Khutbah Jumat : Cinta Dan Benci Karena Allah
Cinta Dan Benci Karena Allah
Oleh: Ramaisha Ummu Hafidz
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ
خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ
إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا
اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Jamaah Jum’ah rahimakumullah Marilah
kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Azza wajalla, yang telah
menganugerakan rasa cinta dan benci dihati para makhlukNya. Dan hanya Dia
pulalah yang berhak mengatur kepada siapakah kita harus mencintai dan kepada
siapa pula kita membenci.
Jama’ah sidang Jum’ah
rahimakumullah Cinta yang paling tinggi dan paling wajib serta yang paling
bermanfaat mutlak adalah cinta kepada Allah Ta’ala semata, diiringi
terbentuknya jiwa oleh sikap hanya menuhankan Allah Ta’ala saja. Karena yang
namanya Tuhan adalah sesuatu yang hati manusia condong kepadanya dengan penuh
rasa cinta dengan meng-agungkan dan membesarkannya, tunduk dan pasrah secara
total serta menghamba kepadaNya. Allah Ta’ala wajib dicintai karena DzatNya
sendiri,sedangkan yang selain Allah Ta’ala dicintai hanya sebagai konsekuensi
dari rasa cinta kepada Allah Ta’ala.
Jamah Jum’ah yang berbahagia.
Dalam Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
bersabda:
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ الْحُبُّ
فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ. (رواه الترمذي).
“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan
benci karena Allah.” (HR.At Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ
لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ اْلإِيْمَانَ. (رواه
أبو داود والترمذي وقال حديث حسن).
“Barangsiapa yang mencintai
karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi
karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan
At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan)
Jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Dari dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus memberikan
kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus mencintai
terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala yang dibenci
Allah, ridla kepada apa yang diridlai Allah, tidak ridla kepada yang tidak
diridlai Allah, memerintahkan kepada apa yang diperintahkan Allah, mencegah
segala yang dicegah Allah, memberi kepada orang yang Allah cintai untuk
memberikan dan tidak memberikan kepada orang yang Allah tidak suka jika ia
diberi.
Jamaah Jum’ah yang dimuliakan
Allah. Dalam pengertian menurut syariat, dimaksud dengan al-hubbu fillah
(mencintai karena Allah) adalah mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada
orang –orang yang beriman dan taat kepada Allah ta’ala karena keimanan dan
ketaatan yang mereka lakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan al-bughdu fillah
(benci karena Allah) adalah mencurahkan ketidaksukaan dan kebencian kepada
orang-orang yang mempersekutukanNya dan kepada orang-orang yang keluar dari
ketaatan kepadaNya dikarenakan mereka telah melakukan perbuatan yang
mendatangkan kemarahan dan kebencian Allah, meskipun mereka itu adalah
orang-orang yang dekat hubungan dengan kita, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Kamu tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, saling kasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan RasulNya,
sekalipun orang orang itu bapak-bapak, anak-anak sauadara-saudara ataupun
saudara keluarga mereka.” (Al-Mujadalah: 22)
Jamaah Jum’ah yang
berbahagia…… Jadi, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in serta pengikut mereka
di seluruh penjuru dunia adalah orang-orang yang lebih berhak untuk kita cintai
(meskipun kita tidak punya hubungan apa-apa dengan mereka), dari pada
orang-orang yang dekat dengan kita seperti tetangga kita, orang tua kita,
anak-anak kita sendiri, saudara-saudara kita, ataupun saudara kita yang lain,
apabila mereka itu membenci, memusuhi dan menentang Allah dan RasulNya dan
tidak melakukan ketaatan kepada Allah dan RasulNya maka kita tidak berhak untuk
mencintai melebihi orang-orang yang berjalan di atas al-haq dan orang yang
selalu taat kepada Allah dan rasulNya. Demikian juga kecintaan dan kebencian
yang tidak disyari’atkan adalah yang tidak berpedoman pada kitabullah dan
sunnah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Dan hal ini bermacam-macam
jenisnya di antaranya adalah: kecintaan dan kebencian yang dimotifasi oleh
harta kekayaan, derajat dan kedudukan, suku bangsa, ketampanan, kefakiran,
kekeluargaan dan lain-lain, tanpa memperdulikan norma-norma agama yang telah
digariskan oleh Allah Ta’ala
Jamaah Jum’ah yang berbahagia
... Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Bahwasannya seorang mukmin wajib
dicurahkan kepadanya kecintaan dan kasih sayang meskipun mendhalimi dan
menganggu kamu, dan seorang kafir wajib dicurahkan kepadanya kebencian dan
permusuhan meskipun selalu memberi dan berbuat baik kepadamu.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
...Sesuai dengan apa yang di katakan oleh Syakhul Islam Ibnu Taimiyah, marilah
kita berlindung kepada Dzat yang membolak-balikkan hati, supaya hati kita
dipatri dengan kecintaan dan kebencian yang disyariatkan oleh Allah dan
RasulNya. Karena kadang orang-orang yang menentang Allah di sekitar kita lebih
baik sikapnya terhadap kita dari pada orang-orang yang beriman kepada Allah,
sehingga kita lupa dan lebih mencintai orang-orang kafir dari pada orang-orang
yang beriman. Naudzubilla min dzalik.
Jama’ah Jum’ah yang berbahagia
... Dalam pandangan ahlusunnah wal jamaah kadar kecintaan dan kebencian yang
harus dicurahkan terbagi menjadi tiga kelompok:
1.
Orang-orang yang dicurahkan
kepadanya kasih sayang dan kecintaan secara utuh. Mereka adalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan RasulNya, melaksanakan ajaran Islam dan
tonggak-tonggaknya dengan ilmu dan keyakinan yang teguh . Mereka adalah
orang-orang yang mengikhlaskan segala perbuatan dan ucapannya untuk Allah
semata. Mereka adalah orang-orang yang tunduk lagi patuh terhadap
perintah-perintah Allah dan RasulNya serta menahan diri dari segala yng
dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Mereka adalah orang-orang yang mencurahkan
kecintaan, kewala’an, kebencian dan permusuhan karena Allah ta’ala serta
mendahulukan perkataan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam atas yang lainnya
siapapun orangnya.
2.
Orang-orang yang dicintai dari
satu sisi dan dibenci dari sisi lainnya.
Mereka adalah orang yang mencampuradukan antara amalan yang baik dengan amalan
yang buruk, maka mereka dicintai dan dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada
pada diri mereka sendiri, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar
kejelekan yang ada pada diri mereka. Dalam hal ini kita harus dapat
memilah-milah, seperti muamalah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam terhadap
seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Himar. Saat itu Abdulllah bin Himar
dalam keadaan minum khamr maka dibawalah dia kehadapan Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam, tiba-tiba sorang laki-laki melaknatnya kemudian berkata: “betapa
sering dia didatangkan kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam
keadaan mabuk.” Rasulullah bersabda: “janganlah engkau melaknatnya.
Sesungguhnya dia adalah orang yang cinta kepada Allah dan RasulNya (Shohih
Al-Bukhari kitab Al-Hudud). Pada hal jama’ah yang berbahagia, dalam riwayat Abu
Dawud dalam kitab Al-Asyribah juz 4 yang dishahihkan oleh Al-Bani dalam shahih
Al-Jami Ash Shaghir hadits nomer 4967 Rasulullah n melaknat khamr, orang yang
meminumnya, orang yang menjualnya, orang yang memerasnya dan orang yang minta
diperaskan, orang yang membawanya dan orang yang dibawakan khamr kepadanya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah ... adapun yang ketiga
3.
Orang–orang yang dicurahkan
kebencian dan permusuhan kepadanya secara utuh.
Mereka adalah orang yang tidak beriman kepada rukun iman dan orang yang
mengingkari rukun Islam baik sebagian atau keseluruhan dengan rasa mantap,
orang yang mengingkari asma’ wa sifat Allah ta’ala, atau orang yang meleburkan
diri dengan ahlu bida’ yang sesat dan menyesatkan, atau orang yang melakukan
hal-hal yang membatalkan keIslamannya. Terhadap orang ini wajib bagi kita untuk
membenci secara utuh, karena mereka adalah musuh Allah dan RasulNya Shalallaahu
alaihi wasalam.
Sidang Jumah yang dimuliakan
Allah, Ada beberapa faktor yang dapat mengkokohkan kecintaan dijalan Allah,
antara lain:
1. Memberitahukan kepada orang
yang dicintai bahwa kita mencintai karena Allah ta’ala. Diriwayatkan dari Abu
Dzar Radhiallaahu anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
bersabda:
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ صَاحِبَهُ
فَلْيَأْتِ فِيْ مَنْزِلِهِ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ فِي اللهِ تَعَالَى.
(رواه ابن المبارك في الزهد، 712).
“Apabila ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah
dia datangi rumahnya dan mengkhabarinya bahwa ia mencintainya (seorang teman
tadi) kerena Allah Ta’ala.” (HR.Ibnul Mubarok dalam kitab Az-Zuhdu, hal 712
dengan sanad shohih)
2. Saling memberi hadiah
Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Hurairah Radhiallaahu anhu:
تَهَادَوْا تَحَابُّوْا. (رواه البخاري
في الأدب المفرد 120 والبيهقي، 6/169، وسنده حسن).
“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling
mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrod, hal 120 dan Baihaqi
6/169 dengan sanad hasan)
3. Saling mengunjungi
Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Hurairah .
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ! زُرْ غِبًّا
تَزْدَدْ حُبًّا. (رواه الطبراني والبيهقي، سنده صحيح).
“Wahai Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik tidak
terlalu sering dan terlalu jarang, niscaya akan bertambah sesuatu dengan
kecintaan.” (HR.Thabrani dan Baihaqi dengan sanad yang shahih)
4. Saling menyebarkan salam.
لاَ تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى
تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ
إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ. (رواه مسلم،
2/35).
“Tidaklah kalian masuk Surga
sehingga kalian beriman, tidakkah kalian beriman sehingga kalian saling
mencintai, Maukah kamu aku tunjukkan tentang sesuatu yang apabila kalian
melakukan-nya akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR.
Muslim 2/35).
5. Meninggalkan dosa-dosa.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
مَا تَوَادَّ اثْنَانِ فِي اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ أَوْ فِي اْلإِسْلاَمِ فَيَفْرُقُ بَيْنَهُمَا إِلاَّ بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ
أَحَدُهُمَا. (رواه البخاري في الأدب المفرد ص 84 وهو حديث حسن).
“Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah atau
karena Islam kemudian berpisah kecuali salah satu dari ke duanya telah
melakukan dosa.” (HR. Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Adab AlMufrad hal.84)
6. Meninggalkan
perbuatan ghibah (membicarakan sesuatu tentang saudaranya di saat tidak ada,
dan jika saudaranya tersebut mendengarkan dia marah-marah atau tidak suka)
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah
sebagian kamu menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain,sukakah salah seorang
di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentunya kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Penerima tubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
Jama’ah Jum’at yang berbahagia
... Kewajiban saling mencintai dijalan Allah bukanlah suatu perintah yang tidak
membawa hasil apa-apa. Tetapi Allah memerintahkan sesuatu itu pasti ada buahnya
dan hasilnya. Buah dan hasil dari saling mencintai di jalan Allah di antaranya
adalah:
1. Mendapatkan kecintaan Allah.
2. Mendapatkan Kemuliaan dari Allah.
3. Mendapatkan naungan Arsy Allah di hari kiamat, pada saat
tidak ada naungan kecuali naungan Allah.
4. Merasakan manisnya iman.
5. Meraih kesempurnaan iman.
6. Masuk Surga
Jama’ah Jum’ah yang berbahagia
Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang tunduk patuh hanya kepada
Allah. Semoga kecintaan dan kebencian kita selalu sesuai dengan apa yang telah
disyariatkan oleh Allah dan RasulNya n. Apalagi yang kita harapkan kecuali
mendapatkan kecintaan dari Allah, mendapatkan kemuliaan dari Allah, mendapatkan
naungan ‘Arsy Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naunganNya, meraih
manisnya Iman, mendapatkan kesempurnaan iman dan masuk ke dalam SurgaNya yang
tinggi. Semoga Allah selalu memberkahi dan merahmati kita. Amiin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ
فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.