A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Auditor sangat dituntut akan kemampuannya memberikan
jasa yang terbaik dalam setiap pengauditan, dan sesuai dengan yang dibutuhkan
serta diperintahkan oleh pimpinan tertinggi instansi atau badan. Agar audit
dapat bermanfaat bagi para pemakainya, auditor independen memiliki tanggung
jawab untuk menghasilkan pendapat yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
dan memiliki obyektivitas yang tinggi. Oleh karena itu sebelum menjalankan
proses audit, tentu saja proses audit harus direncakan terlebih dahulu.
Salah satu tahap audit ialah perencanaan (audit
planning). Perencanaan audit adalah suatu tahapan yang terperinci, yang
menyangkut prosedur dan rencana auditor yang akan digunakan dalam pelaksanaan
suatu audit. Tujuan audit, jadwal kerja audit, dan staf yang akan
diikutsertakan dalam proses audit, harus diterangkan secara jelas dalam
perencanaan audit. Tujuan audit planning ialah untuk menentukan pada
area mana, bagaimana, kapan serta oleh siapa (anggota tim yang mana) audit akan
dilakukan. Langkah penting dalam audit planning mengidentifikasikan
faktor risiko.
Untuk itu auditor menyiapkan rencana kerja audit (audit
program) mengenai batas, jadwal, dan prosedur untuk mencapai sasaran audit.
Setelah audit program disusun dan team auditor telah dibentuk, selanjutnya
para anggota team harus melakukan pengenalan terhadap sistem yang akan diaudit.
Oleh karena itu, disini akan membahas mengenai
langkah kedelapan yang merupakan langkah terakhir dalam fase perencanaan audit.
Langkah yang paling penting ini karena akan menentukan keseluruhan program
audit yang akan diikuti oleh auditor, termasuk semua prosedur audit, ukuran
sampel, unsure-unsur yang dipilih serta waktunya. Pentingnya membuat keputusan
yang tepat dalam membentuk perencanaan audit secara keseluruhan dan mengembangkan
suatu program audit yang terperinci dengan mempertimbangkan efektivitas bukti
maupun efisiensi audit.
Dimana keseluruhan perencanaan audit didiskusikan
yang berarti memilih gabungan dari kelima jenis pengujian yang akan
menghasilkan audit yang efektif dan efisien. ini mencakup pembahasan mengenai
kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis pengujian, termasuk pertimbangan
biaya dari setiap jenis pengujian tersebut. Setelah memutuskan gabungan jenis
pengujian yang paling menghemat biaya, auditor akan merancang program audit
secara terperinci.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
menggunakan kelima jenis pengujian audit untuk menentukan laporan keuangan yang
disajikan secara wajar ?
2.
Bagaimana
jenis pengujian audit dan teknologi informasi memengaruhi pengujian audit ?
3.
Bagaimana konsep bukti
gabungan dan membedakannya di setiap lingkungan yang berbeda ?
4.
Bagaimana
merencanakan suatu program dan membedakan tujuan audit terkait transaksi dengan
tujuan audit terkait saldo serta empat fase dalam proses pengauditan ?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk
menggunakan kelima jenis pengujian audit untuk menentukan laporan keuangan yang
disajikan secara wajar.
2.
Untuk
jenis pengujian audit dan teknologi informasi memengaruhi pengujian audit
3.
Untuk
konsep bukti gabungan dan membedakannya di setiap lingkungan yang berbeda.
4.
Untuk
merencanakan suatu program dan membedakan tujuan audit terkait transaksi dengan
tujuan audit terkait saldo serta empat fase dalam proses pengauditan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. JENIS-JENIS
PENGUJIAN
Gambar prosedur audit lanjutan
dan model risiko audit
Dalam
mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko
salah saji material, yang digambarkan oleh gabungan antara risiko bawaan dan
risiko pengendalian. Empat jenis pengujian audit lainnya menggambarkan prosedur
audit lanjutan yang dilakukan untuk menghadapi risiko-risiko yang
terindentifikasi.
Prosedur Pengukuran Risiko
Standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan
auditor untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkunganya, termasuk
pengendalian internalnya, untuk mengukur risiko salah saji material dalam
laporan keuangan klien. Bab 6 menggambarkan bagaimana auditor melakukan
prosedur untuk memahami bisnis dan industry klien untuk menilai risiko salah
saji material. Bab 7 lebih lanjut menggambarkan bagaimana auditor melakukan
prosedur untuk mengukur risiko bawaan dan risiko pengendalian , sementara bab 8
menggambarkan bagaimana auditor melakukan prosedur-prosedur untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal untuk mengukur risiko pengendalian klien.
Secara bersamaan untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkungannya ,
termasuk pengendalian internal, merupakan prosedur penilaiaan risiko yang
dilakukan auditor.
Prosedur pengukuran dilakukan untuk
menialai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. auditor melakukan
pengujian pengendalian , pengujian subtantif transaksi, prosedur analitis,
serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan penilaian terhadap salah saji material
sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA350) .
Bagaian terbesar prosedur pengukuran
risiko dilakukan untuk mendapatkan suatu pemahaman atas pengendalian internal. Prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal telah dibahas di bab 8 telah memfokuskan pada
rancangan maupun implementasi pengendalian internal, serta digunakan untuk
mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi.
Pengujian pengendalian
Pemahman auditor terhadap pengendalian internal digunakan
untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi
. Contohnya adalah hasil pengukuran atas
Tujuan akurasi untuk transaksi penjualan adalah rendah sedangkan untuk
tujuan keterjadian adalah sedang. Ketika kebijakan –kebijakan pengendalian dan
prosedur diyakini telah dirancang dengan efektif , auditor mengukur risiko
pengendalian pada suatu tingkat yang menggambarkan pada efektifitas relative
terhadap pengendalian-pengendalian tersebut Untuk mendapatkan bukti yang tepat
dan mencukupi untuk mendukung pengukuran tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian.
Pengujian pengendalian, baik secara
manual maupun otomatis dapat mencakup jenis bukti berikut ini perlu dicatat
bahwa ketiga prosedur yang pertama sama seprti yang digunakan untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal).
·
Melakukan Tanya jawab yang memadai dengan personel klien
·
Memeriksa dokumen , catatan dan laporan
·
Mengganti aktivitas terkait pengendalian
·
Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Auditor melakukan
penelusuran sistem sebagai dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman sebagai
upaya membantunya dalam melakukan Apakah pengendalian sudah diterapkan .
Penelusuran biasnya diterapkan pada satu atau beberapa transaksi dan pengikuti
transaksi tersebut disepanjang pemrosesanya. Sebagai contoh , auditor memilih
sebuah transaksi penjualan untuk melakukan penelusuran sistem persetujuan
kredit, kemudian mengikuti persetujuan kredit dari awal transaksi penjualan
hingga mendapatkan kredit. Standar ke-2 PCAOB mengharuskan auditor untuk
melakukan penelusuran disemua proses yang penting.
Prosedur yang dilakukan
auditor untuk menentukan apakah pengendalian otomatis telah telah diterapkan
juga dapat berlaku sebagai pengujian atas transaksi tersebut, jika auditor
menentukan terdapat risiko yang minimal bahwa pengendalian otomatis telah
diubah sejak pemahaman didapatkan oleh auditor .Selanjutnya tidak ada pengujian
tambahan atas pengendalian yang diharuskan . Jumlah bukti tambahan yang
diharuskan untuk menguji pengendalian bergantung pada dua hal berikut:
1.
Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman
atas pengendalian internal.
2.
Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan
Pengujian subtantif
transaksi
Pengujian subtantif merupakan prosedur yang dirancang
untuk menguji salah saji rupiah (sering
kali disebut salah saji moneter)yang secarah langsung berpengaruh pada
ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga jenis pengujian
subtantif, ketiga jenis itu adalah pengujian subtantif transaksi, prosedur
analitis subtantif, serta pengujian terperinci saldo.
Pengujian subtantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit
terkait transaksi penjualan adalah transaksi penjualan benar-benar terjadi
(tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan
kelengkapan).
Ketika auditor yakin bahwa
semua transaksi telah dicatat dengan benar ketika mengaudit siklus penjualan
dan penagihan , dengan mempertimbangan keenam tujuan audit terkait transaksi,
ia meyakini bahwa total buku besar sudah benar.
Prosedur Analitis
Sebagaimana telah kita
bahas bab 5, prosedur analitis
melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah dicatat dengan ekspektasi yang
dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis
dilakukan selama perencanaan dan penyelesaiaan audit. Meskipun tidak
mengharuskan , prosedur analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo
akun . Dua tujuan utama dari prosedur analaitis dalam mengaudit saldo akun
adalah untuk:
1.
Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan
keuangan
2.
Memberikan bukti subtantif
Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan
audit biasanya berbeda dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Bahkan
misalnya auditor, menghitung margin kotor selama fase perencanaan, auditor
biasanya melakukanya dengan menggunakan data interim. Selanjutnya selama
menguji saldo akhir akun auditor akan menghitung ulang rasio dengan
menggunakanndata setahun penuh. Jika auditor yakin jika prosedur analitis
tambahan atau memutuskan untuk memodifikasi pengujian terperinci saldo.
Ketika auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan
prosedur analitis dan menyimpulakan bahwa saldo akhir klien dalam beberapa akun
Nampak wajar , beberapa pengujian terperinci saldo dapat dihilangkan atau
ukuran sampel dapat dikurangi. Standar audit menyatakan bahwa prosedur analitis
merupakan salah satu jenis pengujian subtantif (yaitu prosedur analitis
subtantif) ketika dilakukan untuk memberikan bukti mengenai saldo akhir akun.
Pengujian terperinci saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo
akhir buku besar baik untuk akuk-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama
dalam sebagian besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca.
Misalnya termasuk konfirmasi atas saldo pelanggan untuk akun piutang dagang .
pengujian saldo akhir sangat penting karena bukti yang biasanya didaptakan dari
suatu sumber yang independen dipandng sangat dipercaya . seperti halnya untuk
transaksi pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memebuhi semua
tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan
Ikhtisar jenis-jenis pengujian
Auditor menghadapi risiko salah saji material yang
terindentifikasi melalui prosedur pengukuran risiko dengan menggunakan keempat
jenis prosedur audit lanjutan untuk mendapatkan keyakinan audit dalam mengaudit
siklus penjualan dan penagihan. Pengujian pengendalian membantu auditor dalam
mengevaluasi apakah pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah
cukup efektif untuk mendukung pengurangan pengendalian risiko pengendalian,
sehingga memungkinkan pengurangan pengujian subtantif. Pengujian pengendalian
juga membentuk dasar laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan
keuangan untuk klien-klien yang merupakan perusahaan publik.
B.
MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT
UNTUK DILAKUKAN
Biasanya auditor menggunakan kelima
jenis pengujian ketika melakukan audit atas laporan keuangan, namun beberapa
jenis pegujian mendapatkan penekanan yang lebih di bandingkan dengan yang lain,
bergatung pada kondisi .
Beberapa faktor yang mempengaruhi
pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk ketersedian
kedelapan bukti audit, biaya relatif
untuk setiap pengujian, efektivitas pengendalian internal serta resiko bawaan.
Ketersediaan Jenis Bukti Prosedur
Audit Lanjutan
Masing-masing dari empat jenis
prosedur audit lanjutan hanya melibatkan beberapa jenis bukti audit
(konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya).Kita dapat melakukan beberapa
pengamatan berikut mengenaitabel tersebut.
·
Makin banyak
jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan untuk memuji
peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis pengujian lamanya.
·
Hanya pengujian
terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
·
Tanya jawab
dengan klien dilkukan untuk setipa jenis pengujian.
·
Dokumentasi
digunakan untuk setiap jenis pengjian kecuali prosedur analitis.
·
Pengerjaan
ulang digunakan untuk setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengan
satu pengecualian.Ketika auditor memeriksa dokumentasi sebagai bagian darin
penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian
internal, auditor sering kali “mengerjakan ulang” pengendalian untuk
menyakinkan bahwa pengendalian telah diterapkan.
·
Penghitungan
ulang digunakan untuk memverfikasi akurasi metematis atas transaksi ketika
dilakukan pengujian substansif transaksi dan saldo akun ketika melakukan akun
pengujian atas perincian saldo.
Biaya-Biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis
pengujian apakah yang harus dipilih untuk mendapkan bukti yang tepat, biaya
bukti tersebut penting untuk di pertimbangkan.Jenis-jenis pengujian yang
disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang rendah ke yang tinggi.
·
Prosedur
analitis.
·
Prosedur
penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal
·
Pengujian
pengendalian.
·
Pengujian
substansif transaksi.
·
Pengujian
terperinci saldo.
Prosedur penilaian risiko, termasuk
prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, tidak semahal
pengujian audit lainnya karena auditor dapat dengan mudah melakukan tanya jawab
dan pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur analitis.
Karena pengujian pengendalian juga
melibatkan tanya jawab, pengamatan dan pemeriksaan, biaya relatif juga rendah
dibandingkan dengan pengujian sunstansif. Namun demikian, pengujian
pengendalian juga lebih mahal di bandingkan dengan prosedur penilaian resiko
karena lebih luas dari pada pengujian diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa
pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian
pengendalian internal tersebut melibatkan pengerjaan ulang.sering kali, auditor
dapat melakukan sejumlah besar pengujian pengendalian dengan cepat menggunakan
perangkat lunak audit. perangkat lunak semacam itu dapat menguji pengendalian
dalam sistem akuntansi komputerisasi yang secara otomatis mengesahkan penjualan
terhadap pelanggan yang ada dengan membandingkan jumlah penjualan yang diminta
dan saldo piutang dagang yang ada dengan batas kredit pelanggan.
Pengujian terperinci saldo hampir
selalu lebih mahal di bandingkan dengan jenis prosedur lainnya karena biaya
prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan perhitungan persedian. Karena biaya
yang tinggi untuk menguji perincian saldo, auditor biasanya mencoba untuk
menguji perincian saldo, auditor biasanya mencoba untuk membuat perencanaan
audit dengan meminimalkan penggunaan kedua prosedur tersabut.
Biasanya biaya untuk setiap jenis
bukti berbeda dalam situasi yang berbeda, sebagai contoh, biaya yang
dikeluarkan auditor untuk menguji perhitungan persedian (pengujian substansif
perincian saldo persedian)sering kali bergantung pada persedian tesebut,
lokasinya, serta banyaknya jenis-jenis persediaan.
Hubungan pengujian Pengendalian dengan Pengujian Substansif
Untuk memahami pengujian pengendalian
dan pengujian substansif dengan lebih baik, mari kita pelajari perbedaan
keduanya. Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan
kemungkinan salah saji yang memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan,
sedangkan suatu pengecualian dalam pengujian substansif transaksi atau
pengujisn terperinci saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan.
Anggaplah pengendalian klien
mengharuskan seorang petugas independen untuk memverifikasi kuantitas, harga,
dan penjumlahan dari setiap faktur penjualan, yang mana setelanya petugas
tesebut harus menuliskan inisial dalam salinan faktur penjualan untuk memadai
verifikasi telah dilakukan.Salah satu prosedur pengujian pengendalian yang
dilakukan adalah untuk memeriksa sebuah sampel salinan faktur penjualan untuk
inisial orang yang memverifikasi informasi tesebut.
Disisi lain, jika tidak ada dokumen,
atau hanya beberapa dokumen yang tidak memilki inisial, maka pengendalian akan
dianggap efektif sehingga auditor dapat mengurangi pengujian substansif
transaksi dan pengujian terperinci saldo.Namun di perlukan untuk memeberikan
kayakinan bahwa petugas yang melakukan verifikasi tidak menuliskan inisiakl dalam
dokumen tampa benar-benar melakukan prosedur pengendlian atau
denganmelakukannya dengan asal-asalan.
Karena kebutuhan untuk menyelesaikan
beberapa pengujian ulang dan perhitungan ulang, banyak auditor pengujian atas
pengendalian awal.
Hubungan Prosedur Analitis dan Pengujian Substansif
Seperti halnya pengujian pengendalian,
prosedur analitis hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji.yang berpengaru
pada nilai rupiah laporan keuangan.Fluktuasi yang tidak biasa dalam
hubungan-hubungan sebuah akun dengan akun lainya, atau informasi nonkeuangan,
dapat mengindikasikan adanya peningkatan kemungkinan terjadinya salah saji
tampa perlu memeberika bukti.
Dilema Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif
Terdapat dilema antara pengujian
pengendalian dengan pengujian substansif.selama perencanaan, auditor harus
memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian dibawah maksimum.Jika mereka
melakukannya,mereka kemydian harus melakukan pengujian pengendalian untuk
menentukan apakah tiongkat risiko pengendalian yang dinilai tersebut dapat
dibenarkan.
Pemahaman auditor terhadap
pengendalian internal dilakukan sebagai suatu bagian dari prosedur pengukuran
risiko yang memberkan dasar prosedur pengukuran risiko yang memberikan dasar
bagi penilaian awal auditor terhadap pengendalian internal klien.Mengasumsikan
bahwa auditor memutuskan bahwa rancangan pengendalian internal telah efektif
dan pengendalian telah diterapkan, auditor memilih suatu titik pada bagian yan
berwarna yang konsisten dengan penilaian risiko pengendalian yang diputuskan
auditor untuk mendukung pengujian pengendalian.
C.
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP
PENGUJIAN AUDIT
PSA 07 (SA 326) dan PSA 68 (SA 319)
memberikan panduan bagi para auditor dari entitas-entitas yang menyebarkan,
memproses dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara
elektronik.Contoh bukti elektronik mencakup catatan transfer dana elektronik
dan permintaan pembelian yang disebarkan melalui pertukaran otomatis, seperti
perbandingan komputer atas permintaan penjualan dengan batas kredit pelanggan
juga dapat berupa format elektonik.
Standar audit mengakui bahwa ketika
sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis
atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi sehingga ketingkat yang dapat
diterima dengan hanya melakukan pengujian substansif. sebagai contoh,
kemungkinan pemasukan atau perubahan informasi yang tidak tepat dapat menjadi
lebih besar jika informasi hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam
kondisi semacam itu, auditor harus pengujian pengendalian untuk mendapatkan
bukti yang mendukung tingkat risiko pengendalian yang dinilai berada dibawah
tingkat maksimum untuk asersi-asersi laporan keuangan yang terpengaruhi.
Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor dapat secara
signifikan mengurangi pengendalian pengujian substantif jika hasil pengujian
pengendalian mendukung efektivitas pengendalian. Dalam audit atas suatu
perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan oleh komputer (yang disebut
dengan pengendalian otomatis) harus di uji ketika auditor meganggapnya sebagai
pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material dalam
laporan keuangan.
Karena konsistensi bawaan dalam
pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi, auditor mengkin dapat
mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai contoh, pengendalian yang
berbasis perangkat lunak hampir di pastikan hampir berfungsi secara konsisten
kecuali jika programnya diubah. jika auditor memutuskan bahwa pengendalian
otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat memfokuskan pada pengujian
selanjutnya untuk menilai apakah setiap perubahan yang terjadi akan membatasi
efektifitas pengendalian.
Untuk menguji pengendalian otomatis
atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh komputer
atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji
efektifitas pengendalian umum teknologi informasi seperti pengendalian untuk
perubahan program-program dan pengendalian atas akses.
D.
BUKTI GABUNGAN
Untuk mendapatkan
bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiko risiko-risiko yang
teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan
kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini sering kali
dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix).
Analisis audit
1 klien ini
merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan
risiko bawaan yang rendah. Sehingga, auditor melakukan pengujian pengendalian
yang luas dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk
mengurangi pengujian substantif lainnya. Hai ini menyebabkan pengujian
substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo diminimalkan. Karena penekanan
pada pengujian pengendaliaan dan prosedur analitis substantif, audit ini dapat
dilakukan dengan biaya yang relatif tidak mahal. Audit ini kemungkinan
menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dalam audit teritegrasi laporan
keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan perusahaan publik.
Analisis audit
2 perusahaan ini
berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberap risiko bawaan.
Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas semua jenis pengujian
sedang, kecuali untuk prosedur analitis substantif, yang kemungkinan akan
dilakukan secara meluas. Lebih banyak pengujian yang luas akan dibutuhkan jika
risiko bawaan yang khusus ditemukan.
Analisis audit
3 perusahaan ini
berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang efektif dan
beberapa risiko bawaan yang signifikan. Mungkin manajemen memutuskan bahwa
pengendalian internal yang lebih baik memakan biaya yang cukup besar. Karena
kurangnya pengendalian internal yang efektif, kita dapat menganggap perusahaan
ini kemungkinan bukan perusahaan publik. Auditor menekankan pada pengujian
terperinci saldo pengujian substantif transaksi, namun beberapa prosedur
analitis substantif dilakukan. Prosedur analitis substantif biasanya dilakukan
untuk mengurangi pengujian substantif karena mereka akan memberikan bukti
mengenai kemungkinan salah saji material. Jika auditor sudah memperkirakan akan
menemukan salah saji material dalam saldo akun-akun, prosedur analitis tambahan
menjadi tidak mudah lagi. Biaya audit kemungkinan akan menjadi relatif tinggi
karena jumlah pengujian substantif yang lebih terperinci.
Analisis audit
4 rencana wal
untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2.
Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan
salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan
prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian
internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan
untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak dapat diterima. Biaya audit
ini lebih besar kerana pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
dilakukan namun tidak dapat digunakan untuk mengurangi pengujian terperinci
saldo.
E.
MERANCANG PROGRAM AUDIT
Setelah auditor
menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang tepat
pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit spesifik untuk setiap
jenis pengujian harus dirancang. Prosedur Audit ini kemudian digabungkan untuk
membentuk suatu program audit. Setelah bukti gabungan disetujui, auditor yang
bertugas menyiapkan program audit atau memodifikasi program yang sudah ada
untuk memenuhi semua tujuan audit. Auditor tersebut harus mempertimbangkan
hal-hal seperti materialitas, bukti gabungan, risiko bawaaan, risiko
pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan lainnya.
Masing-masing
siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram
audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya. Auditor
dapat menggunakan subprogram-subprogram dibawah ini.
·
Program audit pengujian pengendalian
dan pengujian substantif transaksi untuk penjualan dan penerimaan kas
·
Program audit prosedur analitis
substantif untuk keseluruhan fisik
·
Program audit pengujian terperinci
saldo untuk kas, piutang dagang, beban piutang tak tertagih, penyisihan piutang
tak tertagih dan piutang lain-lain.
Pengujian Pengendalian
Dan Pengujian Substantif Transaksi
Program audit pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya termasuk bagian
deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian internal yang
didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko.
Prosedur analitis ketika merancang
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, auditor menekankan
pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor mengikuti pendekatan
empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian.
1.
Menerapkan tujuan audit terkait
transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi yang sedang diuji, seperti
penjualan.
2.
Mengidentifikasi pengendalian kunci
yang dapat mengurangi risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.
3.
Pengembangan pengujian pengendalian
yang tepat untuk semua pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi
penilaian awal risiko pengendalian di bawah tingkat maksimum
(pengendalian-pengendalian kunci)
4.
Untuk kemungkinan jenis-jenis salah
saji yang terkait dengan masing-masing tujuan audit terkait transaksi,
merancang pengujian substantif transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan
kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal dan ekspektasi hasil
pengujian pengendalian.
Prosedur
analitis
Dikarenakan prosedur
analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang melakukannya pada semua
pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama pengujian substantif,
seperti untuk audit pitang dagang, biasanya lebih berfokus dan lebih luas
daripada yang dilakukan sebagai bagian darii perencanaan. Selama perencanaan,
auditor dapat menghitung persentase margin penjualan total, sementara selama
pengujian substantif akun piutang dagang, auditor dapat menghitung presentase
margin kotor berdasarkan bulan atau berdasarkan lini usaha, atau mungkin
keduanya. Perhitungan prosedur analitis berdasarkan jumlah bulanan biasanya
lebih efektif dalam mendeteksi salah saji dibandingkan dengan perhitungan
berdasarkan jumlah tahunan, dan perbandingan berdasarkan lini usaha biasanya
lebih efektif daripada perbandingan berdasarkan perusahaan secara keseluruhan.
Ketika auditor
merencanakan untuk mengggunakan prosedur analitis untuk memberikan keyakinan
substantif mengenai suatu saldo akun, data yang digunakan dalam perhitungan
tersebut harus dapat diandalkan. Hal itu juga berlaku untuk semua data,
khususnya untuk data nonkeuangan.
Pengujian
terperinci saldo
Untuk merancang prosedur
audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan suatu metodologi yang
berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Dalam merencanakan program audit
pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan tersebut, banyak auditor yang
mengikuti sebuah metodologi untuk piutang dagang. Rancangan prosedur ini
biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan
karena sifatnya yang sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional
yang besar. Berikut keputusan-keputusan kunci dalam merancang prosedur audit
pengujian terperinci.
Mengidentifikasi
Risiko-Risiko Bisnis Klien Yang Berpengaruh Pada Akun Piutang Dagang sebagi bagian
dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan
untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya
risiko salah saji dalam laporan keuangan.
Menetapkan
Salah Saji Yang Tepat Dapat Diterima Dan Mengukur Risiko Bawaan Piutang Dagang auditor harus memutuskan penilaian awal
materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya
ke saldo akun, untuk mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap
saldo yang signifikan.
Risiko bawaan
diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan atau
operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan.
Pertimbangan yang memengaruhi risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun
piutang dagang yang membentuk jumalh total saldo piutang dagang, sifat bisnis
klien, perikatan awal, dan faktor risiko bawaan lainnya.
Risiko bawaan
juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkait saldo. Risiko
bawaan dapat tetap rendah untuk semua tujuan lainnya.
Menilai Risiko
Pengendalian Siklus Penjualan Dan Penagihan metodologi untuk
mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik pada penjualan maupun
penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian yang efektif akan
mengurangu risiko pengendalian dan, demikian pula bukti yang diperlukan untuk
pengujian substantif transaksi dan oengujian terperinci saldo akan berkurang.
Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan jumlah substantif
yang diperlukan.
Merancang Dan
Melakukan Pengujian Pegendalian Dan Pengujian Substantif Transaksi Siklus
Penjualan Dan Penagihan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi dirancang dengan harapan bahwa beberapa hasil tertentu
akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini akan berpengaruh pada rancangan
pengujian nterperinci transaksi. Sebagai contoh, biasanya, auditor merencanakan
untuk melakukan pengujian meluas atas pengendalian ketika risiko pengendalian
dinilai rendah.
Merancang Dan
Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang auditor
melakukan prosedur analitis untuk akun-akun seperti piutang dagang untuk dua
tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo akun
tersebut dan untuk mengurangi pengujian audit yang terperinci.
Merancang
Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang Untuk Memenuhi Tujuan Audit Terkait
Saldo pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk
prosedur audit., ukuran sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu.
Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit
terkait saldo dalam setiap akun.
Kesulitan yang
dihadapi auditor dalam merancang pengujian terperinci saldo adalah kebutuhan
untuk memprediksi hasil dari pengujian pengendalian, pengujian substantif
transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum pengujian-pengujian
tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus merancang pengujian
terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketetapan rancangan tersebut
bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya.
Tingkat
disagregasi kegiatan perencanan
Tingkat disagregasi ini
terbentang mulai dari keseluruhan audit hingga ketujuan audit terkait saldo
untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur pengukuran risiko yang terkait
untuk mendapatkan informasi latar belakang mengenai bisnis dan industri klien
yang relevan dengan pengauditan. Auditor pertama kali akan menggunakan
informasi tersebut dalam mengukur risiko audit yang dapat diterima untuk
kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor kemungkinan akan menggunakan
informasi mengenai bisnis dan industri klien yang ia dapatkan melalui prosedur
pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan audit tertentu.
Ketika audit berlangsung, auditor akan menggunakan informasi tersebut ketika
membuat keputusan mengenai pengujian terperinci saldo.
Ilustrasi
program audit
Standar auidt mengharuskan
auditor untuk menggunakan program tertulis. Format yang digunakan mengaitkan
prosedur audit dengan tujuan audit terkait saldo. Perhatikan bahwa sebagian
besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa lebih dari satu
prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur audit dapat ditambahkan
atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor. Untuk sebagian besar
prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih serta pemilihan waktu juga
dapat diubah.
Program audit seringkali
terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah dengan magnetik program
audit dalam program pengolahan kata dan penyimpanannya dalam arsip dari tahun
yang satu ketahun yang berikutnya untuk memfasilitasi perubahan dan
pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah dengan menggunakan perangkat
lunak audit yang membantu auditor berfikir melalui pertimbangan rencana dan
memilih prosedur yang tepat dari suatu basis data prosedur audit.
prosedur-prosedur tersebut kemudian diorganisasikan ke dalam suatu program
audit.
F. HUBUNGAN TUJUAN
AUDIT TERKAIT TRANSAKSI DENGAN TUJUAN AUDIT TERKAIT SALDO SERTA TUJUAN AUDIT
TERKAIT PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Sebelumnya telah kita bahas pengujian
terperinci saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo
untuk setiap akun dan keluasan pengujian tersebut dapat dikurangi ketika tujuan
audit terkait transaksi telah terpenuhi dengan melalui pengujian pengendalian
atau pengujian substantif. Ketika semua tujuan audit terkait transaksi sudah
terpenuhi, auditor akan tetap lebih mengandalkan pengujian substantif saldo
untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo berikut ini.
·
Nilai realisasi
·
Hak dan kewajiban
Pengujian substantif saldo tambahan
juga hampir sama untuk tujuan audit terjkait saldo lainnya, bergantung pada
hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
G. IKHTISAR ISTILAH-ISTILAH
PENTING TERKAIT BUKTI
Beberapa istilah terkait bukti telah digunakan dalam
beberapa bab sebelumnya. Untuk membedakan dan memahami masing-masing istilah
tersebut berikut penjelasan singkat.
Fase Proses Audit (Phase
Of The Audit Process) empat fase proses audit dalam kolom pertama merupakan cara
yang mendasar dimana suatu audit disusun, sebagaimana digambarkan menunjukkan
komponen-komponen kunci terhadap keempat fase dalam proses pengauditan ini.
Tujuan Audit (Audit
Objectives) merupakan tujuan-tujuan dalam suatu pengauditan yang harus
terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelompok transaksi
atau saldo akun sudah disajikan secara wajar. Terdapat enam tujuan terkait
transaksi, delapan tujuan terkait saldo, dan empat tujuan audit terkait
penyajian dan pengungkapan.
Jenis-Jenis Pengujian (Types
Of Test)
lima jenis pengujian audit yang dibahas sebelumnya yang digunakan auditor untuk
menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dimasukkan
dalam kolom ketiga pada tebel tersebut. Prosedur analitis digunakan di fase III
dan fase IV. Prosedur analitis perencanaan juga dilakukan sebagai bagian dari
prosedur penilaian risiko di fase I. prosedur analitis juga diperlukan saat
penyelesaian audit, yang menjadi penyebab mengapa prosedur analitis. Ini
dimasukkan ke fase IV.
Keputusan Bukti (Evidence
Decisions)
empat sub kategori keputusan yang dibuat oleh auditor dalam pengumpulan bukti
audit dimasukkan dalam kolom keempat tabel tersebut. Kecuali prosedur analitis,
keempat keputusan bukti terseut diterapkan disetiap jenis pengujian.
Jenis-Jenis Bukti (Types
Of Evidence) delapan kategori luas dalam bukti yang dikumpulkan auditor
dimasukkan dalam kolom terakhir pada tabel
Tabel Hubungan Antara Kelima Istilah Kunci yang
Terkait dengan Bukti
Fase Proses Audit
|
Sasara Hasil Audit
|
Jenis Pengujian
|
Keputusan Bukti
|
Jenis Bukti
|
Merencanakan dan merancang suatu Pendekatan Audit
|
Sasaran hasil audit yang
|
Prosedur analitis
|
-
Prosedur audit
-
Penetapan waktu
|
-
Dokumentasi
-
Pemeriksaan klien
-
Prosedur analitis
|
Melaksanakan Pengujian Pengen dalian dan Penguji-an Substantif atas
transaksi
|
-
Keberadaan
-
Kelengkapan
-
Akurasi
-
Klasifikasi
-
Penetapan Waktu
-
Memposkan dan pem-buatan ringkasan
|
Prosedur untuk mem-peroleh sebuah pema-haman dan pengujian
pengendalian Pengujian substantif atas transaksi
|
-
Prosedur audit
-
Ukuran contoh
-
Materi untuk di pilih
-
Penetapan waktu.
-
Prosedur audit
-
Ukuran contoh
-
Materi untuk dipilih
-
Penetapan waktu
|
-
Dokumentasi
-
Pengamatan
-
Pemeriksaan klien
-
Pencapaian kembali
|
Melaksanakan
Prosedur Analitis dan pengujian rincian saldo
|
Sasaran hasil Audit yang
-
Keberadaan
-
Kelengkapan
-
Akurasi
-
Klasifikasi
-
Cut off
-
Rincian keterkaitan (tie-in)
-
Hak dan Kewajiban
-
Presentasi dan
|
Prosedur analitis
Pengujiam rincian saldo
|
-
Prosedur audit
-
Penetapan waktu.
-
Ukuran contoh
-
Materi untuk dipilih
-
Penetapan waktu
|
-
pengujian fisik
-
Konfirmasi
-
Dokumentasi
-
Pemeriksaan klien
-
Pencapaian kembali
-
Prosedur analitis
|
Menyelesaikan Audit dan Menge-luarkan Laporan Audit
|
|
Prosedur analitis
Pengujian rincian saldo
|
-
Prosedur audit
-
Penetapan waktu
-
Prosedur audit
-
Ukuran contoh
-
Materi untuk dipilih
-
Penetapan waktu
|
-
Prosedur analitis
-
Dokumentasi
-
Pemeriksaan klien
|
H. IKHTISAR PROSES
AUDIT
Fase I : Merencanakan Dan
Merancang Sebuah Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur
penilaian risiko terkait dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami
bisnis dan industry klien, menilai risiko bisnis klien dan melakukan prosedur
analitis pendahuluan yang bertujuan untuk menilai risiko bawaan dan risiko
audit yang dapat diterima. Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko
audit yang dapat diterima, risiko bawaan, risiko pengendalian dan setiap risiko
kecurangan yang teridentifikasi untuk mengembangkan keseluruhan perencanaan
audit dan program audit. Diakhir fase I, auditor harus memilki suatu rencana
audit dan program audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara
keseluruhan.
Fase II: Melakukan
Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantive Transaksi
Auditor
melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi selama
fase ini. Tujuan dari fase II ini adalah untuk:
1.
Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang
berkontribusi terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh
auditor (yaitu, ketika risiko pengendalian ini dikurangi di bawah maksimum)
untuk audit atas laporan keuangan dan untuk audit pengendalian internal atas
laporan keuangan dalam suatu perusahaan public.
2.
Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam
transaksi-transaksi
Tujuan pertama terpenuhi dengan melakukan pengujian
pengendalian dan yang kedua dengan melakukan pengujian terperinci transaksi.
Seringkali kedua jenis pengujian dilakukan secara simultan untuk satu transaksi
yang sama. Ketika pengendalian tidak dianggap efektif atau ketika auditor
menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan, pengujian substantive dapat
diperluas dalam fase ini atau fase III juga dengan mempertimbangkan dampaknya
pada laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan.
Dikarenakan hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi merupakan penentu utama dari keluasan pengujian terperinci
saldo, kedua pengujian tersebut diselesaikan dua atau tiga bulan sebelum
tanggal neraca. Hal itu membantu auditor merevisi program audit pengujian
terperinci saldo untuk hasil-hasil yang
tak terduga dalam pengujian sebelumnya dan untuk menyelesaikan audit sesegera
mungkin setelah tanggal neraca. Pendekatan ini juga digunakan untuk audit
perusahaan public untuk memungkinkan diberikannya kesempatan pada manajemen
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pengendalian dengan tepat waktu
agar memungkinkan bagi auditor untuk menguji pengendalian yang baru diterapkan
sebelum akhir tahun.
Untuk sistem akuntansi yang terkomputerisasi, auditor
seringkali melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi
disepanjang tahun untuk mengidentifikasi transaksi yang signifikan atau tidak
biasa dan menentukan apakah ada perubahan yang dilakukan terhadap program
komputer klien. Pendekatan ini sering kali dinamakan audit kontinu dan sering
kali digunakan dalam audit atas laporan keuangan dan audit atas pengendalian
internal yang terintegrasi untuk perusahaan public.
Fase III: Melakukan
Prosedur Analitis Dan Pengujian Terperinci Saldo
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti
tambahan yang memadai untuk menentukan apakah saldo akhir catatan-catatan kaki
dalam laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Sifat dan keluasan
pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan-temuan dari dua fase sebelumnya.
Dua ketegori umum dalam prosedur di fase III adalah:
1.
Prosedur analitis substantive yang menilai keseluruhan
kewajaran transaksi-transaksi dan saldo-saldo akun.
2.
Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit
digunakan untuk menguji salah saji moneter dalam saldo-saldo akun di laporan
keuangan.
Prosedur analitis sering kali dilakukan di awal dengan
menggunakan data awal sebelum akhir tahun, sebagai alat perencanaan dan
pengarahan bagi pengujian audit lainnya untuk bagian-bagian khusus. Namun
manfaat terbesar dari perhitungan rasio-rasio dan melakukan perbandingan-perbandingan
terjadi setelah klien telah selesai menyusun laporan keuangannya. Idealnya.
Prosedur analitis ini dilakukan untuk menentukan seberapa luas pengujian saldo
yang akan dilakukan. Prosedur analitis ini juga digunakan sebagai bagian dari
pelaksanaan pengujian saldo dan selama fase penyelesaian audit.
Dalam beberapa pengauditan, semuanya dilakukan setelah
tanggal neraca, ketika klien ingin menerbitkan laporan segera setelah tanggal
neraca, makin banyak pengujian-pengujian terperinci yang memakan waktu yang
dilakukan pada tanggal-tanggal interim sebelum akhir tahun dengan pekerjaan
tambahan yang dilakukan untuk memajukan audit saldo di tanggal interim ke akhir
tahun. Pengujian substantive saldo yang dilakukan sebelum akhir tahun kurang
dapat diandalkan dan biasanya hanya dilakukan ketika pengendalian internalnya
efektif.
Fase IV: Menyelesaikan Audit Dan Menerbitka Suatu
Laporan Audit
Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus
mengumpulkan bukti tambahan terkait dengan tujuan penyajian dan pengungkapan,
ikhtisar hasil, penerbitan laporan audit dan melakukan bentuk-bentuk komunikasi
lainnya.
Melakukan Pengujian
Tambahan Untuk Tujuan Penyajian Dan
Pengungkapan. Prosedur yang dilakuan auditor untuk mendukung tujuan
audit terkait penyajian dan pengungkapan sama dengan prosedur audit yang
dilakukan untuk mendukung tujuan audit terkait transaksi maupun terkait saldo.
Auditor menguji pengendalian tersebut untuk mendapatkan bukti pendukung tujuan
audit terkait penyajian dan pengungkapan kelengkapan dan akurasi. Auditor juga
melakukan pengujian substantive untuk mendapatkan bukti yang tepat dan memadai
bahwa informasi yang diungkapkan dalam catatan-catatan kaki merefleksikan
transaksi dan saldo yang sebenarnya yang telah terjadi dan bahwa penyajian kewajiban
klien adalah untuk mendukung tujuan keterjadian serta hak dan kewajiban.
Selama fase terakhir ini auditor melakukan prosedur audit
terkait dengan kewajiban kontinjensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal
neraca. Kewajiban kontinjensi harus diungkapkan dalam catatan kaki klien.
Auditor harus yakin bahwa pengungkapan telah lengkap dan akurat.
Pengumpulan Bukti Akhir. Selain bukti yang
didapatkan dari setiap siklus selama fase I dan fase II dan untuk setiap akun
selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut untuk laporan
keuangan secara keseluruhan selama fase
penyelasaian.
·
Melakukan prosedur analitis akhir
·
Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern)
·
Mendapatkan surat representasi klien.
·
Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan
bahwa informasi yang disajikan konsiten dengan laporan keuangan.
Menerbitkan Laporan Audit. Jenis laporan audit yang
akan diterbitkan bergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan-temuan
auditnya.
Komunikasi Dengan Komite
Audit Dan Manajemen. Auditor diharuskan untuk mengomunikasikan setiap
kekurangan dalam pengendalian internal yang signifikan pada komite audit atau
manajemen senior. Standar audit juga mengharuskan auditor untuk
mengomunikasikan beberapa hal pada mereka yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan tata kelola perusahaan seperti pada komite audit atau badan yang
sejenis menjelang penyelesaian audit dan sesegera mungkin.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Prosedur pengukuran dilakukan untuk menialai risiko salah
saji material dalam laporan keuangan. auditor melakukan pengujian pengendalian
, pengujian subtantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas
perincian saldo dalam melakukan
penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA
26 (SA350) .
Pengujian pengendalian, baik secara
manual maupun otomatis dapat mencakup jenis bukti berikut ini perlu dicatat
bahwa ketiga prosedur yang pertama sama seprti yang digunakan untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal).
·
Melakukan Tanya jawab yang memadai dengan personel klien
·
Memeriksa dokumen , catatan dan laporan
·
Mengganti aktivitas terkait pengendalian
·
Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Pengujian subtantif merupakan prosedur yang
dirancang untuk menguji salah saji rupiah (sering
kali disebut salah saji moneter)yang secarah langsung berpengaruh pada
ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga jenis pengujian
subtantif, ketiga jenis itu adalah pengujian subtantif transaksi, prosedur
analitis subtantif, serta pengujian terperinci saldo.
Pengujian subtantif
transaksi digunakan
untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi penjualan adalah
transaksi penjualan benar-benar terjadi (tujuan keterjadian) dan transaksi
penjualan yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan).
Jenis-jenis pengujian yang disusun
dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang rendah ke yang tinggi.
·
Prosedur
analitis.
·
Prosedur
penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal
·
Pengujian
pengendalian.
·
Pengujian
substansif transaksi.
·
Pengujian
terperinci saldo.
Untuk
mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiko
risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini
sering kali dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix).
1.
Analisis audit 1 klien ini
merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan
risiko bawaan yang rendah.
2.
Analisis audit 2 perusahaan ini
berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberap risiko bawaan
3.
Analisis audit 3 perusahaan ini
berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang efektif dan
beberapa risiko bawaan yang signifikan.
4.
Analisis audit 4 rencana wal
untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2.
Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan
salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan
prosedur analitis substantif
Masing-masing
siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram
audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya. Auditor
dapat menggunakan subprogram-subprogram dibawah ini.
·
Program audit pengujian pengendalian
dan pengujian substantif transaksi untuk penjualan dan penerimaan kas
·
Program audit prosedur analitis
substantif untuk keseluruhan fisik
·
Program audit pengujian terperinci
saldo untuk kas, piutang dagang, beban piutang tak tertagih, penyisihan piutang
tak tertagih dan piutang lain-lain.
Berikut empat
fase yang perlu diperhatikan dalam proses pengauditan
1. Fase
I : Merencanakan Dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
2. Fase
II: Melakukan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantive Transaksi
3. Fase
III: Melakukan Prosedur Analitis Dan Pengujian Terperinci Saldo
4. Fase
IV: Menyelesaikan Audit Dan Menerbitka
Suatu Laporan Audit
B.
SARAN
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat
menambah pengetahuan berkaitan dengan keseluruhan perencanaan dan program audit. Tak lupa, kami meminta saran dan kritik atas tulisan kami
demi melengkapi dan menjadi bahan pertimbangan pada penulisan-penulisan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Elder.landar J, Beasly. Mark S, Arens. Alfin A, Jusuf. Amir
abadi. 2011. Jasa audit dan assurance.Jakarta:
Salemba Empat