Monday, December 30, 2013

Keseluruhan Perencanaan Dan Program Audit



 
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Auditor sangat dituntut akan kemampuannya memberikan jasa yang terbaik dalam setiap pengauditan, dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta diperintahkan oleh pimpinan tertinggi instansi atau badan. Agar audit dapat bermanfaat bagi para pemakainya, auditor independen memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan pendapat yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki obyektivitas yang tinggi. Oleh karena itu sebelum menjalankan proses audit, tentu saja proses audit harus direncakan terlebih dahulu.
Salah satu tahap audit ialah perencanaan (audit planning). Perencanaan audit adalah suatu tahapan yang terperinci, yang menyangkut prosedur dan rencana auditor yang akan digunakan dalam pelaksanaan suatu audit. Tujuan audit, jadwal kerja audit, dan staf yang akan diikutsertakan dalam proses audit, harus diterangkan secara jelas dalam perencanaan audit. Tujuan audit planning ialah untuk menentukan pada area mana, bagaimana, kapan serta oleh siapa (anggota tim yang mana) audit akan dilakukan. Langkah penting dalam audit planning mengidentifikasikan faktor risiko.
Untuk itu auditor menyiapkan rencana kerja audit (audit program) mengenai batas, jadwal, dan prosedur untuk mencapai sasaran audit. Setelah audit program disusun dan team auditor telah dibentuk, selanjutnya para anggota team harus melakukan pengenalan terhadap sistem yang akan diaudit.
Oleh karena itu, disini akan membahas mengenai langkah kedelapan yang merupakan langkah terakhir dalam fase perencanaan audit. Langkah yang paling penting ini karena akan menentukan keseluruhan program audit yang akan diikuti oleh auditor, termasuk semua prosedur audit, ukuran sampel, unsure-unsur yang dipilih serta waktunya. Pentingnya membuat keputusan yang tepat dalam membentuk perencanaan audit secara keseluruhan dan mengembangkan suatu program audit yang terperinci dengan mempertimbangkan efektivitas bukti maupun efisiensi audit.
Dimana keseluruhan perencanaan audit didiskusikan yang berarti memilih gabungan dari kelima jenis pengujian yang akan menghasilkan audit yang efektif dan efisien. ini mencakup pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis pengujian, termasuk pertimbangan biaya dari setiap jenis pengujian tersebut. Setelah memutuskan gabungan jenis pengujian yang paling menghemat biaya, auditor akan merancang program audit secara terperinci.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana menggunakan kelima jenis pengujian audit untuk menentukan laporan keuangan yang disajikan secara wajar ?
2.      Bagaimana jenis pengujian audit dan teknologi informasi memengaruhi pengujian audit ?
3.      Bagaimana konsep bukti gabungan dan membedakannya di setiap lingkungan yang berbeda ?
4.      Bagaimana merencanakan suatu program dan membedakan tujuan audit terkait transaksi dengan tujuan audit terkait saldo serta empat fase dalam proses pengauditan ?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk menggunakan kelima jenis pengujian audit untuk menentukan laporan keuangan yang disajikan secara wajar.
2.      Untuk jenis pengujian audit dan teknologi informasi memengaruhi pengujian audit
3.      Untuk konsep bukti gabungan dan membedakannya di setiap lingkungan yang berbeda.
4.      Untuk merencanakan suatu program dan membedakan tujuan audit terkait transaksi dengan tujuan audit terkait saldo serta empat fase dalam proses pengauditan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    JENIS-JENIS PENGUJIAN
Gambar prosedur audit lanjutan dan model risiko audit

Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko salah saji material, yang digambarkan oleh gabungan antara risiko bawaan dan risiko pengendalian. Empat jenis pengujian audit lainnya menggambarkan prosedur audit lanjutan yang dilakukan untuk menghadapi risiko-risiko yang terindentifikasi.
Prosedur Pengukuran Risiko
             Standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkunganya, termasuk pengendalian internalnya, untuk mengukur risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien. Bab 6 menggambarkan bagaimana auditor melakukan prosedur untuk memahami bisnis dan industry klien untuk menilai risiko salah saji material. Bab 7 lebih lanjut menggambarkan bagaimana auditor melakukan prosedur untuk mengukur risiko bawaan dan risiko pengendalian , sementara bab 8 menggambarkan bagaimana auditor melakukan prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal untuk mengukur risiko pengendalian klien. Secara bersamaan untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkungannya , termasuk pengendalian internal, merupakan prosedur penilaiaan risiko yang dilakukan auditor.
          Prosedur pengukuran dilakukan untuk menialai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. auditor melakukan pengujian pengendalian , pengujian subtantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan  penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA350) .
          Bagaian terbesar prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk mendapatkan suatu pemahaman atas pengendalian internal. Prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal telah dibahas di bab 8 telah memfokuskan pada rancangan maupun implementasi pengendalian internal, serta digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi.
Pengujian pengendalian
Pemahman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi . Contohnya adalah hasil pengukuran atas  Tujuan akurasi untuk transaksi penjualan adalah rendah sedangkan untuk tujuan keterjadian adalah sedang. Ketika kebijakan –kebijakan pengendalian dan prosedur diyakini telah dirancang dengan efektif , auditor mengukur risiko pengendalian pada suatu tingkat yang menggambarkan pada efektifitas relative terhadap pengendalian-pengendalian tersebut Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran tersebut, auditor melakukan  pengujian pengendalian.
         Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis dapat mencakup jenis bukti berikut ini perlu dicatat bahwa ketiga prosedur yang pertama sama seprti yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal).
·         Melakukan Tanya jawab yang memadai dengan personel klien
·         Memeriksa dokumen , catatan dan laporan
·         Mengganti aktivitas terkait pengendalian
·         Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Auditor melakukan penelusuran sistem sebagai dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dalam melakukan Apakah pengendalian sudah diterapkan . Penelusuran biasnya diterapkan pada satu atau beberapa transaksi dan pengikuti transaksi tersebut disepanjang pemrosesanya. Sebagai contoh , auditor memilih sebuah transaksi penjualan untuk melakukan penelusuran sistem persetujuan kredit, kemudian mengikuti persetujuan kredit dari awal transaksi penjualan hingga mendapatkan kredit. Standar ke-2 PCAOB mengharuskan auditor untuk melakukan penelusuran disemua proses yang penting.
Prosedur yang dilakukan auditor untuk menentukan apakah pengendalian otomatis telah telah diterapkan juga dapat berlaku sebagai pengujian atas transaksi tersebut, jika auditor menentukan terdapat risiko yang minimal bahwa pengendalian otomatis telah diubah sejak pemahaman didapatkan oleh auditor .Selanjutnya tidak ada pengujian tambahan atas pengendalian yang diharuskan . Jumlah bukti tambahan yang diharuskan untuk menguji pengendalian bergantung pada dua hal berikut:
1.      Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas pengendalian internal.
2.      Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan
Pengujian subtantif transaksi
Pengujian subtantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah (sering kali disebut salah saji moneter)yang secarah langsung berpengaruh pada ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga jenis pengujian subtantif, ketiga jenis itu adalah pengujian subtantif transaksi, prosedur analitis subtantif, serta pengujian terperinci saldo.
       Pengujian subtantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi penjualan adalah transaksi penjualan benar-benar terjadi (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan).
 Ketika auditor yakin bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar ketika mengaudit siklus penjualan dan penagihan , dengan mempertimbangan keenam tujuan audit terkait transaksi, ia meyakini bahwa total buku besar sudah benar.
Prosedur Analitis
Sebagaimana telah kita bahas bab 5, prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah dicatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis dilakukan selama perencanaan dan penyelesaiaan audit. Meskipun tidak mengharuskan , prosedur analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun . Dua tujuan utama dari prosedur analaitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk:
1.      Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
2.      Memberikan bukti subtantif
Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya berbeda dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Bahkan misalnya auditor, menghitung margin kotor selama fase perencanaan, auditor biasanya melakukanya dengan menggunakan data interim. Selanjutnya selama menguji saldo akhir akun auditor akan menghitung ulang rasio dengan menggunakanndata setahun penuh. Jika auditor yakin jika prosedur analitis tambahan atau memutuskan untuk memodifikasi pengujian terperinci saldo.
Ketika auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulakan bahwa saldo akhir klien dalam beberapa akun Nampak wajar , beberapa pengujian terperinci saldo dapat dihilangkan atau ukuran sampel dapat dikurangi. Standar audit menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan salah satu jenis pengujian subtantif (yaitu prosedur analitis subtantif) ketika dilakukan untuk memberikan bukti mengenai saldo akhir akun.


Pengujian terperinci saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akuk-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca. Misalnya termasuk konfirmasi atas saldo pelanggan untuk akun piutang dagang . pengujian saldo akhir sangat penting karena bukti yang biasanya didaptakan dari suatu sumber yang independen dipandng sangat dipercaya . seperti halnya untuk transaksi pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memebuhi semua tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan
Ikhtisar jenis-jenis pengujian
Auditor menghadapi risiko salah saji material yang terindentifikasi melalui prosedur pengukuran risiko dengan menggunakan keempat jenis prosedur audit lanjutan untuk mendapatkan keyakinan audit dalam mengaudit siklus penjualan dan penagihan. Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi apakah pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup efektif untuk mendukung pengurangan pengendalian risiko pengendalian, sehingga memungkinkan pengurangan pengujian subtantif. Pengujian pengendalian juga membentuk dasar laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan untuk klien-klien yang merupakan perusahaan publik.

B.     MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN
Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas laporan keuangan, namun beberapa jenis pegujian mendapatkan penekanan yang lebih di bandingkan dengan yang lain, bergatung pada kondisi .
Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk ketersedian kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap pengujian, efektivitas pengendalian internal serta resiko bawaan.



Ketersediaan Jenis Bukti Prosedur Audit Lanjutan
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan beberapa jenis bukti audit (konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya).Kita dapat melakukan beberapa pengamatan berikut mengenaitabel tersebut.
·         Makin banyak jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan untuk memuji peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis pengujian lamanya.
·         Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
·         Tanya jawab dengan klien dilkukan untuk setipa jenis pengujian.
·         Dokumentasi digunakan untuk setiap jenis pengjian kecuali prosedur analitis.
·         Pengerjaan ulang digunakan untuk setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengan satu pengecualian.Ketika auditor memeriksa dokumentasi sebagai bagian darin penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, auditor sering kali “mengerjakan ulang” pengendalian untuk menyakinkan bahwa pengendalian telah diterapkan.
·         Penghitungan ulang digunakan untuk memverfikasi akurasi metematis atas transaksi ketika dilakukan pengujian substansif transaksi dan saldo akun ketika melakukan akun pengujian atas perincian saldo.

Biaya-Biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuk mendapkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk di pertimbangkan.Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang rendah ke yang tinggi.
·         Prosedur analitis.
·         Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal
·         Pengujian pengendalian.
·         Pengujian substansif transaksi.
·         Pengujian terperinci saldo.
Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dapat dengan mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur analitis.
Karena pengujian pengendalian juga melibatkan tanya jawab, pengamatan dan pemeriksaan, biaya relatif juga rendah dibandingkan dengan pengujian sunstansif. Namun demikian, pengujian pengendalian juga lebih mahal di bandingkan dengan prosedur penilaian resiko karena lebih luas dari pada pengujian diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian pengendalian internal tersebut melibatkan pengerjaan ulang.sering kali, auditor dapat melakukan sejumlah besar pengujian pengendalian dengan cepat menggunakan perangkat lunak audit. perangkat lunak semacam itu dapat menguji pengendalian dalam sistem akuntansi komputerisasi yang secara otomatis mengesahkan penjualan terhadap pelanggan yang ada dengan membandingkan jumlah penjualan yang diminta dan saldo piutang dagang yang ada dengan batas kredit pelanggan.
Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal di bandingkan dengan jenis prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan perhitungan persedian. Karena biaya yang tinggi untuk menguji perincian saldo, auditor biasanya mencoba untuk menguji perincian saldo, auditor biasanya mencoba untuk membuat perencanaan audit dengan meminimalkan penggunaan kedua prosedur tersabut.
Biasanya biaya untuk setiap jenis bukti berbeda dalam situasi yang berbeda, sebagai contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk menguji perhitungan persedian (pengujian substansif perincian saldo persedian)sering kali bergantung pada persedian tesebut, lokasinya, serta banyaknya jenis-jenis persediaan.

Hubungan pengujian Pengendalian dengan Pengujian Substansif
Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian substansif dengan lebih baik, mari kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian dalam pengujian substansif transaksi atau pengujisn terperinci saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan.
Anggaplah pengendalian klien mengharuskan seorang petugas independen untuk memverifikasi kuantitas, harga, dan penjumlahan dari setiap faktur penjualan, yang mana setelanya petugas tesebut harus menuliskan inisial dalam salinan faktur penjualan untuk memadai verifikasi telah dilakukan.Salah satu prosedur pengujian pengendalian yang dilakukan adalah untuk memeriksa sebuah sampel salinan faktur penjualan untuk inisial orang yang memverifikasi informasi tesebut.
Disisi lain, jika tidak ada dokumen, atau hanya beberapa dokumen yang tidak memilki inisial, maka pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor dapat mengurangi pengujian substansif transaksi dan pengujian terperinci saldo.Namun di perlukan untuk memeberikan kayakinan bahwa petugas yang melakukan verifikasi tidak menuliskan inisiakl dalam dokumen tampa benar-benar melakukan prosedur pengendlian atau denganmelakukannya dengan asal-asalan.
Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberapa pengujian ulang dan perhitungan ulang, banyak auditor pengujian atas pengendalian awal.

Hubungan Prosedur Analitis dan Pengujian Substansif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji.yang berpengaru pada nilai rupiah laporan keuangan.Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan-hubungan sebuah akun dengan akun lainya, atau informasi nonkeuangan, dapat mengindikasikan adanya peningkatan kemungkinan terjadinya salah saji tampa perlu memeberika bukti.

Dilema Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif
Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian substansif.selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian dibawah maksimum.Jika mereka melakukannya,mereka kemydian harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah tiongkat risiko pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan.
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal dilakukan sebagai suatu bagian dari prosedur pengukuran risiko yang memberkan dasar prosedur pengukuran risiko yang memberikan dasar bagi penilaian awal auditor terhadap pengendalian internal klien.Mengasumsikan bahwa auditor memutuskan bahwa rancangan pengendalian internal telah efektif dan pengendalian telah diterapkan, auditor memilih suatu titik pada bagian yan berwarna yang konsisten dengan penilaian risiko pengendalian yang diputuskan auditor untuk mendukung pengujian pengendalian.


C.    DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENGUJIAN AUDIT
PSA 07 (SA 326) dan PSA 68 (SA 319) memberikan panduan bagi para auditor dari entitas-entitas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara elektronik.Contoh bukti elektronik mencakup catatan transfer dana elektronik dan permintaan pembelian yang disebarkan melalui pertukaran otomatis, seperti perbandingan komputer atas permintaan penjualan dengan batas kredit pelanggan juga dapat berupa format elektonik.
Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi sehingga ketingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substansif. sebagai contoh, kemungkinan pemasukan atau perubahan informasi yang tidak tepat dapat menjadi lebih besar jika informasi hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi semacam itu, auditor harus pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti yang mendukung tingkat risiko pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi laporan keuangan yang terpengaruhi. Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurangi pengendalian pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas pengendalian. Dalam audit atas suatu perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan oleh komputer (yang disebut dengan pengendalian otomatis) harus di uji ketika auditor meganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan.
Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi, auditor mengkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir di pastikan hampir berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah. jika auditor memutuskan bahwa pengendalian otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat memfokuskan pada pengujian selanjutnya untuk menilai apakah setiap perubahan yang terjadi akan membatasi efektifitas pengendalian.
Untuk menguji pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji efektifitas pengendalian umum teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program-program dan pengendalian atas akses.


D.    BUKTI GABUNGAN
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiko risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini sering kali dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix).
Analisis audit 1 klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan risiko bawaan yang rendah. Sehingga, auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian substantif lainnya. Hai ini menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo diminimalkan. Karena penekanan pada pengujian pengendaliaan dan prosedur analitis substantif, audit ini dapat dilakukan dengan biaya yang relatif tidak mahal. Audit ini kemungkinan menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dalam audit teritegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan perusahaan publik.
Analisis audit 2 perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberap risiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur analitis substantif, yang kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Lebih banyak pengujian yang luas akan dibutuhkan jika risiko bawaan yang khusus ditemukan.
Analisis audit 3 perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang efektif dan beberapa risiko bawaan yang signifikan. Mungkin manajemen memutuskan bahwa pengendalian internal yang lebih baik memakan biaya yang cukup besar. Karena kurangnya pengendalian internal yang efektif, kita dapat menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan publik. Auditor menekankan pada pengujian terperinci saldo pengujian substantif transaksi, namun beberapa prosedur analitis substantif dilakukan. Prosedur analitis substantif biasanya dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif karena mereka akan memberikan bukti mengenai kemungkinan salah saji material. Jika auditor sudah memperkirakan akan menemukan salah saji material dalam saldo akun-akun, prosedur analitis tambahan menjadi tidak mudah lagi. Biaya audit kemungkinan akan menjadi relatif tinggi karena jumlah pengujian substantif yang lebih terperinci.
Analisis audit 4 rencana wal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak dapat diterima. Biaya audit ini lebih besar kerana pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi dilakukan namun tidak dapat digunakan untuk mengurangi pengujian terperinci saldo.


E.     MERANCANG PROGRAM AUDIT
Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit spesifik untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur Audit ini kemudian digabungkan untuk membentuk suatu program audit. Setelah bukti gabungan disetujui, auditor yang bertugas menyiapkan program audit atau memodifikasi program yang sudah ada untuk memenuhi semua tujuan audit. Auditor tersebut harus mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, bukti gabungan, risiko bawaaan, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan lainnya.
Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya. Auditor dapat menggunakan subprogram-subprogram dibawah ini.
·         Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk penjualan dan penerimaan kas
·         Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan fisik
·         Program audit pengujian terperinci saldo untuk kas, piutang dagang, beban piutang tak tertagih, penyisihan piutang tak tertagih dan piutang lain-lain.

Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Transaksi
       Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko.
       Prosedur analitis ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian.
1.      Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi yang sedang diuji, seperti penjualan.
2.      Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.
3.      Pengembangan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian di bawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci)
4.      Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.

Prosedur analitis
            Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang melakukannya pada semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama pengujian substantif, seperti untuk audit pitang dagang, biasanya lebih berfokus dan lebih luas daripada yang dilakukan sebagai bagian darii perencanaan. Selama perencanaan, auditor dapat menghitung persentase margin penjualan total, sementara selama pengujian substantif akun piutang dagang, auditor dapat menghitung presentase margin kotor berdasarkan bulan atau berdasarkan lini usaha, atau mungkin keduanya. Perhitungan prosedur analitis berdasarkan jumlah bulanan biasanya lebih efektif dalam mendeteksi salah saji dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah tahunan, dan perbandingan berdasarkan lini usaha biasanya lebih efektif daripada perbandingan berdasarkan perusahaan secara keseluruhan.
Ketika auditor merencanakan untuk mengggunakan prosedur analitis untuk memberikan keyakinan substantif mengenai suatu saldo akun, data yang digunakan dalam perhitungan tersebut harus dapat diandalkan. Hal itu juga berlaku untuk semua data, khususnya untuk data nonkeuangan.



Pengujian terperinci saldo
            Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi untuk piutang dagang. Rancangan prosedur ini biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya yang sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional yang besar. Berikut keputusan-keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian terperinci.
Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien Yang Berpengaruh Pada Akun Piutang Dagang sebagi bagian dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji dalam laporan keuangan.
Menetapkan Salah Saji Yang Tepat Dapat Diterima Dan Mengukur Risiko Bawaan Piutang Dagang  auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang signifikan.
Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang tinggi  pada laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan yang memengaruhi risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun piutang dagang yang membentuk jumalh total saldo piutang dagang, sifat bisnis klien, perikatan awal, dan faktor risiko bawaan lainnya.
Risiko bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkait saldo. Risiko bawaan dapat tetap rendah untuk semua tujuan lainnya.
Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan Dan Penagihan metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik pada penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian yang efektif akan mengurangu risiko pengendalian dan, demikian pula bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan oengujian terperinci saldo akan berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan jumlah substantif yang diperlukan.
Merancang Dan Melakukan Pengujian Pegendalian Dan Pengujian Substantif Transaksi Siklus Penjualan Dan Penagihan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi dirancang dengan harapan bahwa beberapa hasil tertentu akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini akan berpengaruh pada rancangan pengujian nterperinci transaksi. Sebagai contoh, biasanya, auditor merencanakan untuk melakukan pengujian meluas atas pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah.
Merancang Dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang auditor melakukan prosedur analitis untuk akun-akun seperti piutang dagang untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo akun tersebut dan untuk mengurangi pengujian audit yang terperinci.
Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang Untuk Memenuhi Tujuan Audit Terkait Saldo pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit., ukuran sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait saldo dalam setiap akun.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian terperinci saldo adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dari pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum pengujian-pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus merancang pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketetapan rancangan tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya.

Tingkat disagregasi kegiatan perencanan
       Tingkat disagregasi ini terbentang mulai dari keseluruhan audit hingga ketujuan audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur pengukuran risiko yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang mengenai bisnis dan industri klien yang relevan dengan pengauditan. Auditor pertama kali akan menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit yang dapat diterima untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor kemungkinan akan menggunakan informasi mengenai bisnis dan industri klien yang ia dapatkan melalui prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan audit tertentu. Ketika audit berlangsung, auditor akan menggunakan informasi tersebut ketika membuat keputusan mengenai pengujian terperinci saldo.

Ilustrasi program audit
       Standar auidt mengharuskan auditor untuk menggunakan program tertulis. Format yang digunakan mengaitkan prosedur audit dengan tujuan audit terkait saldo. Perhatikan bahwa sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa lebih dari satu prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur audit dapat ditambahkan atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor. Untuk sebagian besar prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih serta pemilihan waktu juga dapat diubah.
       Program audit seringkali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah dengan magnetik program audit dalam program pengolahan kata dan penyimpanannya dalam arsip dari tahun yang satu ketahun yang berikutnya untuk memfasilitasi perubahan dan pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah dengan menggunakan perangkat lunak audit yang membantu auditor berfikir melalui pertimbangan rencana dan memilih prosedur yang tepat dari suatu basis data prosedur audit. prosedur-prosedur tersebut kemudian diorganisasikan ke dalam suatu program audit.


F.     HUBUNGAN TUJUAN AUDIT TERKAIT TRANSAKSI DENGAN TUJUAN AUDIT TERKAIT SALDO SERTA TUJUAN AUDIT TERKAIT PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Sebelumnya telah kita bahas pengujian terperinci saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun dan keluasan pengujian tersebut dapat dikurangi ketika tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi dengan melalui pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Ketika semua tujuan audit terkait transaksi sudah terpenuhi, auditor akan tetap lebih mengandalkan pengujian substantif saldo untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo berikut ini.
·         Nilai realisasi
·         Hak dan kewajiban
Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit terjkait saldo lainnya, bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.

G.    IKHTISAR ISTILAH-ISTILAH PENTING TERKAIT BUKTI
Beberapa istilah terkait bukti telah digunakan dalam beberapa bab sebelumnya. Untuk membedakan dan memahami masing-masing istilah tersebut berikut penjelasan singkat.
Fase Proses Audit (Phase Of The Audit Process) empat fase proses audit dalam kolom pertama merupakan cara yang mendasar dimana suatu audit disusun, sebagaimana digambarkan menunjukkan komponen-komponen kunci terhadap keempat fase dalam proses pengauditan ini.
Tujuan Audit (Audit Objectives) merupakan tujuan-tujuan dalam suatu pengauditan yang harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelompok transaksi atau saldo akun sudah disajikan secara wajar. Terdapat enam tujuan terkait transaksi, delapan tujuan terkait saldo, dan empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan.
Jenis-Jenis Pengujian (Types Of Test) lima jenis pengujian audit yang dibahas sebelumnya yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dimasukkan dalam kolom ketiga pada tebel tersebut. Prosedur analitis digunakan di fase III dan fase IV. Prosedur analitis perencanaan juga dilakukan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko di fase I. prosedur analitis juga diperlukan saat penyelesaian audit, yang menjadi penyebab mengapa prosedur analitis. Ini dimasukkan ke fase IV.
Keputusan Bukti (Evidence Decisions) empat sub kategori keputusan yang dibuat oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit dimasukkan dalam kolom keempat tabel tersebut. Kecuali prosedur analitis, keempat keputusan bukti terseut diterapkan disetiap jenis pengujian.
Jenis-Jenis Bukti (Types Of Evidence) delapan kategori luas dalam bukti yang dikumpulkan auditor dimasukkan dalam kolom terakhir pada tabel
Tabel Hubungan Antara Kelima Istilah Kunci yang Terkait dengan Bukti
Fase Proses Audit
Sasara Hasil Audit
Jenis Pengujian
Keputusan Bukti
Jenis Bukti
Merencanakan dan merancang suatu Pendekatan Audit
Sasaran hasil audit yang
Prosedur analitis
-   Prosedur audit
-   Penetapan waktu
-   Dokumentasi
-   Pemeriksaan klien
-   Prosedur analitis
Melaksanakan Pengujian Pengen dalian dan Penguji-an Substantif atas transaksi
-   Keberadaan
-   Kelengkapan
-   Akurasi
-   Klasifikasi
-   Penetapan Waktu
-   Memposkan dan pem-buatan ringkasan
Prosedur untuk mem-peroleh sebuah pema-haman dan pengujian pengendalian Pengujian substantif atas transaksi
-   Prosedur audit
-   Ukuran contoh
-   Materi untuk di pilih
-   Penetapan waktu.
-   Prosedur audit
-   Ukuran contoh
-   Materi untuk dipilih
-   Penetapan waktu
-   Dokumentasi
-   Pengamatan
-   Pemeriksaan klien
-   Pencapaian kembali
Melaksanakan
Prosedur Analitis dan pengujian rincian saldo
Sasaran hasil Audit yang
-   Keberadaan
-   Kelengkapan
-   Akurasi
-   Klasifikasi
-   Cut off
-   Rincian keterkaitan (tie-in)
-   Hak dan Kewajiban
-   Presentasi dan
Prosedur analitis
Pengujiam rincian saldo
-   Prosedur audit
-   Penetapan waktu.
-   Ukuran contoh
-   Materi untuk dipilih
-   Penetapan waktu
-   pengujian fisik
-   Konfirmasi
-   Dokumentasi
-   Pemeriksaan klien
-   Pencapaian kembali
-   Prosedur analitis
Menyelesaikan Audit dan Menge-luarkan Laporan Audit

Prosedur analitis
Pengujian rincian saldo
-   Prosedur audit
-   Penetapan waktu
-   Prosedur audit
-   Ukuran contoh
-   Materi untuk dipilih
-   Penetapan waktu
-   Prosedur analitis
-   Dokumentasi
-   Pemeriksaan klien








H.    IKHTISAR PROSES AUDIT
Fase I : Merencanakan Dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko terkait dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan industry klien, menilai risiko bisnis klien dan melakukan prosedur analitis pendahuluan yang bertujuan untuk menilai risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima. Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko audit yang dapat diterima, risiko bawaan, risiko pengendalian dan setiap risiko kecurangan yang teridentifikasi untuk mengembangkan keseluruhan perencanaan audit dan program audit. Diakhir fase I, auditor harus memilki suatu rencana audit dan program audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara keseluruhan.
Fase II: Melakukan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantive Transaksi
Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi selama fase ini. Tujuan dari fase II ini adalah untuk:
1.      Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang berkontribusi terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor (yaitu, ketika risiko pengendalian ini dikurangi di bawah maksimum) untuk audit atas laporan keuangan dan untuk audit pengendalian internal atas laporan keuangan dalam suatu perusahaan public.
2.      Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-transaksi
Tujuan pertama terpenuhi dengan melakukan pengujian pengendalian dan yang kedua dengan melakukan pengujian terperinci transaksi. Seringkali kedua jenis pengujian dilakukan secara simultan untuk satu transaksi yang sama. Ketika pengendalian tidak dianggap efektif atau ketika auditor menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan, pengujian substantive dapat diperluas dalam fase ini atau fase III juga dengan mempertimbangkan dampaknya pada laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan.
Dikarenakan hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi merupakan penentu utama dari keluasan pengujian terperinci saldo, kedua pengujian tersebut diselesaikan dua atau tiga bulan sebelum tanggal neraca. Hal itu membantu auditor merevisi program audit pengujian terperinci  saldo untuk hasil-hasil yang tak terduga dalam pengujian sebelumnya dan untuk menyelesaikan audit sesegera mungkin setelah tanggal neraca. Pendekatan ini juga digunakan untuk audit perusahaan public untuk memungkinkan diberikannya kesempatan pada manajemen untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pengendalian dengan tepat waktu agar memungkinkan bagi auditor untuk menguji pengendalian yang baru diterapkan sebelum akhir tahun.
Untuk sistem akuntansi yang terkomputerisasi, auditor seringkali melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi disepanjang tahun untuk mengidentifikasi transaksi yang signifikan atau tidak biasa dan menentukan apakah ada perubahan yang dilakukan terhadap program komputer klien. Pendekatan ini sering kali dinamakan audit kontinu dan sering kali digunakan dalam audit atas laporan keuangan dan audit atas pengendalian internal yang terintegrasi untuk perusahaan public.
Fase III: Melakukan Prosedur Analitis Dan Pengujian Terperinci Saldo
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk menentukan apakah saldo akhir catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Sifat dan keluasan pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan-temuan dari dua fase sebelumnya.
Dua ketegori umum dalam prosedur di fase III adalah:
1.      Prosedur analitis substantive yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi-transaksi dan saldo-saldo akun.
2.      Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji salah saji moneter dalam saldo-saldo akun di laporan keuangan.
Prosedur analitis sering kali dilakukan di awal dengan menggunakan data awal sebelum akhir tahun, sebagai alat perencanaan dan pengarahan bagi pengujian audit lainnya untuk bagian-bagian khusus. Namun manfaat terbesar dari perhitungan rasio-rasio dan melakukan perbandingan-perbandingan terjadi setelah klien telah selesai menyusun laporan keuangannya. Idealnya. Prosedur analitis ini dilakukan untuk menentukan seberapa luas pengujian saldo yang akan dilakukan. Prosedur analitis ini juga digunakan sebagai bagian dari pelaksanaan pengujian saldo dan selama fase penyelesaian audit.
Dalam beberapa pengauditan, semuanya dilakukan setelah tanggal neraca, ketika klien ingin menerbitkan laporan segera setelah tanggal neraca, makin banyak pengujian-pengujian terperinci yang memakan waktu yang dilakukan pada tanggal-tanggal interim sebelum akhir tahun dengan pekerjaan tambahan yang dilakukan untuk memajukan audit saldo di tanggal interim ke akhir tahun. Pengujian substantive saldo yang dilakukan sebelum akhir tahun kurang dapat diandalkan dan biasanya hanya dilakukan ketika pengendalian internalnya efektif.

Fase IV:  Menyelesaikan Audit Dan Menerbitka Suatu Laporan Audit
Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti tambahan terkait dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil, penerbitan laporan audit dan melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.
Melakukan Pengujian Tambahan Untuk Tujuan Penyajian  Dan Pengungkapan. Prosedur yang dilakuan auditor untuk mendukung tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan sama dengan prosedur audit yang dilakukan untuk mendukung tujuan audit terkait transaksi maupun terkait saldo. Auditor menguji pengendalian tersebut untuk mendapatkan bukti pendukung tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan kelengkapan dan akurasi. Auditor juga melakukan pengujian substantive untuk mendapatkan bukti yang tepat dan memadai bahwa informasi yang diungkapkan dalam catatan-catatan kaki merefleksikan transaksi dan saldo yang sebenarnya yang telah terjadi dan bahwa penyajian kewajiban klien adalah untuk mendukung tujuan keterjadian serta hak dan kewajiban.
Selama fase terakhir ini auditor melakukan prosedur audit terkait dengan kewajiban kontinjensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca. Kewajiban kontinjensi harus diungkapkan dalam catatan kaki klien. Auditor harus yakin bahwa pengungkapan telah lengkap dan akurat.
Pengumpulan Bukti Akhir. Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase I dan fase II dan untuk setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut untuk laporan keuangan  secara keseluruhan selama fase penyelasaian.
·         Melakukan prosedur analitis akhir
·         Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern)
·         Mendapatkan surat representasi klien.
·         Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi yang disajikan konsiten dengan laporan keuangan.
Menerbitkan Laporan Audit. Jenis laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan-temuan auditnya.
Komunikasi Dengan Komite Audit Dan Manajemen. Auditor diharuskan untuk mengomunikasikan setiap kekurangan dalam pengendalian internal yang signifikan pada komite audit atau manajemen senior. Standar audit juga mengharuskan auditor untuk mengomunikasikan beberapa hal pada mereka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan seperti pada komite audit atau badan yang sejenis menjelang penyelesaian audit dan sesegera mungkin.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Prosedur pengukuran dilakukan untuk menialai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. auditor melakukan pengujian pengendalian , pengujian subtantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan  penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA350) .
         Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis dapat mencakup jenis bukti berikut ini perlu dicatat bahwa ketiga prosedur yang pertama sama seprti yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal).
·         Melakukan Tanya jawab yang memadai dengan personel klien
·         Memeriksa dokumen , catatan dan laporan
·         Mengganti aktivitas terkait pengendalian
·         Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Pengujian subtantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah (sering kali disebut salah saji moneter)yang secarah langsung berpengaruh pada ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga jenis pengujian subtantif, ketiga jenis itu adalah pengujian subtantif transaksi, prosedur analitis subtantif, serta pengujian terperinci saldo.
Pengujian subtantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi penjualan adalah transaksi penjualan benar-benar terjadi (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan).
Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang rendah ke yang tinggi.
·         Prosedur analitis.
·         Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal
·         Pengujian pengendalian.
·         Pengujian substansif transaksi.
·         Pengujian terperinci saldo.

Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiko risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini sering kali dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix).
1.      Analisis audit 1 klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan risiko bawaan yang rendah.
2.      Analisis audit 2 perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberap risiko bawaan
3.      Analisis audit 3 perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang efektif dan beberapa risiko bawaan yang signifikan.
4.      Analisis audit 4 rencana wal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif

Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya. Auditor dapat menggunakan subprogram-subprogram dibawah ini.
·         Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk penjualan dan penerimaan kas
·         Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan fisik
·         Program audit pengujian terperinci saldo untuk kas, piutang dagang, beban piutang tak tertagih, penyisihan piutang tak tertagih dan piutang lain-lain.

Berikut empat fase yang perlu diperhatikan dalam proses pengauditan

1.      Fase I : Merencanakan Dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
2.      Fase II: Melakukan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantive Transaksi
3.      Fase III: Melakukan Prosedur Analitis Dan Pengujian Terperinci Saldo
4.      Fase IV:  Menyelesaikan Audit Dan Menerbitka Suatu Laporan Audit


B.     SARAN
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat menambah pengetahuan berkaitan dengan keseluruhan perencanaan dan program audit. Tak lupa, kami meminta saran dan kritik atas tulisan kami demi melengkapi dan menjadi bahan pertimbangan pada penulisan-penulisan berikutnya.










DAFTAR PUSTAKA

Elder.landar J, Beasly. Mark S, Arens. Alfin A, Jusuf. Amir abadi. 2011. Jasa audit dan assurance.Jakarta: Salemba Empat

Newer Posts Older Posts Home