data yang jauh diatara yang sudah disebut dalam table.
            Analisi pengecualian. Sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-statistik.
13.  Memutuskan tingkat penerimaan populasi. Metodologi untuk memutuskan tingkat poenerimaan populasi adalah esensinya sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-
14.  TER untuk setiap atribut . sebelum populasi dianggap bisa diterima, CUER ditentukan pada basis hasi sampel actual harus kuarang dari atau sama dengan TER ketika keduanya didasrkan pada ARACR yang sama. Dalam contoh kita , ketika auditor sudah menyebutkan TER 7 persen dan 5 persen ARACR dan CUER 6.6 persen , persyratan terhadap sampel sudah dipenuhi. Dalam kasus ini pengendalian yang diuji bisa digunakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian sebagaimana direncanakan, menyediakan analisis yang hati-hati terhadap penyebab pengecualian tidak mengindikasikan kemungkinan sebuah masalah signifikan diadalam sebuah aspek pengendalian yang sebelumnya tidak diperhatiakn.
            Ketika CEUR lebih besar dari TER ,adalah perlu untuk mengambil tindakan khusus pengambilan sampel non-statistik adalah bisa diterapkan serta untuk pengambilan sampel atribut.
Kebutuhan Pertimbangan Profesional 
Sebuah kritik terhadap pengambilan sampel statistic terkadang itu mengurangi penggunaan pertimbangan profesional dari auditor. Perbandingan 14 langkah yang dibahas pada bab ini untuk pengambilan sampel non-statistik dan atribut menynjukkan bahwa kritikan ini tidak penting. Untuk aplikasi yang benar, pengambilan sampel atribut menuntut auditor memakai penilaian profesional dalam banyak tahapan. Untuk memilih ukuran sampel awal, auditor bergantung terutama pada TER dan ARACR, membutuhkan taksiran yang hati-hati.







BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Sampel yang representatif merupakan salah satu karakteristik dalam pemilihan sampel audit yang memiliki kesamaan dengan populasi.
Pengambilan sampel statistik  berbeda dengan pengambilan sampel non statistik.dengan menerapkan aturan-aturan metematis,auditor dapat mengukur risiko pengambilan sampel dalam merencanakan sampel serta dalam mengevaluasi hasil  statistik dengan tingkat keyakinan 95 persen pada mata pelajaran statistik . tingkat keyakinan 95 persen memiliki risiko sampel 5 persen).
Dalam pengambilan sampel non-statistik, auditor  tidak mengkuaatifikasikan resiko sampel. namum,auditor memilih pos-pos sampel yang di yakini akan memberikan  informasi yang paling berguna dalam kondisi tersebut dan menarik kesimpulan atas populasi berdasarkan  pertimbangan profesinal. Untuk alasan itulah,pengguanan sampel non statistik sering kali di namai dengan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan(judgmental sampling).
ketika menggunakan pemilihan sampel probabilistik,auditor memilih pos sampel secara acak sehingga setiap pos populasi memiliki probabilitas yang pasti di masukkan pada sampel.proses ini memerlukan kehati-hatian yang tinggi dan menggunakan pertimbangan profesional daripada metode probabilistik.auditor dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode pemilihan sampel non probabilistik.
Metode pemilihan sampel non sampel non probabilistik adalah sebagai berikut:
4.      Pemilihan sampel terarah(directed sampel selection)
5.      Pemilihan sampel blok(block sampel selection)
6.      Pemilihan sampel sembarang (haphazard sampel selection).

Metode pemilihan sampel probabilistik antara lain adalah:
5.      Pemilhan sampel acak sederhana
6.      Pemilihan sampel sistematik
7.      Pemilihan sampel probabilistik proporsional terhadap ukuran
8.      Pemilihan sampel berjenjang
Auditor menggunakan pengambilan sampel pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi untuk memperkirakan persentase pos-pos dalam populasi yang memuat karekteristik atau atribut yang penting. Persentase ini dinamakan dengan tingkat keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate).  Auditor memperhatikan dengan beberapa jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi.
1.      Deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien
2.      Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
3.      Salah saji moneter dalam populasi perincian saldo akun
Langkah-langkah pengambilan sampel non-statistik dapat diterapkan pada pengambilan sampel atribut, pada bagian ini,kita akan berfokus pada perbedaan antara keduanya.
*      Merencanakan Sampel
1.      Menerapkan tujuan  pengujian audit.sama untuk pengenbilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
2.      Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan diterapkan. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
3.      Mendefinisikan atribut dankondisi pengecualiannya.sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
4.      Mendefinisikan populasi. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
5.      Mendefinisikan unit sampel. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
6.      Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima.sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
7.      Menentukan risiko yang dapat diterima akibat risiko pengendalian yang dinilai terlalu rendah. Konsep penentuan risiko ini sama baik untuk pengambilan sampel statistic maupun non-statistik , Sebagian besar audit menggunakan risiko yang rendah, sedang atau tinggi,sementara auditor lainnya yang menggunakan pengambilan sampel atribut menggunakan jumlah tertentu, Misalnya risiko 10% atau 5% metodenya berbeda karena auditor perlu mengevaluasi hasilnya secara statistic
8.      Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
9.      Menentukan ukuran sampel awal.Empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal baik untuk pendekatan statistik maupun non-statistik adalah ukuran populasi , TER,ARACR,dan EPER. Dalam pengambilan sampel atribut,auditor menentukan ukuran sampel dengan menggiunakan program computer atau table yang dikembangkan dari rumus-rumus tatistik
*      Pilih Sampel dan Jalankan Prosedur-prosedur audit
10.  Pilihlah sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel untuk pengambilan sampel statistic dan non-statistik adalah persyaratan bahwa metode probabilitas harus digunakan untuk pengambilan sampel statistic. Baik acak sederhana atau pengambilan sampel sistimatis , digunakan untuk pengambilan sampel atribut.
11.  Menjalankan prosedur-prosedur audit. Sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-statistik.
*      Mengevaluasi hasil
12.  Menggeneralisasikan dari sampel kepopulasi. Untuk pengambilan sampel atribut, auditor menghitung batas presisi atas (CUER) dan sebuah ARACR spesifik, dan kembali mengunakan program computer atau table yang dikembangkan dari rumus-rumus statistik.
13.  Analisi pengecualian. Sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-statistik.
14.  Memutuskan tingkat penerimaan populasi. Metodologi untuk memutuskan tingkat poenerimaan populasi adalah esensinya sama untuk pengambilan sampel atribut dan non-
15.  TER untuk setiap atribut . sebelum populasi dianggap bisa diterima, CUER ditentukan pada basis hasi sampel actual harus kuarang dari atau sama dengan TER ketika keduanya didasrkan pada ARACR yang sama. Dalam contoh kita , ketika auditor sudah menyebutkan TER 7 persen dan 5 persen ARACR dan CUER 6.6 persen , persyratan terhadap sampel sudah dipenuhi. Dalam kasus ini pengendalian yang diuji bisa digunakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian sebagaimana direncanakan, menyediakan analisis yang hati-hati terhadap penyebab pengecualian tidak mengindikasikan kemungkinan sebuah masalah signifikan diadalam sebuah aspek pengendalian yang sebelumnya tidak diperhatiakn.


B.     SARAN
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat menambah pengetahuan berkaitan dengan pemilihan sampel audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Tak lupa, kami meminta saran dan kritik atas tulisan kami demi melengkapi dan menjadi bahan pertimbangan pada penulisan-penulisan berikutnya.







DAFTAR PUSTAKA

Elder.landar J, Beasly. Mark S, Arens. Alfin A, Jusuf. Amir abadi. 2011. Jasa audit dan assurance.Jakarta: Salemba Empat

Newer Post Older Post Home
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment